Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Trias Kuncahyono
Wartawan dan Penulis Buku

Trias Kuncahyono, lahir di Yogyakarta, 1958, wartawan Kompas 1988-2018, nulis sejumlah buku antara lain Jerusalem, Kesucian, Konflik, dan Pengadilan Akhir; Turki, Revolusi Tak Pernah Henti; Tahrir Square, Jantung Revolusi Mesir; Kredensial, Kearifan di Masa Pagebluk; dan Pilgrim.

Antara Roma dan Manama: Mempertegas Ikatan Persaudaraan (Bagian I)

Kompas.com - 06/11/2022, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KUNJUNGAN Paus Fransiskus ke Bahrain, 3 - 6 November ini, mengingatkan kunjungan pemimpin umat Katolik sedunia itu ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) , 3 - 5 Februari 2019.

Menlu AS Mike Pompeo, seperti ditulis thenationalnres.com (3 Februari 2019), waktu itu menggambarkan kunjungan Paus sebagai "sebuah momen bersejarah bagi kebebasan beragama."

Menjelang keberangkatannya ke UEA, Paus mengatakan, "Saya akan pergi ke Uni Emirat Arab. Saya akan mengunjungi negeri itu sebagai saudara, untuk menulis lembaran dialog bersama, dan menapaki jalan perdamaian bersama. Doakan, ya."

Ketika itu, orang lalu ingat, peristiwa 800 tahun silam sebelumnya. Di tengah kecamuknya Perang Salib V, 1219, Fransiskus Asisi, seorang imam (yang dikemudian hari oleh Gereja dinyatakan sebagai orang kudus dan namanya digunakan oleh Paus sekarang ini), nekat menembus medan perang menemui Sultan Mesir, Malek al Kamel.

Pertemuan ini menjadi momen saling menghormati antar-umat manusia yang tidak hanya berbeda suku-bangsa, tetapi juga berbeda agama yang banyak kali menjadi sumber pertikaian dan perang. Tetapi sebagai manusia, sama di mata Allah.

Persaudaraan manusia

Kunjungan tiga hari ke UEA itu dicatat sebagai kunjungan bersejarah. Disebut bersejarah, karena inilah kunjungan pertama pemimpin Gereja Katolik Roma ke Semenanjung Arab.

Dan, buah kunjungan itu adalah ditandatangani Dokumen Persaudaraan Umat Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Hidup Bersama (The Document on Human Fraternity for World Peace and Living Together) oleh Paus Fransiskus dan Imam Besar Univesitas Al-Azhar Al Sharif, Mesir yang juga Ketua Dewan Para Pinatua Muslim (Chairman of the Muslim Council of Elders) Dr Ahmed Al Tayeb.

Dokumen itu, antara lain menyerukan umat manusia di seluruh dunia untuk bersatu untuk menciptakan harmoni antar-iman dan menyebarkan pesan damai.

Dokumen Abu Dhabi ini menjadi peta jalan yang sungguh berharga untuk membangun perdamaian dan menciptakan hidup harmonis di antara umat beragama, dan berisi beberapa pedoman yang harus disebarluaskan ke seluruh dunia (Dokpen KWI).

Dokumen Abu Dhabi tersebut antara lain juga menyatakan: Kebebasan adalah hak setiap orang: setiap individu menikmati kebebasan berkeyakinan, berpikir, berekspresi, dan bertindak.

Pluralisme dan keragaman agama, warna kulit, jenis kelamin, ras, dan bahasa dikehendaki Tuhan dalam kebijaksanaan-Nya, yang melaluinya Ia menciptakan umat manusia.

Kebijaksanaan Ilahi ini adalah sumber dari mana hak atas kebebasan berkeyakinan dan kebebasan untuk menjadi berbeda ber-asal.

Oleh karena itu, fakta bahwa orang dipaksa untuk mengikuti agama atau budaya tertentu harus ditolak, demikian juga juga pemaksaan cara hidup budaya yang tidak diterima orang lain.

Dialog, pemahaman dan promosi luas terhadap budaya toleransi, penerimaan sesama dan hidup bersama secara damai akan sangat membantu untuk mengurangi pelbagai masalah ekonomi, sosial, politik dan lingkungan yang sangat membebani sebagian besar umat manusia.

Tentang dialog antar-umat beragama diartikan sebagai berkumpul bersama dalam ruang luas nilai-nilai rohani, manusiawi, dan sosial bersama dan, dari sini, meneruskan keutamaan-keutamaan moral tertinggi yang dituju oleh agama-agama. Hal ini juga berarti menghindari perdebatan-perdebatan yang tidak produktif.

Dokumen yang ditandatangi Paus Fransiskus dan Imam Besar Ahmed Al Tayeb menyebut pula soal perlindungan tempat ibadah.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com