Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gelombang Panas di Korsel dan Jepang Terus Memakan Korban Jiwa

Kompas.com - 01/08/2023, 18:45 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Guardian

SEOUL, KOMPAS.com - Dua belas orang dilaporkan meninggal akibat gelombang panas di Korea Selatan.

Sementara di Jepang, seorang anak perempuan berusia 13 tahun meninggal akibat sengatan panas dalam perjalanan pulang dari sebuah klub sekolah.

Kantor berita Korea Selatan Yonhap melaporkan bahwa setidaknya lima dari mereka yang meninggal pada akhir pekan lalu adalah petani, dan setidaknya tujuh orang berusia di atas 70 tahun, termasuk beberapa di antaranya berusia 90-an.

Baca juga: Loyalis yang Tersingkir: Rumor Panas di Balik Pemecatan Menlu China

Dilansir dari Guardian, sebagian besar wilayah Korea berada di bawah peringatan gelombang panas yang dikeluarkan ketika suhu melewati 35 Celcius.

Selama minggu sebelumnya, tiga orang diyakini telah meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan panas.

Di Jepang, seorang gadis berusia 13 tahun ditemukan tidak sadarkan diri di trotoar pekan lalu.

Dia bersepeda pulang setelah menghadiri klub sekolah dan dibawa ke rumah sakit di mana dia kemudian meninggal karena apa yang diyakini pihak berwenang sebagai sengatan panas, lapor Mainichi.

Pihak sekolah telah menangguhkan pertemuan klub satu jam lebih awal karena kekhawatiran akan cuaca panas dan mengatakan bahwa para siswa telah beristirahat setiap 20-25 menit untuk rehidrasi.

Di tempat lain, pasangan lansia ditemukan meninggal di rumah mereka di Tokyo oleh seorang petugas kesehatan, sehingga jumlah korban meninggal sejak pekan lalu menjadi tiga orang.

Polisi percaya bahwa mereka meninggal karena sengatan panas karena suhu di kota itu mencapai 35,7 derajat Celcius dan pendingin ruangan mereka tidak menyala.

Baca juga: Anak Perempuan di AS Dapat Ganti Rugi Rp 12 Miliar karena Kejatuhan Nugget Panas McDonalds

Kematian di Jepang terjadi beberapa minggu setelah pemerintah menetapkan target untuk mengurangi separuh dari jumlah kematian akibat suhu panas pada tahun 2030.

Statistik dari kementerian kesehatan yang dilaporkan oleh Japan Times menunjukkan bahwa jumlah kematian akibat sengatan panas meningkat dari rata-rata 201 orang per tahun antara tahun 1995 dan 1999, menjadi rata-rata 1.295 orang per tahun dari tahun 2018 hingga 2022.

Antara 80 hingga 90 persen dari mereka yang meninggal berusia di atas 65 tahun, menurut data yang dikutip oleh Japan Times.

Penelitian menunjukkan bahwa orang yang lebih tua lebih rentan terhadap gelombang panas.

Jepang memiliki proporsi orang berusia 65 tahun ke atas tertinggi kedua di dunia, yang memiliki implikasi penting untuk adaptasi perubahan iklim.

Baca juga: Otoritas Cuaca Texas Panggang Kue di Dashboard Mobil Saat Gelombang Panas

Pada tahun 2025, satu dari lima orang di Korea Selatan diperkirakan akan berusia lebih dari 65 tahun, sehingga menjadikannya rumah bagi populasi yang menua, menurut penelitian yang diterbitkan dalam Lancet.

Pada tahun 2050, 44 persen penduduk Korea Selatan mungkin akan berusia di atas 65 tahun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

AS Tegas Peringatkan Israel, Pasokan Senjata Akan Disetop jika Lanjutkan Serang Rafah

Global
[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

[POPULER GLOBAL] PRT Dapat Warisan Rp 43,5 Miliar | Israel Serang Rafah

Global
Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Israel Serang Rafah: Hamas Lawan Balik, AS Hentikan Pengiriman Senjata

Global
Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Militer Taiwan Siap Hadapi Apapun Langkah China saat Presiden Lai Mulai Menjabat

Global
Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Ada Air Terjun di Kantor, Ternyata Ini Penyebabnya

Global
Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Pria China Bangun dari Koma 10 Tahun Berkat Perawatan Tulus Istrinya

Global
Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Ukraina Kemungkinan Mati Listrik di Seluruh Negeri Usai Serangan Besar Rusia

Global
India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

India Tangkap 4 Orang yang Dituduh Selundupkan Orang untuk Jadi Tentara Rusia di Ukraina

Global
Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Kepala Propaganda yang Melayani Ketiga Pemimpin Korea Utara Meninggal

Global
Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Jika Pasukan Perancis Dikirim ke Ukraina, Rusia Anggap Sasaran Sah

Global
Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Israel Buka Lagi Penyeberangan Kerem Shalom untuk Bantuan ke Gaza

Global
Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Di Museum Australia, Ada Toilet Khusus Perempuan

Global
Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Israel Buru Hamas dalam Serangan Besar-besaran di Rafah

Global
Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Malaysia Akan Hadiahkan Orangutan kepada Negara Pembeli Minyak Sawit, Serupa Diplomasi Panda dari China

Global
Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Gerakan Tenda Mahasiswa Pro-Palestina dan Paradoks Demokrasi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com