Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gencatan Senjata di Gaza Diserukan Berlaku Permanen

Kompas.com - 27/11/2023, 18:58 WIB
Irawan Sapto Adhi

Penulis

TEHERAN, KOMPAS.com - Iran pada Senin (27/11/2023) menyerukan gencatan senjata di Gaza berlaku permanen untuk menghentikan serangan Israel di wilayah tersebut.

Seperti diketahui, kesepakatan gencatan senjata selama empat hari di Gaza antara Israel dan Hamas akan berakhir pada Selasa (28/11/2023).

Hamas sebelumnya telah menyatakan bersedia untuk memperpanjang jeda dan membebaskan lebih banyak sandera.

Baca juga: Puluhan Ribu Orang Padati Jalanan London, Tuntut Gencatan Senjata Permanen di Gaza

Jeda pertempuran yang dimulai pada Jumat (24/11/2023) tersebut telah diwarnai dengan pembebasan puluhan sandera oleh Hamas dan lebih dari 100 tahanan Palestina oleh Israel sebagai imbalannya.

"Sebagai Republik Islam Iran, kami ingin dan berharap bahwa kejahatan rezim Zionis terhadap rakyat Palestina akan dihentikan sepenuhnya," kata Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kananim, dikutip dari AFP.

Dalam konferensi pers mingguannya, Kanani mengatakan kepada wartawan, bahwa Iran "mendukung" perpanjangan gencatan senjata dengan pihak regional yang aktif dalam upaya ini, yakni Qatar.

Sementara itu, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian telah melakukan kunjungan ke ibu kota Qatar, Doha, pada Kamis (24/11/2023).

"Salah satu tujuan utama dari negosiasi dan upaya yang sedang berlangsung adalah untuk memastikan bahwa gencatan senjata sementara yang ada mengambil bentuk yang stabil dan bahwa agresi kejam rezim Zionis (Israel) terhadap Gaza tidak terulang kembali," tambah Nasser.

Baca juga: Gencatan Senjata, 39 Perempuan dan Anak-anak Palestina Dibebaskan dari Penjara Israel

Namun, kata dia, Israel tampaknya sedang ingin memperoleh "kemenangan nyata" setelah mereka tidak mampu mencapai tujuan usai melancarkan serangan di Gaza.

Nasser mengisyaratkan bahwa Israel akan melanjutkan serangannya di Gaza.

Iran, yang telah melabeli kampanye militer Israel di Gaza sebagai sebuah genosida, membantah keterlibatan langsung dalam serangan Hamas terhadap Israel.

Dorongan perpanjangan gencatan senjata

Sementara itu, Otoritas Palestina mengatakan, bahwa Qatar, Mesir, Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Spanyol sedang berupaya untuk memperpanjang kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas.

Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki menyebut, gencatan senjata saat ini dapat diperpanjang untuk satu, dua, atau tiga hari.

Namun, dia menegaskan, bahwa belum ada yang tahu secara pasti berapa lama gencatan senjata tersebut bakal terwujud.

Sebelumnya, para pejabat Israel mengatakan, serbuan Hamas ke Israel selatan pada 7 Oktober lalu telah menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

Sedangkan, serangan balasan Israel disebut oleh Kementerian Kesehatan di Gaza yang dikelola Hamas telah menewaskan hampir 15.000 orang, sebagian besar warga sipil dan termasuk ribuan anak-anak.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

WHO: Tak Ada Pasokan Medis Masuk ke Gaza Selama 10 Hari

Global
PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

PM Slovakia Jalani Operasi Baru, Kondisinya Masih Cukup Serius

Global
Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Warga Sipil Israel Kembali Berulah, Truk Bantuan di Tepi Barat Dibakar

Global
13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

13 Negara Ini Desak Israel agar Menahan Diri dari Invasinya ke Rafah

Global
Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Kera Tergemuk di Thailand Mati karena Sering Diberi Permen dan Minuman Manis

Global
Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Israel: Kasus Genosida di Pengadilan PBB Tak Sesuai Kenyataan

Global
Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Minim Perlindungan, Tahanan di AS yang Jadi Buruh Rawan Kecelakaan Kerja

Internasional
Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Korut Tembakkan Rudal Balistik Tak Dikenal, Ini Alasannya

Global
Siapa 'Si Lalat' Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Siapa "Si Lalat" Mohamed Amra, Napi yang Kabur dalam Penyergapan Mobil Penjara di Prancis?

Internasional
Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Tekno-Nasionalisme Xi Jinping dan Dampaknya pada Industri Global

Global
2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

2 Polisi Malaysia Tewas Ditembak dan Diserang, Pelaku Disebut Terafiliasi Jemaah Islamiyah

Global
AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

AS Sebut Dermaga Terapungnya Mulai Dipakai untuk Kirim Bantuan ke Gaza

Global
Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Suara Tembakan di Dekat Kedutaan Israel, Polisi Swedia Menahan Beberapa Orang

Global
Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Kharkiv Jadi Kota Kedua Ukraina yang Sering Diserang Drone Rusia

Global
China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

China Disebut Berencana Kembangkan Reaktor Nuklir Terapung di Laut China Selatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com