BARU-baru ini jagat media sosial diramaikan oleh kritik sejumlah warganet dan pengamat terhadap Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil terkait pembenahan transportasi publik di Bandung, khususnya, dan kota-kota lain di Jawa Barat pada umumnya.
Indonesia sejatinya tengah berbenah memperbaiki sarana transportasi publik. Hal ini dilakukan untuk mengejar ketertinggalan dari negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang jauh lebih baik kondisinya.
Memang, mobilitas yang tinggi di perkotaan menuntut tersedianya sarana transportasi umum yang andal. Sebagaimana pernyataan Presiden Kolombia Gustavo Francisco Petro Urrego “Negara maju bukan tempat di mana orang miskin memiliki mobil. Negara maju adalah tempat orang kaya menggunakan transportasi umum.”
Hal tersebut tentulah relevan karena jika dilihat di negara-negara maju, masyarakatnya mengandalkan transportasi umum sebagai moda untuk mobilisasi.
Masyarakat hanya menggunakan kendaraan pribadi jika akan mengadakan perjalanan jauh atau untuk liburan bersama keluarga. Mereka lebih memilih menggunakan transportasi umum karena alasan cepat, nyaman, bersih dan aman.
Baca juga: Soal Transportasi Publik, Bandung Masih Tertinggal Jauh
Persoalan transportasi berkaitan erat dengan pembangunan kota keberlanjutan yang berwawasan lingkungan. Mengutip tulisan Kenworthy, Jeffrey R (2006) dalam bukunya yang berjudul The eco-City: Ten Key Transport and Planning Dimensions for Sustainable City Development, dikatakan bahwa transportasi yang baik merupakan jantung dari kota keberlanjutan hingga ke tingkat global.
Tentu saja hal tersebut sangat berkaitan erat, sebab dengan semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan bermotor pribadi, akan kian tinggi pula tingkat polusi di wilayah tersebut.
Pembangunan transportasi massal di kota-kota besar di Indonesia saat ini merupakan kebutuhan yang sangat mendesak.
Sistem transportasi di ibu kota Jakarta sebagai cerminan bangsa Indonesia pun masih kalah dengan negara tetangga seperti Singapura yang telah membangun Mass Rapid Transportation (MRT) sejak 1987 dan menjadi sistem transportasi tertua kedua di Asia Tenggara setelah sistem transportasi LRT di Filipina.
Stasiun dan jalur-jalur MRT Singapura berada di bawah tanah dengan beberapa tingkatan dan juga ada yang di atas (skytrain) serta memiliki sistem pelindung dari goncangan gempa dan bom, menjangkau hampir seluruh pelosok Singapura dari Barat-Timur hingga Selatan-Utara.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.