KUALA LUMPUR, KOMPAS.com - Malaysia akan mencoba membuat hujan dengan menyemai awan dan bersiap-siap untuk meliburkan sekolah-sekolah karena kualitas udara di berbagai tempat memburuk.
Kementerian Lingkungan Hidup menyatakan hal ini dilakukan untuk meningkatkan kekhawatiran akan babak baru polusi dari kebakaran hutan.
Hampir setiap musim kemarau, asap dari kebakaran untuk membuka lahan bagi perkebunan kelapa sawit dan dan kertas di Indonesia menyelimuti langit di sebagian besar wilayah tersebut.
Baca juga: Apple Identifikasi Penyebab Panas Berlebih pada iPhone 15
Dilansir dari DW, hal ini menimbulkan risiko bagi kesehatan masyarakat dan membuat operator turis dan maskapai penerbangan khawatir.
Kualitas udara Malaysia memburuk, terutama di bagian barat Semenanjung Malaysia, dengan 11 wilayah mencatat angka indeks polusi udara (API) yang tidak sehat, demikian ungkap direktur jenderal Kementerian Lingkungan Hidup Malaysia, Wan Abdul Latiff Wan Jaffar.
Malaysia mengatakan minggu lalu bahwa kebakaran di negara tetangganya, Indonesia, menyebabkan polusi, meskipun Indonesia membantah mendeteksi adanya asap yang melintasi perbatasannya ke Malaysia.
Kementerian Malaysia mengatakan sebelumnya bahwa sebuah badan meteorologi regional telah mendeteksi hampir 250 titik api, yang mengindikasikan kebakaran, di pulau Sumatra dan di bagian pulau Kalimantan, dan tidak ada satupun di Malaysia.
Upaya untuk membersihkan udara dengan hujan dengan menyemai awan dan langkah-langkah lain untuk mengatasi polusi akan diberlakukan ketika pembacaan API mencapai 150 selama lebih dari 24 jam, kata Wan Abdul Latiff.
Sekolah dan taman kanak-kanak harus menghentikan semua kegiatan di luar ruangan ketika angka API mencapai 100, dan tutup ketika mencapai 200, katanya.
Sementara itu, kelompok lingkungan Greenpeace menyerukan kepada negara-negara di kawasan ini untuk memperkenalkan undang-undang untuk menghentikan perusahaan perkebunan yang menyebabkan polusi udara.
Baca juga: Panas di Laut China Selatan, China Tembak Kapal Filipina dengan Meriam Air
"Menerapkan undang-undang kabut asap lintas batas domestik diperlukan untuk bertindak sebagai pencegah, terutama karena ada apel yang buruk di industri ini," kata Heng Kiah Chun, juru kampanye regional untuk Greenpeace Asia Tenggara.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.