Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Deklarasi Jalan Tengah

Kompas.com - 17/11/2022, 08:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KONFERENSI Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 G20 di Bali yang berlangsung dua hari, 15-16 November 2022, berakhir sudah. Para pemimpin negara anggota G20, berhasil secara konsensus menyepakati deklarasi akhir, Bali Leaders’ Declaration. Semua puas. Aspirasi terakomodasi.

Kita katakan secara konsensus, sebab Bali Leaders Declaration dicapai lewat pergulatan panjang untuk mengkompromikan pandangan dan pendapat terutama menyangkut "perang Ukraina." Presiden Jokowi pun mengakui, sikap anggota G20 terhadap perang di Ukraina merupakan paragraf yang "paling diperdebatkan".

Katanya, "Sampai tengah malam kemarin kami membahas hal itu. Diskusi sangat alot tapi akhirnya para pemimpin menyepakati isi deklarasi yang mengutuk perang di Ukraina karena telah melanggar perbatasan, keutuhan kawasan."

Baca juga: Jokowi: G20 Forum Ekonomi, Jangan Ditarik-tarik ke Politik

"Kami sepakat bahwa perang berdampak negatif terhadap ekonomi global, dan pemulihan ekonomi global juga tidak akan tercapai tanpa adanya perdamaian," kata Jokowi.

Kata Menlu Retno Marsudi (Antara), proses menuju kesepakatan atas deklarasi tersebut sangat panjang. Bahkan, dilakukan melalui beberapa putaran negosiasi.

Cerminan ketegangan

Pernyataan Presiden Jokowi dan Menlu Retno tersebut menegaskan bahwa para anggota G20 berbeda pandangan mengenai perang Ukraina. Tetapi, mereka bersatu pandangan bahwa perang berdampak negatif terhadap keamanan pangan dan energi yang dirasakan seluruh dunia; bahwa perang menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerentanan yang ada dalam ekonomi global.

Meskipun demikian, para pemimpin tidak serta-merta bersepakat ramai-ramai mengutuk (condemn) tindakan Rusia di Ukraina itu. Tidak pula segera bersepakat bulat memasukkan kata "mengutuk" di dalam deklarasi akhir. Tidak!

AS dan sekutu-sekutu Baratnya, termasuk Australia, jelas menginginkan hal itu. Tetapi, ada China, India, Brasil, dan Saudi Arabia, misalnya yang menginginkan digunakannya "istilah" lain. Ada pandangan bahwa condemnation akan memprovokasi sikap keras kepala dan karena itu sangat mengurangi kesempatan untuk keterlibatan yang konstruktif.

China adalah salah satu negara yang, sejak pecah perang pada Februari lalu, mengambil sikap "abu-abu." Ketika dunia ramai-ramai mengecam aksi militer Rusia, China tidak mengkritik Rusia secara terbuka atau mendukung Moskow secara terbuka.

Sikap dan posisi India pun sudah terlihat sejak saat voting terhadap rancangan draf resolusi PBB yang menyerukan Rusia mengakhiri invasi militernya, beberapa waktu lalu. Ketika itu, India berada di tengah-tengah antara "tarikan" Barat dan Rusia.

Barat ingin India meng- condemn invasi militer Rusia ke Ukraina. Sebaliknya, Rusia berharap India netral. Maka akhirnya, India memilih abstain dalam dua kali voting draf resolusi, Maret lalu.

Baca juga: Deklarasi KTT G20, Apakah Akan Berdampak Signifikan pada Konflik Rusia-Ukraina?

Pergulatan panjang itulah yang akhirnya diselesaikan dengan konsensus. Maka dalam Bali Leaders' Declaration ditulis, sebagian besar anggota mengutuk keras perang di Ukraina dan menekankan bahwa hal itu (perang) menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa dan memperburuk kerentanan yang ada dalam ekonomi global.

Dalam deklarasi juga disebut, negara-negara anggota G20 menegaskan kembali posisi mereka yang "menyesalkan dengan sangat keras agresi oleh Federasi Rusia terhadap Ukraina dan menuntut penarikan penuh dan tanpa syarat dari wilayah Ukraina."

Semangat konsensus

Yang menarik dari Bali Leaders' Declaration ini adalah diakuinya "ada pandangan lain dan penilaian situasi yang berbeda," terhadap perang Ukraina dan pilihan sikap yang akan harus dijatuhkan terhadap Rusia.

Pandangan lain ini - tidak setuju digunakannya kata condemn dalam deklarasi akhir -mendorong jalur diplomasi dalam penyelesaian konflik. "Penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima. Penyelesaian konflik secara damai, upaya penanganan krisis, serta diplomasi dan dialog, sangat penting. Zaman sekarang bukanlah era perang.”

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

AS Disebut Akan Turunkan Ganja ke Golongan Obat Berisiko Rendah

Global
Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Trump Didenda Rp 146 Juta dan Diancam Dipenjara karena Langgar Perintah Pembungkaman dalam Kasus Uang Tutup Mulut

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

[POPULER GLOBAL] Rudal Korea Utara di Ukraina | Mahasiswa New York Rela Diskors demi Bela Palestina

Global
Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Kapal AL Italia Tembak Drone di Laut Merah, Diduga Milik Houthi

Global
Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Rusia Jatuhkan 6 Rudal ATACMS Buatan AS yang Diluncurkan Ukraina

Global
Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Rusia Terus Serang Kharkiv Ukraina, Warga Semakin Tertekan dan Gelisah

Global
Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Universitas Columbia AS Mulai Jatuhkan Skors ke Mahasiswa Pedemo Pro-Palestina

Global
Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Netanyahu: Israel Akan Serang Rafah dengan atau Tanpa Gencatan Senjata

Global
Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Peringati 75 Tahun Hubungan Bilateral, AS-Indonesia Luncurkan Kunjungan Kampus dan Kontes Fotografi

Global
Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Menlu Inggris: Hamas Ditawari Gencatan Senjata 40 Hari

Global
Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Mengapa Angka Kelahiran di Korea Selatan Terus Menurun?

Internasional
Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Restoran Ini Buat Tantangan Santap Sayap Ayam Super Pedas, Peserta Wajib Teken Surat Pernyataan

Global
Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Kesaksian Perempuan yang Disandera 54 Hari di Gaza: Bunuh Saja Saya Secepatnya

Internasional
India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

India Tangguhkan Lisensi Belasan Produk Obat Tradisional dari Guru Yoga Populer

Global
Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Perlakuan Taliban pada Perempuan Jadi Sorotan Pertemuan HAM PBB

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com