"Putra kami belum mengerti di mana ayahnya. Ketika dia melihatnya di video, dia menangis dan ingin berbicara dengannya," kata Olga. "Dia merindukan ayahnya."
Baca juga: Ukraina Hari Ini: Rusia Selesai Rekrut 300.000 Tentara Cadangan dari Mobilisasi Parsial
Elena, seorang psikolog, tinggal di Arkhangelsk di utara Rusia. Ketika berita tentang mobilisasi parsial melanda, dia dan suaminya memutuskan bahwa sang suami dan putra mereka harus melarikan diri ke Armenia.
Putra pasangan baru saja menyelesaikan dinas militernya di musim panas dan adalah mahasiswa di sebuah universitas. "Saya tidak ingin mempertaruhkan nyawa dan kesehatan putra saya," kata Elena.
Ketika perang dimulai, perusahaan suami Elena melakukan pekerjaan jarak jauh untuk pindah ke ibu kota Armenia, Yerevan. Jadi jelas sudah ke mana dia dan putra mereka akan pergi. Elena takut perbatasan Rusia keburu ditutup, berangkat ke perbatasan Georgia pada 24 September. Ia yang mengatur semua logistiknya.
Sekarang suami dan putra Elena menetap di Yerevan, terbiasa dengan masakan Armenia. Transfer uang adalah masalah yang sulit.
Meskipun berpisah, Elena merasa lebih baik. Ia mengatakan bahwa keluarga mereka sedang menyesuaikan diri dan tantangan ini tidak akan menghancurkan mereka tetapi malah membuat mereka lebih kuat.
Pada akhir Oktober, Elena berencana mengunjungi suami dan putranya dan membawakan mereka pakaian hangat. Dia sendiri belum berencana untuk pindah ke Yerevan. Dia aktif di sebuah komunitas di Arkhangelsk dan ingin tinggal di sana selama mungkin.
Baca juga: Cerita Mantan Tentara Rusia Kabur dari Mobilisasi Parsial: Saya Tak Mau Bunuh Saudara
Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Kisah Para Istri yang Ditinggalkan Desertir Rusia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.