Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Deddy Herlambang
Pengamat Transportasi

Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN)

Budaya Konstruksi Transportasi Berkeselamatan

Kompas.com - 16/12/2020, 13:34 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Pemerintah menargetkan peningkatan kapasitas pengangkutan barang dari 16,7 juta TEUs per tahun pada 2014 menjadi 19,7 juta TEUs per tahun pada 2017.

Hal ini dilengkapi dengan penambahan lima unit kapal penyeberangan penumpang, tiga unit kapal motor penyeberangan, dan 10 pelabuhan penyeberangan.

Pada saat ini pun masih banyak on going project, seperti Pelabuhan Pantimban, rel kereta api Makasar-Parepare, Kereta Api Cepat Jakarta-Bandung, MRT Jakarta fase II, pelabuhan dan bandara yang harus tuntas pada 2024.

Data Bappenas 2019 menyebutkan, transportasi perkotaan menjadi salah satu kunci penting dalam menyelesaikan permasalahan kemacetan dan mengoptimalkan dampak positif ubanisasi sebagai mesin pertumbuhan ekonomi nasional.

Faktanya, 41 persen dari PDB Nasional Tahun 2017 disumbangkan oleh enam kawasan perkotaan metropolitan. Peran kawasan perkotaan pada masa mendatang juga akan semakin tinggi.

Diproyeksikan pada tahun 2045, sekitar 230 juta penduduk Indonesia (73 persen) akan tinggal di perkotaan.

Sampai kini pun kita sering jumpai pembangunan konstruksi transportasi di perkotaan setiap tahun tiada berhenti.

Namun perlu diingat banyaknya jalan tol bertingkat-tingkat di perkotaan tidak menjadi indikator keberhasilan pembangunan transportasi perkotaan.

Sebaliknya, indikator ini adalah keberhasilan industri otomotif yang selalu memerlukan infrastruktur untuk mobilitas.

Dibandingkan dengan beberapa kota di Asia, jaringan MRT Jakarta hanya 15 kilometer, jauh di bawah Singapura (200 kilometer), Hongkong (187 kilometer), dan Tokyo (304 kilometer).

Moda share angkutan umum di Jakarta, Bandung, dan Surabaya juga masih di bawah 20 persen, jauh di bawah Singapura (61 persen), Tokyo (51 persen), dan Hongkong (92 persen).

Dampaknya, kemacetan juga masih sangat tinggi seperti di Jakarta yang menempati urutan ke-7 kota termacet di dunia (Tomtom Traffic Index, 2019).

Kerugian akibat kemacetan lalu lintas lintas di Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun (Bappenas, 2019).

Jadi, keberhasilan pembangunan transportasi diukur dari seberapa besar moda share angkutan umum nya bukan diukur dari seberapa banyak mobil pribadi digunakan di jalan.

Kecelakaan transportasi

Jembatan ambruk
Tim dari Kementerian Pekerjaan Umum menyelidiki penyebab runtuhnya Jembatan Kartanegara dengan latar belakang dua mobil yang masih terendam, di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Minggu (27/11/2011).KOMPAS/HARRY SUSILO Jembatan ambruk Tim dari Kementerian Pekerjaan Umum menyelidiki penyebab runtuhnya Jembatan Kartanegara dengan latar belakang dua mobil yang masih terendam, di Tenggarong, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Minggu (27/11/2011).
Meski kemajuan pembangunan infrastruktur mengubah wajah kota-kota dan wilayah terpencil di Indonesia, namun khusus di perkotaan, ada masalah besar yang mesti dihadapi.

Masalah tersebut adalah seringnya kecelakaan transportasi terjadi dengan menelan korban jiwa meninggal dunia.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com