Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pakar: Koalisi AS Serang Yaman, "Kesempatan Emas" bagi Houthi

Kompas.com - 18/01/2024, 16:44 WIB
Aditya Jaya Iswara

Editor

Kepada DW, Um Ammar, seorang ibu beranak lima, di Sana'a, mengatakan bahwa dia juga bersedia untuk mendukung Palestina "dengan segala cara yang memungkinkan". Namun, dia berharap tanpa ada kerugian bagi negaranya.

"Publik secara luas mendukung Yaman karena warganya sangat bersemangat dalam memperjuangkan Palestina," kata Peneliti Senior di Pusat Studi Strategis Sanaa, Abdulghani Al Iryani, kepada DW.

Dia mengaku telah mengamati adanya perubahan sikap atas Houthi dalam beberapa minggu terakhir.

"Houthi akhirnya mendapat dukungan rakyat secara luas, setelah sebelumnya dibenci selama bertahun-tahun, karena sangat keras terhadap orang-orang yang ada di bawah kuasanya, karena korupsi, penindasan dan ideologi supremasi mereka," sambung Al Iryani kepada DW.

Houthi telah "memenangkan konfrontasi ini sejak hari pertama mereka menembakkan rudal," tambahnya.

Baca juga: Menyingkap Kedekatan Hubungan Kelompok Houthi di Yaman dengan Iran

Kemenangan militer belum tentu jadi tujuan

Seorang peneliti di Pusat Kebijakan Yaman, Mohamed Al Iriani, mengatakan bahwa sejauh ini, pertarungan tersebut bukan soal kemenangan militer bagi Houthi. Koalisi Angkatan Laut AS melawan Houthi juga belum mendapat kemenangan militer.

"Hal ini memberikan ruang bagi Houthi untuk memprovokasi lebih lanjut, dan strategi mereka tampaknya bergantung pada harapan, bahwa AS yang saat ini disibukkan dengan politik elektoral dalam negeri, mungkin bakal terbatas secara kapasitas untuk merespons secara efektif," kata Al Iriani kepada DW.

Lebih lanjut, Al Omeisy menyebut pertempuran ini tampaknya jadi konflik berbiaya rendah bagi Houthi.

Serangan pesawat nirawak Houthi terhadap kapal kargo di Laut Merah menelan biaya sekitar 1.200 dollar AS atau setara Rp 18.772.980, sedangkan aliansi yang dipimpin AS biayanya jauh lebih tinggi, mencapai 1,5 juta dollar AS atau setara Rp 23,4 miliar untuk satu bom.

Al Omeisy memperingatkan, bahkan serangan darat juga akan menguntungkan Houthi. "Serangan darat akan meningkatkan legitimasi Houthi, tidak hanya di Yaman saja, tapi juga di tingkat regional".

"Kita sudah melihat tren selama beberapa minggu terakhir di mana orang anti-Houthi kini bersimpati kepada Houthi," sebut Al Omeisy, menambahkan bahwa Houthi juga memanfaatkan perang di Gaza untuk perekrutan besar-besaran.

"Perlu diingat, ini adalah negara yang 80 persen penduduknya membutuhkan bantuan dan banyak orang miskin. Jadi, jika situasi ini memberikan kesempatan bagi mereka untuk memenuhi kebutuhannya, lewat pekerjaan di militer atau salah satu faksi lain, mereka akan mengambilnya," tegas Al Omeisy.

"Warga Yaman tidak menginginkan perang, tetapi jika dipaksakan, mereka adalah pejuang tangguh, seperti yang telah mereka tunjukkan selama delapan tahun belakangan."

Baca juga: Sejarah Awal Kelompok Houthi di Yaman

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Alasan Serangan di Yaman Jadi ‘Kesempatan Emas‘ bagi Houthi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Baku Tembak Meningkat di Rafah, 82 Warga Palestina Terbunuh 24 Jam Terakhir

Baku Tembak Meningkat di Rafah, 82 Warga Palestina Terbunuh 24 Jam Terakhir

Global
Penyebab Gelombang Panas di Filipina dan Negara Asia

Penyebab Gelombang Panas di Filipina dan Negara Asia

Global
Komandan Hezbollah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

Komandan Hezbollah Tewas dalam Serangan Israel di Lebanon

Global
Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Mengenal Peristiwa Nakba, Hilangnya Tanah Air Palestina

Internasional
AS Peringatkan Georgia: Jangan Jadi Musuh Barat, Jangan Ikuti Rusia

AS Peringatkan Georgia: Jangan Jadi Musuh Barat, Jangan Ikuti Rusia

Global
Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Apa Itu UU ‘Agen Asing’ Georgia dan Mengapa Eropa Sangat Khawatir?

Internasional
Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi 'Zero Conflict'

Anarki Laut China Selatan dan Urgensi Strategi "Zero Conflict"

Global
Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Italia Buru 142 Tersangka Anggota Mafia 'Ndrangheta

Global
Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Rangkuman Hari Ke-811 Serangan Rusia ke Ukraina: 280 Warga Sri Lanka Ikut Perang | Menhan Baru Rusia Ungkap Prioritasnya

Global
AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

AS: Boeing Bisa Dituntut atas Jatuhnya Lion Air dan Ethiopian Airlines

Global
Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Mengapa Presiden Putin Ganti Menteri Pertahanannya?

Internasional
Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Konflik Gaza Dominasi Kampanye Pilpres AS, Isu Ukraina Memudar

Global
Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Taiwan Deteksi 45 Pesawat China Terbang Dekati Wilayahnya, Terbanyak Sejauh Ini

Global
AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

AS Siap Kirim Senjata Lagi ke Israel, Kali Ini Senilai Rp 16,1 Triliun

Global
Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Dituding Israel Tak Izinkan Bantuan Masuk ke Gaza, Mesir: Kalian Putar Balikkan Fakta 

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com