Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 24/05/2022, 05:30 WIB
Ardiansyah Fadli,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tenaga kerja konstruksi atau tukang bangunan merupakan pekerjaan informal yang berperan penting dalam pembangunan infrastruktur.

Para pekerja konstruksi ini biasanya didatangkan dari berbagai daerah kemudian dikontrak untuk menyelesaikan beragam proyek seperti jalan, jembatan, waduk, hingga perumahan.

Namun tahukah Anda, bahwa tenaga kerja konstruksi didominasi oleh mereka yang berasal dari Pulau Jawa.

"Pandangan saya pribadi, tenaga kerja konstruksi asal Jawa itu memang mayoritas, pertama karena populasinya paling banyak," kata Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Taufik Widyono kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2021).

Baca juga: Dalam Dua Tahun, 179.399 Tenaga Kerja Konstruksi Telah Bersertifikat

Taufik menjelaskan, sejak zaman kerajaan Nusantara, pekerja konstruksi yang merupakan warga setempat ini dimanfaatkan tenaganya untuk membangun struktur bersejarah dan cagar budaya, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan lain-lain.

Bahkan, pada masa kolonialisasi Belanda, tukang bangunan asal Jawa ini berkonstribusi besar terhadap tersambungnya Jalan Anyer-Panarukan yang dikenal sebagai Jalan Pos Daendles.

Kemudian, struktur Istana Bogor, Istana Merdeka, hingga fasilitas-fasilitas publik pasar, rumah sakit, dan sekolah.

Turun temurun

Proses berkembangnya tenaga kerja konstruksi asal Jawa ini terus berlangsung secara turun temurun hinga saat ini.

Taufik mengatakan, sebagian besar dari mereka memang hidup dan tinggal di dalam komunitas yang juga merupakan pekerja konstruksi.

Banyaknya tenaga kerja konstruksi asal Jawa yang mengerjakan proyek pembangunan di berbagai daerah saat ini juga berasal dari komunitas primordial tersebut.

"Mereka dibawa oleh lingkungannya. Sama seperti komunitas tukang cukur, mesti dari Garut. Hal ini-lah yang terbentuk dari komunitas warga tersebut," ungkap dia.

Oleh karena itu, di Pulau Jawa terdapat kampung-kampung tenaga konstruksi dengan keahlian tertentu.

Misalnya, tukang bangunan asli Yogyakarta yang memiliki keahlian ukur dan ahli ukir, di Wonosobo dan Wonogiri banyak ahli batu, di Sumedang dan Priangan Timur ahli pasang keramik, dan lain-lain.

"Dan saya kira tenaga kerja konstruksi itu memang tidak bisa dilepaskan dari sistem sosial setempat yang membentuk budayanya," sambung Taufik.

Selain komunitas dan budaya, banyaknya tenaga kerja konstruksi asal Jawa ini juga dilatarbelakangi oleh kebutuhan pembangunan pada masa penjajahan Belanda.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com