Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hikmah Ramadhan: Etika dan Kepedulian Sosial di Tengah Pandemi Covid-19

ETIKA secara normatif merupakan keharusan atau kewajiban seseorang untuk berfikir dan bertindak berlandaskan fondasi rasional. Sementara kepedulian adalah sebuah sikap yang lahir dari panggilan etik yang bersumber dari dasar naluri kemanusiaan.

Panggilan keberadaban ini men-delete sejumlah sikap arogansi, kultus individu, dan sikap sikap asosial, lalu menumbuhkan empati terhadap sesama penduduk bumi.

Naluri dasar kemanusiaan ini tidak pernah memilih warna kulit, perbedaan gender, agama dan perbedaan lainnya.

Ia tumbuh mengalir menyapa setiap entitas tak ubahnya angin berembus tanpa bertanya ras dan golongan. Karena secara natural kepedulian merupakan tabiat yang dimiliki oleh manusia.

Terkait dengan situasi pandemi Covid-19, memunculkan deretan pertanyaan, di manakah negara, para miliuner? Tanyakan juga pada diri kita, apa yang sudah kita perbuat?

Seberapa signifikan upaya-upaya yang dilakukan oleh institusi yang berbasis organisasi sosial keagamaan dan kemasyarakatan? Institusi kepemudaan? Kelompok pejuang gender equality? Janji-janji para politisi?

Sudahkah ditunaikan utang kemanusiaan kita terhadap sesama? Agama apa pun memiliki konsep agar penganutnya sadar terhadap realitas sosial, yang disebut dengan kewajiban beramal saleh.

Sebut saja Islam, dengan aturan syariat yang mewajibkan zakat, infaq, shodaqoh, dan seterusnya terhadap asnaf-asnaf yang telah ditentukan.

Karena beragama bukan terhenti pada ikhtiar membangun hubungan vertikal dengan Tuhan, tetapi poin terbesarnya adalah membangun hubungan horizontal terhadap sesama manusia dan alam.

Celakanya, kita merasa sudah menjalankan kewajiban beragama dengan memupuk kesalehan individu serta melakukan serangkaian ritual, kemudian alpa dengan tangisan anak tetangga sebelah rumah kita.

Apakah hari ini mereka yang tergolong kaum dhuafa, fakir miskin, dan ibnu sabil sedang menikmati hidangan berbuka puasa sebagaimana suguhan menu di meja makan kita? Atau justru mereka belum minum seteguk air pun.

Negara memiliki filosofi dasar, keadilan sosial, yang tertera jelas dalam dasar negara Pancasila. Seberapa jauh tanggung jawab konstitusi dan amanah kerakyatan dilaksanakan?

Islam memiliki Nash dan Sunnah, yang terus diulang dalam Al Quran, di antaranya: "Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah, 'Harta apa saja yang kamu infakkan, hendaknya diperuntukkan bagi kedua orangtua, kerabat, anak yatim, orang miskin, dan mereka yang berada dalam perjalanan.'" QS: 2:215.

Kedua konsep di atas meski lahir dari paradigma yang berbeda, yang satu mengandung makna, bahwa negara wajib hadir di setiap peristiwa yang menyebabkan bertambahnya orang miskin dan rentan miskin, yang kedua menekankan pada makna pendorong dan motivasi, bahwa agama hadir untuk mengingatkan manusia pada hakikat kemanusiaanya.

Korespondensi keduanya menuntun kita semua, yang mempunyai kapasitas sebagai pemangku kebijakan maupun kita yang dianugerahi harta berlimpah, untuk hadir demi meringankan mereka dari situasi sulit dan kemiskinan.

Pandemi Covid-19, selain berdampak pada terputusnya sektor ekonomi, juga berdampak secara psikologis, menimbulkan kegelisahan dan ketakutan berkepanjangan.

Ada jutaan keluarga, termasuk di dalamnya perempuan yang kita sebut ibu, nenek, anak dan istri, dan sebagainya. Sejauh mana mereka bisa bertahan?

Bagaimana jika mereka sangat rentan dan sensitif? Lalu apa yang terjadi dengan anak-anak mereka? Apakah sistem e-learning cukup memiliki substansi pengajaran?

Model pendampingan seperti apa yang sesuai? Ada puluhan juta lelaki dengan beragam profesi yang menjadi tulang punggung keluarga, tiba-tiba menjadi pengangguran.

Edukasi seperti apa yang bisa menyelamatkan jiwa-jiwa yang terdampak Covid-19? Cukupkah kita mengatakan, bahwa semuanya bisa diatasi dan selesai?

Pepatah bijak mengatakan, bahwa virtues, atau karakter baik dan bijak yang dimiliki manusia, harus melahirkan perikemanusiaan dan cinta (humanity and love) ,kecerdasan sosial (social intelligence), serta harus mendorong dan memotivasi penguatan mental.

Tujuannya agar tangis yang berkepanjangan yang mewarnai setiap lorong-lorong kecil dan gang-gang kumuh, suara-suara yang merintih karena lapar dan dahaga terus terngiang di gubuk-gubuk reot, wajah-wajah lusuh dan lesu yang menatap dan meratap tanpa ada kepastian, sedikit reda.

Jangan sampai masyarakat mengalami keputusasaan. Situasi ini membutuhkan penanganan kemanusiaan yang serius. Penanggulangan yang masif dan terstruktur.

Tolong ulurkan tangan, bimbing mereka, ajaklah tersenyum, katakan dengan lirih dan santun, bahwa hidup mesti dilalui dengan dua jalan, yaitu jalan penderitaan dan jalan kebahagiaan.

Meski kadang tidak mudah menjelaskan, penderitaan itu apa? Karena ini soal rasa dan problem kebutuhan dasar manusia.

Tetapi, tetap katakanlah, bahwa Tuhan hadir dalam situasi apa pun dengan Rahman Rahim-Nya, lewat tangan-tangan para dermawan dan para relawan yang peduli terhadap kemanusiaan.

Love-Humanity and Charity
So don't be sad...Innallaha ma'ana
Wallahu a'lam.

(Zainun Nasihah Ghufron | Pengurus Pusat ISNU, Mahasiswa S-3 Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Konsentrasi Pemikiran Islam ( Filsafat))

 

https://www.kompas.com/ramadhan/read/2020/05/19/040000672/hikmah-ramadhan--etika-dan-kepedulian-sosial-di-tengah-pandemi-covid-19

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke