Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Kisah Para Istri Desertir Rusia, yang Ditinggal Lari dari Mobilisasi Parsial

MOSKWA, KOMPAS.com - Pada minggu keempat mobilisasi parsial Rusia yang dimulai pada 21 September, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan kebijakan ini akan segera usai. Namun, dia tidak memberikan tanggal pastinya.

Kantor perekrutan di Moskwa telah ditutup, tetapi di seluruh bagian lain di Rusia masih tetap buka. Menurut angka resmi, 300.000 warga akan direkrut menjadi tentara Rusia, dan Putin mengatakan, sedikitnya 222.000 orang telah dipanggil untuk berperang di Ukraina.

Banyak pria yang menghindari wajib militer kini telah meninggalkan Rusia dan keluarga mereka. Berikut kisah tiga istri para desertir kepada DW. Agar mereka tetap aman, nama mereka telah diubah.

Daria, 25 tahun: Rasanya semuanya akan menjadi abu

Daria, seorang copywriter dari Chelyabinsk di wilayah Ural tenggara, sebelumnya sama sekali tidak tertarik dengan politik. Dia merasa perang adalah bencana dan berusaha untuk tidak memikirkannya.

Ketika mobilisasi parsial dimulai, Daria khawatir akan nasib suaminya, Alexei. Dia mempelajari hukum terkait mobilisasi parsial dan pasangan itu memutuskan Alexei harus meninggalkan negara itu.

Karena Alexei tidak punya paspor, rencananya ia akan menuju Kazakhstan yang bisa dicapai tanpa memerlukan dokumen perjalanan tersebut.Malam sebelum Alexei berangkat, Daria sibuk mengurus semua persiapan, termasuk mencari apartemen untuk suaminya dan mencari rute paling aman untuk menyeberang perbatasan.

Alexei mengikuti rencana istrinya dan melintasi perbatasan tanpa hambatan. Dia menetap di sebuah apartemen di ibu kota Kazakhstan, Astana. Di sana dia bekerja sebagai fotografer.

Daria mengirimi bantal, selimut, tempat tidur, pakaian hangat dan alat masak air untuk sang suami. Daria juga telah mengajukan paspor dan berencana untuk segera bergabung. Dia bersyukur mereka belum memiliki anak.

Namun Daria khawatir akan orangtuanya di Chelyabinsk. "Mereka patriotik," kata Daria. "Saya tidak bisa mengubah pendirian mereka. Di sini, ada perasaan semuanya akan menjadi abu."

Keluarganya tidak senang dengan keputusan itu, tetapi tidak ikut campur. Ibu Artyom punya rumah di wilayah Donetsk, dan ingin menjadi orang Rusia. Ayah Artyom berpendapat bahwa putranya seharusnya ikut berperang.

"Kami berbicara dengan keluarga dan mengumpulkan bantuan uang untuk perjalanan. Kami mencari tiket, tetapi tidak ada," katanya. "Artyom mengemasi tasnya sendiri, dia tahu banyak tentang perjalanan - dia membawa ransel, kantong tidur, pakaian dalam hangat, kotak P3K, dan makanan."

Artyom meninggalkan Murmansk pada 27 September ke Kazakhstan setelah menempuh dua hari perjalanan. Artyom sekarang sudah punya izin tinggal di Kazakhstan. Dia dan pria lain yang melakukan perjalanan bersama kini tinggal dan berbagi apartemen di Almaty. Olga yang adalah guru TK masih terus melanjutkan rutinitas hariannya di tempat kerja.

Pasangan itu punya seorang putra berusia empat tahun dan ini adalah pertama kalinya keluarga itu berpisah untuk waktu yang lama. Mereka masih berkomunikasi lewat Messenger dengan merekam video.

"Putra kami belum mengerti di mana ayahnya. Ketika dia melihatnya di video, dia menangis dan ingin berbicara dengannya," kata Olga. "Dia merindukan ayahnya."

Elena, 41: Kesulitan ini akan menguatkan kami

Elena, seorang psikolog, tinggal di Arkhangelsk di utara Rusia. Ketika berita tentang mobilisasi parsial melanda, dia dan suaminya memutuskan bahwa sang suami dan putra mereka harus melarikan diri ke Armenia.

Putra pasangan baru saja menyelesaikan dinas militernya di musim panas dan adalah mahasiswa di sebuah universitas. "Saya tidak ingin mempertaruhkan nyawa dan kesehatan putra saya," kata Elena.

Ketika perang dimulai, perusahaan suami Elena melakukan pekerjaan jarak jauh untuk pindah ke ibu kota Armenia, Yerevan. Jadi jelas sudah ke mana dia dan putra mereka akan pergi. Elena takut perbatasan Rusia keburu ditutup, berangkat ke perbatasan Georgia pada 24 September. Ia yang mengatur semua logistiknya.

Sekarang suami dan putra Elena menetap di Yerevan, terbiasa dengan masakan Armenia. Transfer uang adalah masalah yang sulit.

Meskipun berpisah, Elena merasa lebih baik. Ia mengatakan bahwa keluarga mereka sedang menyesuaikan diri dan tantangan ini tidak akan menghancurkan mereka tetapi malah membuat mereka lebih kuat.

Pada akhir Oktober, Elena berencana mengunjungi suami dan putranya dan membawakan mereka pakaian hangat. Dia sendiri belum berencana untuk pindah ke Yerevan. Dia aktif di sebuah komunitas di Arkhangelsk dan ingin tinggal di sana selama mungkin.

Artikel ini pernah dimuat di DW Indonesia dengan judul Kisah Para Istri yang Ditinggalkan Desertir Rusia.

https://www.kompas.com/global/read/2022/11/03/210300570/kisah-para-istri-desertir-rusia-yang-ditinggal-lari-dari-mobilisasi

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke