Tapi, yang lainnya tidak sependapat.
"Ini merupakan kegagalan besar," kata Sir David Omand selaku Koordinator Keamanan dan Intelijen Inggris saat itu.
Ia mengatakan telah terjadi bias konfirmasi dari sumber-sumber intelijen. Hal ini telah menggiring para ahli dari pemerintah hanya mendengarkan penggalan informasi yang menonjolkan gagasan kepemilikan senjata pemusnah massal Saddam Hussein. Dan mengabaikan selain hal itu.
Sejumlah orang di dalam MI6 juga mengaku khawatir. "Saat itu, saya merasakan apa yang saya lakukan salah," kata seorang agen yang bekerja di Irak, yang tak pernah bicara pada media sebelumnya. Ia meminta namanya disamarkan.
"Tidak ada informasi intelijen baru atau penilaian terbaru atau kredibel yang menunjukkan Irak memulai kembali program senjata pemusnah massal, dan bahwa mereka merupakan ancaman yang ada di depan mata," kata mantan pejabat itu mengenai periode awal 2002.
"Menurut saya, dari sudut pandang pemerintah, itu adalah satu-satunya yang dapat mereka temukan... senjata pemusnah massal menjadi satu-satunya cantolan bagi mereka untuk menggantungkan pembenaran untuk perang."
Baca juga: Kisah Tentara AS yang Berduka Jelang Eksekusi Saddam Hussein pada 2006
Keberadaan intelijen pada musim semi 2002 tidak lengkap. Agen-agen lama MI6 di Irak hanya memiliki sedikit atau tidak ada informasi mengenai senjata pemusnah massal.
Saat itu juga ada situasi putus asa bagi agen intelijen baru dari sumber-sumber baru untuk mendukung kasus ini, terutama ketika muncul sebuah berkas rencana pada September.
Orang dalam MI6 lainnya juga mengenang saat lembaga ini memecahkan kode pesan yang berkata "tidak ada peran yang lebih penting" bagi badan intelijen tersebut selain meyakinkan publik Inggris bahwa perang ini harus dilakukan.
Mereka mengatakan, beberapa orang mempertanyakan bila pesan ini pantas, kemudian pesan itu dihapus.
Sumber informasi yang dibawa Richard ini belum melalui pengecekan penuh, dan tidak dibagikan kepada para ahli, tetapi rinciannya sudah diserahkan kepada perdana menteri.
Sir Richard membantah tuduhan bahwa dia terlalu dekat dengan kantor perdana menteri dengan menyebutnya sebagai "konyol".
Ia juga enggan berkomentar mengenai rincian sumber intelijen yang dibawa ke kantor perdana menteri tersebut.
Bagaimanapun, beberapa bulan setelah ia datang ke kantor perdana menteri itu, rincian sumber penting terbarunya tak pernah terjadi. Pada akhirnya, hal ini dianggap sebagai sesuatu yang mengada-ada, kata sumber lainnya.
Kontrol kualitas telah hancur, kata mereka.
Kemungkinan sejumlah sumber intelijen baru telah mengarang informasi demi uang atau karena mereka ingin melihat Saddam digulingkan.
Baca juga: 16 Juli dalam Sejarah: Saddam Hussein Jadi Presiden Irak pada 1979 Pasca-Kudeta
Pada Januari 2003, saya bertemu dengan seorang pembelot dari badan intelijen Saddam di Yordania. Dia mengaku telah terlibat dalam membangun laboratorium bergerak (menggunakan kendaraan) untuk mengerjakan senjata biologi, agar tidak diketahui PBB.
Klaimnya berhasil masuk dalam persentasi Menteri Luar Negeri AS, Colin Powell yang dibawa ke PBB pada Februari 2003.
Padahal saat itu, sejumlah orang di dalam pemerintahan AS sudah mengeluarkan "pemberitahuan dari intelijen ke badan lainnya", bahwa informasi tersebut tidak bisa dipercaya. Sumber lain dengan nama kode "Cuverball" yang menjadi andalan AS dan Inggris, juga mengarang rincian tentang laboratorium tersebut.
Namun, patut diingat bahwa Saddam pernah sekali memiliki senjata pemusnah massal.