KOMPAS.com - Bulan Ramadhan merupakan bulan yang paling mulia di antara bulan-bulan lainnya.
Di dalam bulan itu, semua amal ibadah dilipatgandakan, pintu-pintu surga terbuka lebar, pintu-pintu neraka ditutup, dan terdapat malam lailatul qadar yang nilainya lebih baik dari seribu bulan.
Dengan menghidup-hidupkan bulan Ramadhan, dosa-dosa seseorang akan diampuni, sebagaimana yang dijelaskan dalam hadis berikut:
"Barangsiapa yang menghidupkan bulan Ramadhan (dengan puasa atau ibadah) dengan iman dan mengharap pahala dari Allah Swt, maka diampuni dosanya yang telah lalu," (HR Bukhari Muslim).
Terlebih saat ini telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan yang memiliki keutamaan terbebas dari api neraka.
Pada sepuluh malam terakhir Ramadhan ini juga diyakini menjadi waktu turunnya lailatul qadar, suatu malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Karena itu, banyak umat Islam yang menghidup-hidupkan sepuluh malam terakhir Ramadhan dengan beragam kegiatan ibadah, salah satunya adalah iktikaf.
Guru Besar Bidang Ilmu Filsafat Pendidikan Islam IAIN Surakarta Prof Toto Suharto mengatakan ada tiga rukun iktikaf.
Rukun pertama adalah niat iktikaf. Niat menjadi pembeda antara iktikaf dengan hanya berdiam diri.
"Iktikaf itu harus memakai niat, niatnya itu tentu saja iktikaf. Jadi kalau tanpa niat mungkin tidak sah," kata Toto saat dihubungi Kompas.com, Jumat (15/5/2020).
Selanjutnya adalah suci dari hadas, baik hadis besar maupun hadis kecil.
Dengan demikian, seseorang harus mengambil wudu terlebih dahulu sebelum melakukan iktikaf.
Rukun ketiga adalah berdiam diri. Menurutnya, diam dalam iktikaf bisa dilakukan dengan atau tanpa sejumlah kegiatan ibadah.
"Sekedar diam monggo, artinya duduk diam sebentar di masjid itu sudah masuk iktikaf asal dengan syarat itu tadi, ada niat dan dalam keadaan suci," jelas dia.
Beberapa amal ibadah yang bisa dilakukan ketika iktikaf adalah membaca Al Quran, zikir, shalat, membaca shalawat, dan lain-lain.
Toto menjelaskan, seseorang yang keluar dari masjid atau berniat mengakhiri iktikaf sudah otomastis batal.
Selain itu, memiliki hadas kecil juga dapat membatalkan iktikaf, seperti kentut atau buang air.
"Kalau keluar dari masjid otomatis sudah batal iktikafnya atau ketika hadas datang ya otomatis batal," terang dia.
Karena itu, Rasulullah SAW di bulan Ramadhan mengencangkan ikat pinggangnya lebih banyak dan beriktikaf di masjid.
Dalam hal ini, mengencangkan ikat pinggang dimaknai dengan tidak menggauli istrinya.
Saat pandemi Covid-19, Toto menyebut iktikaf bisa dilakukan di rumah, guna menghindari penularan virus corona.
"Mungkin sama pahalanya ketika iktikaf di rumah dengan di masjid. karena iktikaf itu artinya berdiam, merenung, kontemplasi. Ini adalah bentuk komunikasi-komunikasi khusus," kata Toto.
"Artinya, secara spiritual bentuk komunikasi khusus kan ketika saat pandemi seperti ini bisa dilakukan di rumah atau iktikaf fil bait," tambahnya.
https://www.kompas.com/ramadhan/read/2020/05/15/152425972/10-hari-terakhir-ramadhan-ini-rukun-dan-hal-yang-membatalkan-iktikaf