Penulis: DW Indonesia
KOMPAS.com - Bongkahan es di Samudra Arktik akan sepenuhnya meleleh pada musim panas pada 2030-an, alias satu dekade lebih cepat ketimbang yang diperkirakan. Laju pencairan sulit dihentikan bahkan jika emisi GHG berkurang drastis.
Laju pencairan es di Kutub Utara diprediksi tidak akan melambat, meski sasaran kenaikan suhu Bumi bisa dibatasi sebesar 1,5 derajat Celsius. Kesimpulan itu dirilis dalam sebuah studi yang dipublikasikan oleh jurnal Nature Communications.
"Waktunya sudah telat untuk melindungi es musim panas di Kutub Utara," kata salah seorang ilmuwan yang terlibat, Dirkt Notz, Guru Besar Oseanografi di Universitas Hamburg, Jerman.
Baca juga: Ilmuwan 3 Negara Temukan Samudra Keenam, Berada di Bawah Bumi
"Ini akan menjadi komponen besar pertama dalam sistem iklim yang punah akibat emisi gas rumah kaca yang kita ciptakan," imbuhnya.
Mencairnya lapisan es diprediksi akan berdampak besar pada pola cuaca, ekosistem, dan kehidupan manusia secara global.
"Pencairan bisa mempercepat pemanasan global, yakni karena melelehnya es di permafrost yang padat emisi, dan kenaikan permukaan air laut karena mencairnya lapisan es di Greenland," timpal kepala peneliti, Seung-ki Min dari Universitas Teknologi Pohang, Korea Selatan.
Lapisan es Greenland menyimpan volume es yang mampu menaikkan permukaan laut setinggi enam meter. Pencairan es di laut sebaliknya tidak berdampak pada kenaikan permukaan air, melainkan mempercepat proses pemanasan temperatur Bumi.
Lapisan es di permukaan laut selama ini berjasa memantulkan 90 persen energi matahari kembali ke luar angkasa. Namun, jika matahari menyinari samudra yang cair, energinya akan diserap oleh air dan disebar ke seluruh permukaan Bumi.
Fenomena ini terutama berlaku untuk samudra di Kutub Utara dan Selatan, yang tercatat telah menghangat sebanyak tiga derajat Celsius dibandingkan level pada abad ke-19 atau tiga kali lipat rata-rata global.
Hilangnya lapisan es di perairan kutub pada September tahun 2030-an menandakan akselerasi krisis, "satu dekade lebih cepat ketimbang perkiraan terbaru oleh Panel Iklim PBB (IPCC)," kata Min.
Dalam laporan 2021 silam, IPCC memprediksi "dengan tingkat kepercayaan diri yang tinggi" bahwa Samudra Arktik akan bebas es setidaknya pada pertengahan abad, itu pun dalam skenario kenaikan emisi yang ekstrem.
Baca juga: Muncul Jejak Misterius di Dasar Samudra Atlantik, Bentuknya Garis Putus-putus dan Berongga
Riset terbaru, yang menganalisa data observasi antrara 1979 dan 2019, menemukan ambang batas kenaikan suhu sudah akan terlampaui pada 2040-an.
Min dan ilmuwan lain juga menghitung, bahwa aktivitas manusia bertanggung jawab atas 90 persen pencairan lapisan es di Samudra Arktik. Adapun sumber pencairan alami seperti erupsi vulkanik hanya berdampak kecil.
Terakhir kali, lapisan es di Samudra Arktik menyusut menjadi sebesar 3,4 juta kilometer persegi pada 2012. Jumlah tersebut merupakan rekor terendah sebaran es di muka laut, dengan angka terendah kedua dan ketiga terjadi pada 2020 dan 2019.
Status "bebas es" di Samudra Arktik hanya digunakan jika tutupan es di muka laut menyusut lebih kecil ketimbang satu juta kilometer persegi atau tujuh persen dari total wilayah perairan di Kutub Utara.
Di Antarktika, tutupan es laut menyusut menjadi 1,92 juta kilometer persegi pada Februari lalu, alias level terendah dalam sejarah pengamatan cuaca.
Baca juga: Pria Jepang Ini Jadi Orang Tertua yang Berlayar Sendirian di Samudra Pasifik
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Samudera Arktika akan Meleleh Satu Dekade Lebih Cepat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.