Ini sebagai bagian dari kampanye untuk mengembalikan China ke apa yang dilihat Partai Komunis yang berkuasa sebagai status yang sah sebagai pemimpin politik dan ekonomi.
Tujuannya juga untuk membangun tatanan internasional yang mendukung kepentingan Beijing.
Baca juga: Tinggalkan Dollar AS, Argentina Bayar Impor dari China dengan Yuan
Sikap China jadi pembalikan tajam setelah puluhan tahun menghindari keterlibatan dalam konflik negara lain dan sebagian besar urusan internasional sementara fokus pada pembangunan ekonomi di dalam negeri.
Pada bulan Maret, Arab Saudi dan Iran mengeluarkan pengumuman mengejutkan, menyusul pembicaraan di Beijing, bahwa mereka akan membuka kembali kedutaan di ibu
kota masing-masing setelah jeda tujuh tahun.
China memiliki hubungan baik dengan keduanya sebagai pembeli minyak yang besar.
Baca juga: Pendiri Foxconn Sebut China Tidak Akan Menyerang Jika Dia Jadi Presiden Taiwan
Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Qin Gang mengatakan kepada mitranya dari Israel dan Palestina bahwa negaranya siap membantu memfasilitasi pembicaraan damai.
Pernyataan hari Rabu memperingatkan bahaya perang nuklir, menunjukkan Beijing mungkin juga termotivasi oleh apa yang dilihatnya sebagai bahaya konflik yang lebih merusak.
Mediasi antara Ukraina dan Rusia akan meningkatkan kehadiran China di Eropa Timur, di mana Beijing telah mencoba membangun hubungan dengan pemerintah lain.
Baca juga: Konsekuensi Serius jika China Serang Taiwan Diungkap Menlu Inggris
Itu telah memicu keluhan dari beberapa pejabat Eropa bahwa China mencoba untuk mendapatkan pengaruh atas Uni Eropa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.