Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Curhat Pemuda Palestina: Sudah Hilang Harapan Kami pada Solusi Politik

Kompas.com - 17/06/2023, 13:28 WIB
BBC News Indonesia,
Irawan Sapto Adhi

Tim Redaksi

Penulis: Yousef Eldin/BBC World Service

TEPI BARAT, KOMPAS.com - Warga Palestina di bawah usia 30 tahun tidak pernah mendapat kesempatan untuk ikut serta dalam pemilu dan banyak yang mengatakan tidak percaya terhadap Otoritas Palestina.

Data yang secara eksklusif dibagikan kepada BBC menunjukkan bahwa semakin banyak kaum muda menolak gagasan solusi dua negara untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

"'Solusi dua negara' yang sangat klise, buatan Barat, tanpa melihat situasi sebenarnya," jawab Janna Tamimi (17) dengan sinis ketika ditanya tentang hal itu.

Baca juga: Israel Berupaya Bagi Kompleks Masjid Al-Aqsa, Palestina Ajak Indonesia Ikut Cegah

Dia lalu menambahkan, “Tapi di mana perbatasannya?”.

Janna berkata dia adalah salah satu jurnalis terakreditasi paling muda di dunia.

Pada usia tujuh tahun, dia mulai meminjam telepon ibunya dan meliput aksi protes di kota asalnya, Nabi Salah, di wilayah pendudukan Tepi Barat.

"Saya sering meliput serangan malam [pasukan Israel] dan serangan siang hari yang cukup sering terjadi. Saya tidak memfilmkan semuanya, tetapi saya berusaha sebaik mungkin. Agak berat dengan sekolah dan hal-hal lain. Tapi selalu ada sesuatu untuk diliput," ungkapnya.

Sejak Janna lahir, belum pernah ada pemilihan umum atau pemilihan presiden di wilayah Palestina.

Pemilu terakhir berlangsung pada 2006, yang berarti siapa pun yang berusia di bawah 34 tahun tidak pernah mendapat kesempatan memilih.

Pemuda Palestina, Mustafa dan Sally sama-sama belajar Universitas Birzeit.BBC News Indonesia Pemuda Palestina, Mustafa dan Sally sama-sama belajar Universitas Birzeit.

Yang terjadi selanjutnya adalah runtuhnya kepercayaan terhadap para pemimpin politik Palestina dan terus berkurangnya dukungan terhadap solusi dua negara, formula perdamaian yang didukung komunitas internasional dan mengusung negara Palestina merdeka yang berdampingan dengan Israel.

Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina yang berbasis di Tepi Barat telah melacak perubahan pandangan penduduk selama lebih dari dua dekade dan telah membagi datanya mengenai sikap usia 18 hingga 29 tahun secara eksklusif dengan BBC.

Temuan ini menunjukkan dengan jelas tren penurunan dukungan generasi ini terhadap Otoritas Palestina (PA) yang berkuasa, serta penurunan yang konsisten dalam dukungan pada solusi dua negara selama satu dekade terakhir.

Baca juga: Lagi, Israel Bunuh Warga Palestina di Tepi Barat, Kali Ini 3 Anggota Brigade Martir Al-Aqsa

"Hari ini, ketidakpuasan kaum muda sebagian besar didorong oleh pengamatan mereka akan kurangnya legitimasi dalam sistem politik. Jadi kami punya presiden, yang, selama 14 tahun terakhir memerintah tanpa legitimasi pemilu," kata Dr Khalil Shikaki, direktur pusat riset tersebut.

"Sistem politik kami sebagian besar otoriter; Ini sebagian besar merupakan one-man show. Secara teori, kami punya konstitusi, tapi pada kenyataannya, kami tidak mematuhi konstitusi kami," tambahnya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Setelah Punya Iron Dome, Israel Bangun Cyber Dome, Bagaimana Cara Kerjanya?

Global
Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Protes Pro-Palestina Menyebar di Kampus-kampus Australia, Negara Sekutu Israel Lainnya

Global
Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Apa Tuntutan Mahasiswa Pengunjuk Rasa Pro-Palestina di AS?

Internasional
Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Setelah Menyebar di AS, Protes Pro-Palestina Diikuti Mahasiswa di Meksiko

Global
Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Dilanda Perang Saudara, Warga Sudan Kini Terancam Bencana Kelaparan

Internasional
Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Rangkuman Hari Ke-799 Serangan Rusia ke Ukraina: Gempuran Rudal Rusia di 3 Wilayah | Rusia Disebut Pakai Senjata Kimia Kloropirin

Global
Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Biaya Rekonstruksi Gaza Pascaperang Bisa Mencapai Rp 803 Triliun, Terparah sejak 1945

Global
Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Paus Fransiskus Teladan bagi Semua Umat dan Iman

Global
Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Rusia Dilaporkan Kirimkan Bahan Bakar ke Korea Utara Melebihi Batasan PBB

Global
Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Turkiye Hentikan Semua Ekspor dan Impor dengan Israel

Global
Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Lebih dari 2.000 Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Ditangkap di Kampus-kampus AS

Global
Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Pelapor Kasus Pelanggaran Boeing 737 Meninggal Mendadak

Global
[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

[POPULER GLOBAL] Ratusan Ribu Ikan di Vietnam Mati Kekurangan Air | Hamas Minta Gencatan Senjata Permanen

Global
Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Polisi Tangkapi Para Demonstran Pro-Palestina di UCLA

Global
Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Gelombang Panas Akibatkan Kematian Massal Ikan di Vietnam

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com