Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Begini Awal Mula Tukang Bangunan Banyak Berasal dari Jawa

Para pekerja konstruksi ini biasanya didatangkan dari berbagai daerah kemudian dikontrak untuk menyelesaikan beragam proyek seperti jalan, jembatan, waduk, hingga perumahan.

Namun tahukah Anda, bahwa tenaga kerja konstruksi didominasi oleh mereka yang berasal dari Pulau Jawa.

"Pandangan saya pribadi, tenaga kerja konstruksi asal Jawa itu memang mayoritas, pertama karena populasinya paling banyak," kata Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) Taufik Widyono kepada Kompas.com, Selasa (25/5/2021).

Taufik menjelaskan, sejak zaman kerajaan Nusantara, pekerja konstruksi yang merupakan warga setempat ini dimanfaatkan tenaganya untuk membangun struktur bersejarah dan cagar budaya, seperti Candi Borobudur, Candi Prambanan, dan lain-lain.

Bahkan, pada masa kolonialisasi Belanda, tukang bangunan asal Jawa ini berkonstribusi besar terhadap tersambungnya Jalan Anyer-Panarukan yang dikenal sebagai Jalan Pos Daendles.

Kemudian, struktur Istana Bogor, Istana Merdeka, hingga fasilitas-fasilitas publik pasar, rumah sakit, dan sekolah.

Turun temurun

Proses berkembangnya tenaga kerja konstruksi asal Jawa ini terus berlangsung secara turun temurun hinga saat ini.

Taufik mengatakan, sebagian besar dari mereka memang hidup dan tinggal di dalam komunitas yang juga merupakan pekerja konstruksi.

Banyaknya tenaga kerja konstruksi asal Jawa yang mengerjakan proyek pembangunan di berbagai daerah saat ini juga berasal dari komunitas primordial tersebut.

"Mereka dibawa oleh lingkungannya. Sama seperti komunitas tukang cukur, mesti dari Garut. Hal ini-lah yang terbentuk dari komunitas warga tersebut," ungkap dia.

Oleh karena itu, di Pulau Jawa terdapat kampung-kampung tenaga konstruksi dengan keahlian tertentu.

Misalnya, tukang bangunan asli Yogyakarta yang memiliki keahlian ukur dan ahli ukir, di Wonosobo dan Wonogiri banyak ahli batu, di Sumedang dan Priangan Timur ahli pasang keramik, dan lain-lain.

"Dan saya kira tenaga kerja konstruksi itu memang tidak bisa dilepaskan dari sistem sosial setempat yang membentuk budayanya," sambung Taufik.

Selain komunitas dan budaya, banyaknya tenaga kerja konstruksi asal Jawa ini juga dilatarbelakangi oleh kebutuhan pembangunan pada masa penjajahan Belanda.

Karena pembangunan berkembang dengan pesat, maka Belanda mendirikan kampus teknik sipil pertama di Jawa Barat yaitu Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1938.

Spesialisasi tidak ditentukan berdasarkan suku

Dihubungi, Senin (23/5/2022) Taufik menuturkan, meski terdapat kampung tenaga kerja konstruksi di sejumlah wilayah bukan berarti spesialisasi keahlian ditentukan berdasarkan suku.

Menurutnya, dorongan kelompok spesialis lebih kepada proyek yang bisa dikerjakan dengan bekal kemampuannya dan alat sederhana, umumnya pada level tukang dan pekerja dengan pendidikan lulusan SD.

Tenaga kerja lulusan SD biasanya tidak memiliki keahlian khusus, berbeda dengan tenaga kerja konstruksi setingkat S1 yang memiliki level keahlian tertentu.

"Kelompok spesialis pekerjaan biasanya muncul karena hubungan sosial, untuk mengajak orang yang dikenal dari kampung tempat tinggalnya," ujarnya.

Taufik tak menampik bahwa posisi spesialisasi tenaga kerja konstruksi sangat penting dan dibutuhkan.

Dengan kemampuan tenaga kerja konstruksi yang spesialis tentu dapat meningkatkan produktivitas hingga kualitas yang terjamin.

"Posisi spesialis itu sangat penting, dan pemerintah terus mendorong. Karena dg kempuan spesialis minimal bisa lebih produktif dan konsistensi kualitas lebih terjamin," pungkasnya.

https://www.kompas.com/properti/read/2022/05/24/053000321/begini-awal-mula-tukang-bangunan-banyak-berasal-dari-jawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke