KYIV, KOMPAS.com - Pasukan Rusia menekan serangan mereka di timur Ukraina ketika sembari mengepung kota pertambangan kecil Bakhmut, tempat pertempuran terberat di medan perang yang dipenuhi hujan.
Rusia sedang mencoba untuk memotong jalur pasokan para pembela Ukraina ke kota dan memaksa mereka untuk menyerah atau mundur.
Itu akan memberi Rusia hadiah besar pertamanya dalam lebih dari setengah tahun dan membuka jalan untuk merebut pusat kota terakhir yang tersisa di wilayah Donetsk.
Baca juga: Kepala Intel Militer Ukraina: Tak Ada Tanda-tanda China Kirim Senjata ke Rusia
"Musuh terus-menerus menghancurkan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk melindungi posisi kami sebagai benteng dan pertahanan. Tentara kami yang mempertahankan daerah di sekitar Bakhmut adalah pahlawan sejati," kata Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, Senin (27/2/2023).
Militer Ukraina mengatakan Rusia telah memperkuat pasukannya di daerah Bakhmut dan menembaki pemukiman di sekitar kota.
"Selama beberapa hari terakhir, tentara kami memukul mundur lebih dari 60 serangan musuh," kata militer pada Selasa (28/2/2023) pagi, mengacu pada Bakhmut dan daerah timur terdekat.
Mereka menambahkan bahwa pasukan Ukraina menangkis serangan Rusia di desa Yadhidne dan Berkhivka, di pendekatan utara ke Bakhmut.
Analis militer Ukraina Oleh Zhdanov mengatakan pasukan Rusia telah membuat celah di antara desa-desa itu ketika mereka mencoba memotong jalan ke barat menuju Chasiv Yar.
"Bagian selatan Bakhmut adalah satu-satunya daerah yang dapat digambarkan berada di bawah kendali Ukraina. Di semua distrik lain, situasinya tidak dapat diprediksi," katanya dalam komentar video.
"Tidak mungkin untuk mengatakan di mana letak garis depan," tambahnya.
"Kedua belah pihak tetap pada posisinya, karena seperti yang Anda lihat, musim semi berarti lumpur. Jadi, tidak mungkin untuk bergerak maju," kata Mykola, 59 tahun, komandan baterai peluncur roket garis depan Ukraina, sambil melihat layar tablet untuk koordinat tembakan.
Pencairan musim semi, yang dikenal sebagai rasputitsa, memiliki sejarah merusak rencana tentara untuk menyerang di seluruh Ukraina dan Rusia barat, mengubah jalan menjadi sungai dan ladang menjadi rawa.
Reuters melihat beberapa kendaraan militer terjebak dalam lumpur.
Baca juga: [POPULER GLOBAL] Pesawat Rusia Hancur | Strait Times Minta Maaf
Di parit zigzag, Volodymyr, seorang komandan peleton berusia 25 tahun, mengatakan anak buahnya siap beroperasi dalam cuaca apa pun.
"Ketika kita diberi target itu artinya kita harus menghancurkannya," ujarnya.
Rusia, yang pasukannya diisi ulang dengan ratusan ribu wajib militer, telah mengintensifkan serangannya di sepanjang front timur.
Baca juga: Tanggapi Proposal China, Rusia Belum Bisa Damai dengan Ukraina
Tetapi pihak Ukraina menyebut serangan itu harus dibayar mahal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.