Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
DR. (HC) Capt. Marcellus Hakeng Jayawibawa
Pengamat Dunia Maritim

Pengamat Dunia Maritim

Keamanan Maritim Menghadapi Pemberontakan Houthi di Laut Merah

Kompas.com - 14/01/2024, 13:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PEMBERONTAKAN Houthi di Yaman telah menyulut ketegangan di kawasan Teluk, terutama di Laut Merah.

Salah satu konsekuensi yang mencolok dari konflik ini adalah serangan yang dilakukan oleh Pemberontak Houthi terhadap kapal-kapal niaga di wilayah tersebut menggunakan rudal dan dron mereka.

Pejabat Kementerian Pertahanan (Pentagon) Amerika Serikat, sebagaimana dikutip pers, melaporkan bahwa Houthi meluncurkan serangan besar-besaran dari dua lokasi, yakni Barat Daya Mokha dan Hodeidah, Yaman. Sekitar 50 kapal dagang berada di daerah tersebut pada saat serangan terjadi.

Pemberontak Houthi juga menyerang kapal kontainer Maersk Hangzhou berbendera Singapura di Laut Merah, yang sedang dalam perjalanan dari Singapura menuju Terusan Suez.

Pada Selasa (2/1/2024) malam, Houthi telah menargetkan MSC United dengan rudal dan menembakkan beberapa drone ke arah Eilat.

Namun Militer AS menjatuhkan 12 drone kamikaze, tiga rudal balistik anti-kapal, dan dua rudal jelajah serangan darat yang ditembakkan oleh Houthi di Laut Merah selatan dalam waktu hanya 10 jam.

Serangan Houthi memaksa perusahaan pelayaran utama dunia mengambil jalur lebih panjang dan mahal, melewati Pantai Tanjung Harapan, Afrika Selatan, untuk menghindari Terusan Suez.

Laut Merah, sebagai akses utama ke Terusan Suez yang melayani 12 persen perdagangan global laut, kini terganggu.

Dampak pada perusahaan pelayaran

Dampak dari Serangan Houthi bukan hanya terbatas pada aspek keamanan, namun juga membawa risiko signifikan terhadap perusahaan pelayaran, asuransi kapal, dan keselamatan para pelaut yang melintasi perairan tersebut.

Salah satu risiko utama yang dihadapi oleh perusahaan pelayaran adalah kerugian materi akibat serangan terhadap kapal-kapal mereka. Kapal-kapal niaga yang melintasi Laut Merah menjadi sasaran yang rentan.

CMA CGM, perusahaan pelayaran asal Perancis, telah menghentikan pengiriman kontainer melalui Laut Merah pada 16 Desember.

Sedangkan Hapag-Lloyd, perusahaan Jerman, juga sedang mempertimbangkan untuk menghentikan pelayaran melalui Laut Merah sejak 15 Desember.

Adapun A.P. Moller-Maersk dari Denmark telah menghentikan pengiriman kontainer melalui Laut Merah sejak 15 Desember setelah kapalnya, Maersk Gibraltar, menjadi sasaran rudal.

MSC, perusahaan Swiss, menyatakan bahwa kapal-kapalnya tidak akan melintasi Terusan Suez. Beberapa sudah dialihkan melalui Cape of Good Hope sejak 16 Desember setelah serangan rudal Houthi.

OOCL dari Hong Kong mengumumkan penghentian penerimaan kargo ke dan dari Israel sejak 16 Desember, karena masalah operasional.

Selain itu, risiko asuransi kapal menjadi semakin kompleks. Serangan yang sering terjadi di wilayah tersebut dapat menyebabkan kenaikan premi asuransi kapal. Hal ini membuat biaya yang lebih tinggi untuk perlindungan terhadap risiko serangan.

Tidak hanya perusahaan pelayaran yang terpengaruh, melainkan juga pelaut yang menjalani tugas mereka di Laut Merah. Risiko terhadap keselamatan pelaut menjadi lebih besar karena potensi serangan dan konflik di wilayah tersebut.

Bersamaan pula perusahaan pelayaran dihadapkan pada dilema terkait pemilihan rute. Mengambil rute yang lebih dekat dan efisien melalui Laut Merah dapat menghemat waktu dan biaya operasional.

Namun, risiko serangan oleh Pemberontak Houthi dapat membahayakan keselamatan kapal dan kargonya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Sepak Terjang Subhash Kapoor Selundupkan Artefak Asia Tenggara ke New York

Global
Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Penyebab Kenapa Menyingkirkan Bom yang Belum Meledak di Gaza Butuh Waktu Bertahun-tahun

Global
30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

30 Tahun Setelah Politik Apartheid di Afrika Selatan Berakhir

Internasional
Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Rangkuman Hari Ke-795 Serangan Rusia ke Ukraina: Buruknya Situasi Garis Depan | Desa Dekat Avdiivka Lepas

Global
Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Dubai Mulai Bangun Terminal Terbesar Dunia di Bandara Al Maktoum

Global
[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

[KABAR DUNIA SEPEKAN] Tabrakan Helikopter Malaysia | Artefak Majapahit Dicuri

Global
Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Bangladesh Liburkan 33 Murid dan Mahasiswa karena Cuaca Panas

Global
Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Dilema Sepak Bola Hong Kong, dari Lagu Kebangsaan hingga Hubungan dengan China

Global
Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Panglima Ukraina: Situasi Garis Depan Memburuk, Rusia Unggul Personel dan Senjata

Global
Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Jam Tangan Penumpang Terkaya Titanic Laku Dilelang Rp 23,75 Miliar

Global
Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Rusia Masuk Jauh ke Garis Pertahanan Ukraina, Rebut Desa Lain Dekat Avdiivka

Global
Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Filipina Tutup Sekolah 2 Hari karena Cuaca Panas Ekstrem

Global
Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Rusia Jatuhkan 17 Drone Ukraina di Wilayah Barat

Global
Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Intel AS Sebut Putin Tidak Perintahkan Pembunuhan Navalny

Global
Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Sosok Subhash Kapoor, Terduga Pencuri Artefak Majapahit di New York

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com