Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Hikmah Ramadhan: Menguji Iman dan Imun saat Pandemi Covid-19 di Bulan Ramadhan

ISLAM adalah agama yang mendambakan kedamaian dan hubungan harmonis. Tetapi kedamaian itu tidak mungkin tercipta apabila rasa damai tidak muncul dalam jiwa manusia.

Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah bagaimana menimbulkan rasa aman yang menyangkut dirinya bahkan terhadap dirinya yang harus ia upayakan oleh dirinya sendiri.

Di tengah situasi saat ini, ketika wabah Covdi-19 begitu masif dan sangat agresif, maka manusia perlu meningkatkan rasa aman dan juga keimanannya, sekaligus juga daya imunitasnya.

Iman yang menghiasi jiwa manusia akan membuat hidup mereka tegar, apapun yang dihadapi. Di tengah mewabahnya Covid 19 setiap diri kita akan memaknai peristiwa ini sebagai hal yang harus kita maknai suatu musibah atau pun cobaan dari Allah SWT.

Di saat seperti ini manusia membutuhkan rasa aman. Allah menyatakan bahwa rasa aman itu dapat diraih manusia bila menyadari dan mengingat Allah (QS. Ar Ra’d ayat 28):

ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ

“(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (QS. Ar Ra’d ayat 28)

Pada kenyataannya, bahkan pengalaman manusia menunjukkan bahwa kehadiran Allah tidak jarang dipertanyakan oleh Jiwa sehingga menimbulkan semacam keraguan dalam hati.

Apakah keraguan itu terlarang ? Apakah Allah dapat menoleransinya atau apakah bisikan nurani itu dianggap pelanggaran ?

Sahabat Nabi sendiri merasakan ganjalan dalam jiwa mereka. Ada semacam keraguan tentang Wujud atau ke-Esaan-Nya.

Mereka menyampaikan keluhan mereka, “Wahai Nabi, ada ganjalan di dalam jiwa kami, rasanya lebih baik terjerumus ke jurang daripada mengucapkannya."

Iman dimaknai dengan penyerahan sepenuhnya dengan hati, hal ini tidak dilakukan kecuali oleh orang mukmin sejati, sebagaimana firman Allah Ta’ala dalam QS. Al Anfal: 2-3:

 (إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2

الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka”. (QS. Al Anfal: 2-3).

Jika kita perhatikan ayat di atas maka terdapat 5 ciri-ciri dari orang yang beriman atau kita sebut sebagai seorang mukmin, yaitu ;

1. Memiliki getaran hati bila disebut nama Allah SWT

Hati yang bergetar adalah hati yang memberi perhatian dengan baik ketika nama Allah SWT disebut.

Sesuai dengan penyebutannya maka ketika azan berkumandang menyebut nama Allah SWT, maka seorang mukmin akan segera memenuhi panggilan azan untuk menunaikan shalat secara berjamaah.

Dan ketika nama Allah disebut dalam bacaan Al Quran, maka ia dengarkan bacaan itu. Allah berfirman dalam surat Al’Araf : 204, 

وَإِذَا قُرِئَ الْقُرْآنُ فَاسْتَمِعُوا لَهُ وَأَنْصِتُوا لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

“Dan apabila dibacakan Al Quran, maka dengarkanlah baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat” ( Al-A’raf : 204)

2. Bertambah mantap iman dan jiwanya apabila dibaca ayat-ayat Allah SWT

Ayat ayat Allah SWT terdiri dari ayat ayat Kauniyah dan ayat Qauliyah. Kedua ayat tersebut dibaca, dikaji, diperdalam sehingga menimbulkan kemantapan iman yang kuat. Allah SWT berfirman dalam surat Shad ayat 29:

كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ

“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran”.

3. Bertawakal

Tawakal artinya berserah diri kepada Allah setelah berusaha secara maksimal sehingga manusia akan mendapatkan ketenangan, kekuatan jiwa, ridho atas apa yang diperolehnya dan memiliki sikap optimisme serta harapan yang besar.

Situasi saat ini ketika di tengah wabah Covid-19, ,benar-benar sangat menguji keimanan kita. Kita harus menerima kenyataan bahwa wabah Covid-19 ini memang ada dan tetap berusaha menjaga daya imunitas kita.

Jika kita tidak mau menerima kenyataan ini yang artinya bahwa kita akan merasa marah, sedih, selalu berkeluh kesah, maka hal ini akan dapat menurunkan daya imunitas kita.

Marilah kita tetap bertawakal kepada Allah SWT, berserah diri dan menerima apa pun takdirnya serta tetap berikhtiar semaksimal mungkin agar terhindar dari wabah Covid-19 ini melalui psychical distancing (jaga jarak), menggunakan masker jika keluar rumah, menjaga tangan tetap bersih dengan cuci tangan pakai sabun, berolahraga, tetap optimistis, dan tenang,

4. Mendirikan Shalat

Ketika kita mendirikan shalat tentunya tidak sekadar menggerakkan bagian tubuh tertentu, namun juga menggerakkan hati dan pikrian kita hanya kepada Allah SWT.

Seringkali saat manusia melaksanakan shalatnya, hatinya tidak tertuju kepada Allah. Pikirannya melayang kemana-mana. Shalat yang khusu’ akan berdampak pada jiwa dan perilakunya.

Seperti firman Allah SWT dalam surat Al-Ankabut :45,

اتْلُ مَا أُوحِيَ إِلَيْكَ مِنَ الْكِتَابِ وَأَقِمِ الصَّلَاةَ ۖ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ ۗ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya daripada ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Kemudian Allah SWT memerintahkan kepada Rasul-Nya dan orang-orang mukmin untuk membaca Al-Qur'an dan menyampaikannya kepada manusia.

5. Menafkahkan hartanya

Zakat, infak, dan sedekah merupakan bentuk-bentuk pengorbanan mengeluarkan harta benda untuk kepentingan umat, para mustahik, dan dhuafa sebagai ciri dari orang yang beriman.

Kepedulian sosial di tengah pandemi saat ini sangat diperlukan. Banyak sekali para pedagang, tukang ojek, pekerja harian, marbot, guru ngaji dan sejenisnya merasakan dampak yang sangat berat dari Covid-19 ini.

Mereka membutuhkan uluran tangan dari kaum mukminin dan mukminat untuk bisa bertahan dalam memenuhi kebutuhan sehari hari-hari. Oleh karena itu, banyak di antara mereka yang menganggap mereka lebih takut kelaparan ketimbang terkena virus Covid-19.

Hal ini bisa dipahami karena virus Covid-19 ini sangat kecil dan tidak nampak secara kasat mata, terlebih apabila tanpa gejala apa-apa. Tidak ada batuk kering, demam, apalagi sakit yang berarti.

Di saat bulan suci Ramadhan seperti ini, kita sebagai umat Muslim betul-betul diuji untuk berderma dan bersedekah bagi mereka yang berkesusahan

Semoga kita dapat menjalankan kelima hal di atas sebagai bentuk ujian dalam keimanan dan daya imunitas kita di tengah wabah covid 19 di bulan Ramadhan yang penuh berkah dan ampunan Allah SWT.

Semoga wabah covid 19 ini cepat berlalu dan kita dapat menjalankan aktivitas secara normal kembali. Aamiin Ya Robbal Alamin. (Dr Diana Mutiah, MSi | Pengurus Harian PP ISNU & Dosen Fak. Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

 

https://www.kompas.com/ramadhan/read/2020/04/30/104522472/hikmah-ramadhan-menguji-iman-dan-imun-saat-pandemi-covid-19-di-bulan

Terkini Lainnya

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Berkah Ramadan, Momen Mulia dan Kelebihan Istimewa yang Tak Tergantikan

Ramadhan
Ramadhan Momentum Mengenalkan 'Halal Lifestyle' bagi Anak

Ramadhan Momentum Mengenalkan "Halal Lifestyle" bagi Anak

Ramadhan
Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Puasa Ramadhan Perkuat Kesejahteraan Mental dan Emosional

Ramadhan
'Ekspedisi Batin' Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

"Ekspedisi Batin" Ramadhan untuk Pemurnian Jiwa

Ramadhan
Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Cahaya Ramadhan, Merenungi Kehidupan dalam Bulan Suci

Ramadhan
Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan Sepanjang Tahun

Ramadhan
Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Mengembangkan Diri Melalui Ibadah Ramadhan

Ramadhan
Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan Stimulus Kepekaan Sosial

Ramadhan
Merengkuh Kemenangan Sejati

Merengkuh Kemenangan Sejati

Ramadhan
Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Sidang Isbat Tetapkan 1 Syawal Jatuh pada 2 Mei

Ramadhan
Keistimewaan Puasa Ramadhan

Keistimewaan Puasa Ramadhan

Ramadhan
Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Puasa Ramadhan, Ketakwaan, dan Pancasila

Ramadhan
Mudik Berkemajuan

Mudik Berkemajuan

Ramadhan
Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Meraih Ketakwaan dengan Puasa

Ramadhan
Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Lailatul Qadar Ada Pada Diri Kita

Ramadhan
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke