Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Proyek Apartemen Perumnas Bikin Susah Pengguna KRL di Stasiun Rawa Buntu

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengerjaan proyek di lokasi Apartemen Samesta Mahata Serpong milik Perum Perumnas ternyata menyusahkan pengguna KRL di Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan.

Akibat adanya penutupan akses jalan menuju pintu masuk bagian selatan stasiun, para pengguna KRL harus menaiki tangga curam ke arah jalan raya Rawa Buntu untuk kemudian masuk ke stasiun.

Sebagai informasi, proyek yang sedang dikerjakan adalah proyek Pembangunan Jembatan Penghubung antara jalan raya Rawa Buntu dan Apartemen Samesta Mahata Serpong.

Kontraktor yang dipercaya menangani proyek Pembangunan Jembatan Penghubung tersebut adalah PT Adhi Karya.

Salah satu pengguna KRL di Stasiun Rawa Buntu, Deddy Herlambang mengatakan penutupan akses jalan tersebut sudah berlangsung kurang lebih dua bulan.

Dalam periode tersebut pula, para pengguna KRL harus naik turun tangga dan berpacu dengan waktu agar tidak ketinggalan kereta.

Padahal jarak tangga yang harus ditempuh cukup jauh dan anak tangganya berada dalam kondisi yang curam.

“Akses yang ditutup merupakan jalan kampung menuju stasiun. Mungkin kalau awal-awal, tidak masalah. Tapi kalau lama-lama ya cape juga. Saya tanya ke security di sana, katanya penutupan sampai November. Itu pun kalau tepat waktu,” keluhnya kepada Kompas.com, Jumat (22/9/2023).

Menurutnya, tangga yang harus dilewati para penumpang KRL tersebut sangat ramai terutama pada pagi dan sore hari.

Hal ini karena stasiun Rawa Buntu merupakan titik turun dan naiknya para penumpang KRL dari Bumi Serpong Damai (BSD).

“Penumpangnya ramai sekitar 20.000 orang dan terkadang lebih. Sementara tangga tersebut memiliki jarak 10 sampai 15 meter dan sangat curam. Ini bisa sangat berbahaya bagi para pengguna KRL,” jelas Deddy.

Deddy yang juga menjabat sebagai Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN) tersebut mengatakan, penggunaan tangga tersebut bisa menjadi potensi kecelakaan terutama bagi orang lanjut usia (lansia) dan penyandang disabilitas.

“Umur saya juga sudah diatas 50 tahun. Sudah sering cape, Apalagi ada penumpang yang umurnya di atas saya. Mereka harus berpegangan pada grip handle tangga tersebut dan naik dengan hati-hati. Belum lagi ada penyandang disabilitas yang juga menggunakan KRL,” paparnya.

Selain rentan terjadi kecelakaan, penggunaan jalur tangga ini juga terkadang membuat para pengguna KRL terlambat menaiki kereta.

“Kami sudah mengeluarkan energi ekstra untuk naik dan turun tangga, nafasnya sudah tersengal-sengal untuk mengejar kereta malah terkadang tidak dapat. Kalau lewat pintu akses yang dulu, kita bisa sampai di stasiun hanya dalam waktu singkat. Kalau terlambat, terpaksa harus menunggu jadwal kereta berikutnya,” ungkap Deddy.

Tak soal curamnya tangga, saat malam hari, Dedy mengaku penerangan yang ada kurang memadai di area tangga sehingga rentan terjadi kecelakaan.

Selain masalah tangga, sempitnya ukuran trotoar di jalan raya Rawa Buntu, yang menjadi akses utama untuk masuk ke Stasiun Rawa Buntu juga menjadi masalah.

“Trotoar di jalan raya itu sangat sempit dan hanya bisa dilalui satu orang saja. Memang tidak nyaman untuk dilewati para penumpang KRL,” lanjutnya.

Sementara itu, jika harus masuk melalui pintu utara Stasiun Rawa Buntu, Deddy mengaku itu bukanlah opsi yang ingin diambilnya karena kondisi jalan sangat macet.

Harus Ada Perhatian

Dengan ketidaknyamanan yang dirasakan ini, Deddy berharap ada perhatian serius dari kontraktor dan pemerintah yang merupakan pemilik proyek.

“Saya ingin kontraktor merasa bertanggung jawab. Memang dengan penutupan akses jalan ini mereka bisa bekerja dengan nyaman. Tapi bagi penumpang, ini sangat merepotkan,” tambahnya.

Deddy mengaku sudah melaporkan masalah ini kepada PT KCI sebagai operator KRL serta kepada Komisi VI DPR RI yang membawahi BUMN. Sayangnya, hingga berita ini ditulis belum ada tindak lanjut dari pihak-pihak tersebut.

“Sebenarnya sejak awal harus ada simulasi. Misalnya membuat jembatan penyeberangan sementara. Pemilik proyek harus bersedia mengeluarkan biaya untuk melakukan rekayasa penumpang. Banyak opsi yang bisa diambil selain melalui tangga,” tegas Deddy.

Ia berharap pemerintah juga melihat hal ini secara serius karena anjuran bagi masyarakat untuk menggunakan transportasi umum berasal dari pemerintah.

“Kami harap ada penanganan serius dari pemilik proyek dan pemerintah. Jangan sampai sudah ada kecelakaan baru ditangani,” tandas Deddy.

Tanggapan Perumnas

Sementara itu, Corporate Secretary Perum Perumnas, Dian Rahmawati mengatakan hingga  saat ini, Perumnas belum mendapat laporan langsung dari pengguna KRL. Namun, informasi tersebut justru didapatkan dari media sosial. 

"Kami mendapat informasi yang dimaksud melalui sosial media yang menyebut Perumnas, KAI dan Adhi Karya," jelas Dian saat dihubungi Kompas.com, Jumat (22/9/2023). 

Menurut Dian, pengalihan sementara atas akses masuk stasiun harus dilakukan karena sedang dilaksanakan Proyek Pembangunan Jembatan Penghubung antara jalan raya Rawa Buntu dan Apartemen Samesta Mahata Serpong.

Proyek ini diperlukan sehingga kedepannya para pengguna KRL bisa merasa lebih nyaman.

Dikatakan, sebelum proyek ini berlangsung telah dilakukan join inspection antara Perumnas dengan KAI dan Adhi Karya. 

Simulasi pun telah dilakukan dengan uji coba penutupan sementara akses kendaraan bermotor ke Stasiun Rawa Buntu melalui pintu selatan dan pengalihan akses masuk kendaraan bermotor hanya menjadi melalui pintu utara.

Namun menurut Dian, kedua akses tersebut masih tetap dapat diakses oleh para pejalan kaki.

Informasi tersebut pun telah ditempatkan signage atau pemberitahuan pada titik-titik tertentu kepada para pengguna KRL di wilayah stasiun.

"Dalam meningkatkan kenyamanan atas pengalihan akses masuk sementara menuju Stasiun Rawa Buntu ini, kami telah melakukan perbaikan tangga eksisting menuju stasiun, yaitu perbaikan trap tangga, penambahan bordes dan penambahan railing," jelas Dian. 

Selain itu, dengan adanya pembangunan jembatan penghubung tersebut, angkutan umum yang saat ini berhenti dipinggir jalan raya Rawa Buntu, nantinya bisa masuk ke area Apartemen Samesta Mahata Serpong. Ini tentu semakin memudahkan akses menuju stasiun lebih terintegrasi.

Bagi pejalan kaki, kehadiran jembatan penghubung ini akan sangat membantu karena area stasiun yang lebih tertutup, rapi, nyaman, dan aman.

"Proyek Pembangunan Jembatan Penghubung antara Jalan Raya Rawabuntu dan Apartemen Samesta Mahata Serpong ini bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan para pengguna KRL serta mengintegrasikan angkutan umum perkotaan dengan moda transportasi KRL. Rencananya proyek pembangunan jembatan ini dapat diselesaikan akhir November 2023," tandas Dian. 

https://www.kompas.com/properti/read/2023/09/22/183000321/proyek-apartemen-perumnas-bikin-susah-pengguna-krl-di-stasiun-rawa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke