Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berkali-kali Lolos dari Bencana, Masjid Ini Pun Disebut Keramat

Kompas.com - 21/09/2021, 15:00 WIB
Audrey Aulivia Wiranto,
Hilda B Alexander

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Masjid Keramat Koto Tuo Pulau Tengah merupakan salah satu masjid tertua dan berarsitektur megah di Kerinci, Jambi.

Masjid Keramat Tuo Pulau Tengah diperkirakan telah berusia 126 tahun. Berlokasi di Dusun Kototuo, Desa Pulau Tengah, Kecamatan Danau Kerinci, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi.

Masjid dengan atap berbentuk tumpang ini didominasi bahan kayu pada interior yang diukir dengan hiasan sulur-suluran dan geometris.

Mengapa masjid ini disebut "keramat”?

Penyebutan keramat karena masjid ini selalu selamat terhindar dari bencana seperti kebakaran pada tahun 1903 dan 1939, dan gempa bumi dahsyat pada tahun 1942.

Baca juga: Cantiknya Gargash, Masjid Pertama di Dubai yang Dirancang Perempuan Arsitek

Bangunannya tidak mengalami kerusakan ketika bencana melanda. Oleh karenanya, masyarakat di Koto Tuo ini menamainya masjid tua dengan nama “Masjid Keramat”.

Masjid itu sudah berdiri sebelum pemerintah kolonial Belanda memasuki wilayah Jambi.

Untuk menarik simpati warga setempat, masjid dilindungi oleh undang-undang Ordonantie 238/1931 sebagai peninggalan bersejarah.

Saat direnovasi pun, hanya bagian tertentu yang diizinkan untuk diubah.

Dinding kayu dan lantai kemudian dipasangi marmer yang langsung didatangkan dari Negeri Kincir Angin.

Meskipun begitu, bentuk arsitekturnya tetap dipertahankan seperti bentuk aslinya dengan atap berbentuk limas.

Baca juga: Ada yang Dibangun oleh Sahabat Nabi SAW, Ini Empat Masjid Tertua di China

Lantai masjid berbalut semen, sedangkan atapnya ditutupi oleh seng. Atap masjid bergaya limas tiga dengan puncak berupa mustaka nampak seperti bawang.

Secara keseluruhan, denah masjid berbentuk bujur sangkar berukuran 27 x 27 meter dengan masing-masing sisi dibatasi oleh dinding.

Dinding bagian timur terbuat dari tembok, selebihnya masih terbuat dari kayu. Dinding tembok berhias tempelan ubin keramik, dan baluster kayu yang berfungsi sebagai ventilasi.

Sedangkan pada dinding yang masih terbuat dari kayu, dihiasi sulur-suluran di setiap sudutnya.

Pada dinding bagian atas terdapat lukisan dalam bentuk kaligrafi Al-Quran yang sangat indah yang merupakan karya Kiai Haji Usman dan Muhammad Surrah.

Meskipun tulisan itu sudah berumur puluhan tahun, tulisannya masih tampak jelas dan bisa dibaca, karena menggunakan cat yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan.

Masjid Karamat memiliki 25 tiang yang masih berdiri kokoh, 20 buah tiang pinggir dan 5 buah tiang yang ada dalam ruangan termasuk tiang tengah (sokoguru).

Keseluruhan jumlah tiang ini merefleksikan jumlah nabi dalam ajaran Islam. Sedangkan 5 buah tiang dalam ruangan menggambarkan rukun Islam.

Baca juga: Canggih, Masjid Istiqlal Dipasangi 3.375 Lampu yang Bisa Mengubah Suhu Warna

Sementara, sokoguru yang besar dan menjulang di tengah-tengah ruangan merupakan perlambang dari Nabi Muhammad.

Sebagai pelengkap ruang masjid, terdapat mihrab dan mimbar. Mimbar masjid berukuran 2,24 x 1,48 meter dilengkapi tangga berhias motif sulur-suluran.

Mimbar ini mempunyai 4 buah tiang berbentuk segi delapan. Semakin ke atas kian mengecil dan berhias ukiran motif sulur-suluran.

Sementara bagian mihrab berdenah segi lima dan dihias dengan ukiran motif sulur-suluran, tempelan tegel keramik, dan pada sisi luar atapnya berbentuk kubah berpuncak mustaka.

Halaman luar masjid juga cukup luas dan tampak asri. Pada serambi masjid terdapat sebuah beduk antik terbuat dari kayu berukir indah.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com