Ia mengatakan, "menyamakan Rusia dan Ukraina merupakan hal yang menyinggungnya", terlebih banyak di antara warganya yang juga ikut berkontribusi pada kehidupan di Bali.
Ini juga disepakati oleh warga Ukraina lainnya di Bali, Oleksandra.
"Ukraina tidak sama dengan Rusia, kami tidak sama, jadi tolong jangan samakan kami," ujar Oleksandra.
"Dari sudut pandang politik, mungkin logis untuk menyatukan dua pihak yang bertikai ke dalam satu konflik yang sama, tapi kami ingin Bali bisa membedakan siapa agresor yang sesungguhnya dan siapa korbannya."
"Dan begitu perang usai, mereka sangat ingin pulang."
Valeria berencana tinggal di Bali setidaknya selama enam bulan sampai masa berlaku visa kunjungan bisnisnya habis.
"Saya suka alam Bali, orang-orangnya, suasananya, tapi sayangnya tinggal di sini tidak murah."
"Indonesia juga tidak punya program khusus untuk warga Ukraina yang terdampak perang, jadi saya masih belum tahu apa rencana selanjutnya."
Sementara warga Ukrania lain seperti Oleksandra yang sudah menetap di Indonesia, berusaha membantu kondisi warga sebangsanya.
"Kami selalu memikirkan apa yang bisa kami lakukan untuk warga Ukrania di sini, sambil melakukan apa yang bisa kami lakukan untuk membantu negara kami."
Dmytro berkejaran dengan saldo tabungannya yang mulai menipis.
"Saya cinta Bali, tapi saya ingin pulang," katanya.
"Sayangnya, kami tidak tahu kapan atau apakah kami bisa pulang ... Rusia telah merenggut rumah kami," tutup Dmytro.
Baca juga: Dubes Vasyl Hamianin Sesalkan Usul Gubernur Bali Cabut Visa on Arrival Warga Ukraina