Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Shalahuddin Ahmad
Peneliti

Kandidat doktor ekonomi, peneliti ekonomi pertahanan dan ekonomi digital

Menghitung Dampak Konflik di Laut Merah terhadap Ekonomi Dunia

Kompas.com - 18/01/2024, 08:09 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TIMUR Tengah adalah salah satu wilayah di dunia yang tak putus dari konflik berkepanjangan. Konflik di Timur Tengah bukan hanya melibatkan Palestina dan Israel yang sudah berlangsung sejak 1948, tapi juga Lebanon, Yaman, dan Syria.

Bahkan dalam 10 tahun terakhir, Iran, Saudi, dan Qatar juga terlibat dalam konflik.

Hari-hari ini, episentrum konflik adalah di Gaza, Palestina. Israel terus melakukan pemboman yang sudan memakan korban 30.000 orang dan lebih dari setengah adalah wanita dan anak-anak.

Selain itu di Laut Merah akibat tindakan Yaman melarang semua kapal yang menuju/dari Israel melewati Laut Merah. Kapal yang melintas berisiko disandera atau bahkan dijadikan sasaran rudal antikapal dari Yaman.

Tindakan Yaman dilakukan di jalur maritim utama dunia yang tiap hari dilalui ratusan kapal keluar masuk. Jalur yang menghubungkan Eropa dan Asia di Babul Mandeb (Pintu Mandeb), selat kecil yang ada di pantai Yaman.

Karena posisi Yaman sangat strategis dan celah Babul Mandeb sangat sempit, maka cukup bermodalkan speedboat atau artileri dan drone, Yaman sudah bisa melakukan aksi operasi pencegatan kapal yang jadi sasarannya.

Aksi Yaman ini tak main-main, Reuters melaporkan bahwa aktifitas pelabuhan Eliat di Israel langsung turun 85 persen. Ini tentu jadi pukulan berat bagi Israel yang sedang menghadapi konflik di Gaza.

Yaman melalukan aksi ini sebagai balasan atas aksi Israel di Gaza. Yaman menyatakan baru akan berhenti jika aksi Israel di Gaza dihentikan.

Tindakan Yaman ini tentu saja bisa dianggap melanggar hukum internasional dan kebebasan maritim dunia.

Namun dengan entengnya para juru bicara Yaman dari militer dan politisi mengatakan bahwa hukum internasional sudah mati di Gaza – merujuk tindakan Israel terhadap Gaza yang juga tak pernah mengindahkan hukum internasional.

Negara-negara Barat yang meskipun tak lagi menyebut Yaman melanggar hukum internasional karena sikap standar ganda mereka, tetap meloloskan resolusi mengutuk Yaman di Dewan Keamanan PBB, meski China dan Rusia absen.

Di forum sama beberapa hari sebelumnya, insiatif untuk meloloskan resolusi untuk Gaza diveto oleh Amerika serikat.

Amerika mengumumkan koalisi untuk menghadapi aksi Yaman dengan menyertakan banyak negara Eropa dan Timur Tengah. Namun rupanya tak ada negara yang ingin terlibat dan diakhir hanya Amerika dan Inggris saja yang akan melakukan perlawanan terhadap Yaman.

Inggris pun tidak bisa melakukan operasi secara maksimal karena mengalami masalah recruitment untuk armada kapal induknya, sehingga dipastikan tak akan ada kapal induk Inggris yang terlibat.

Sementara konflik bereskalasi saat kapal perang Amerika menyerang dua speedboat Yaman yang menewaskan 10 tentara Yaman. Saat ini sudah puluhan kapal terkena serangan rudal Yaman, termasuk kapal perang AS.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com