Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Korsel Tertarik Investasi Penyediaan Air di Indonesia

Kompas.com - 08/02/2023, 08:00 WIB
Suhaiela Bahfein,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Korea Selatan tertarik berinvestasi di sektor penyediaan air di Indonesia.

Direktur Pengembangan Pendanaan Pembangunan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Sri Bagus Guritno mengatakan hal ini di sela-sela Seminar I Sub Tema Water and Innovative Finance sebagai rangkaian Road to World Water Forum (WWF) ke-10 di Jakarta, Selasa (7/2/2023).

"Dari luar negeri gimana? Ada yang mau masuk enggak? Ada yang dari Korea (Selatan) tadi, ikut panelis di sini malahan," ungkap dia.

Dalam kesempatan yang sama, Staf Khusus Bidang Sumber Daya Air (SDA) Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Firdaus Ali menuturkan, Indonesia disebut-sebut sebagai negara "terseksi" dalam berinvestasi pada layanan air minum.

Sebab, cakupan layanan perpipaan Tanah Air masih rendah atau hanya sebesar 21,69 persen, sedangkan sisanya melalui non-perpipaan.

Baca juga: Cuma 21,69 Persen, Layanan Air Pipa Indonesia Terendah se-Asia Tenggara

"Saya berani mengatakan, di sektor air minum, tidak ada negara yang paling seksi kecuali Indonesia. Kenapa? Cakupan airnya masih rendah," tutur dia.

Dia pun membandingkan kondisi layanan air minum Indonesia dengan negeri jiran seperti Singapura dan Malaysia.

Untuk di Singapura, cakupan layanan air minumnya sudah 100 persen atau artinya tidak mungkin ada investasi pada sektor itu. Sedangkan Malaysia kini sudah tembus 78 persen.

"Tapi, di Indonesia, 21,69 persen baru perpipaan, di negara dengan populasi 276 juta jiwa ini. Artinya apa? Peluangnya, opportunity-nya besar sekali," ungkapnya.

Akan tetapi, peluang sedemikian besar tersebut tidak mungkin terealisasi apabila tidak ada kepastian maupun adjustment (penyesuaian) tarif.

Dengan adanya kepastian maupun penyesuaian tarif, para investor akan yakin untuk berinvestasi pada layanan air minum di Indonesia.

"Jadi kalau ini udah ada, mungkin kita kelabakan (bingung) bagaimana nanti, kemudian menyaring investor tadi. Banyak sekali," tandas Firdaus.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com