Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilpres Brasil: Pendukung Bolsonaro Minta Intervensi Militer Terkait Kemenangan Lula

Kompas.com - 03/11/2022, 07:18 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

SAO PAULO, KOMPAS.com - Pendukung Presiden Brasil Jair Bolsonaro pada Rabu menggelar unjuk rasa menyerukan intervensi angkatan bersenjata menyusul terpilihnya Luiz Inacio Lula da Silva, langkah yang menurut para ahli militer tidak mungkin dilakukan.

Otoritas pemilihan negara itu pada Minggu (30/10/2022) mengatakan, Lula memenangi hampir 51 persen suara.

Bolsonaro belum secara resmi mengakui hasilnya, meskipun kabinetnya telah memulai transisi, dengan Lula akan mengambil alih kursi kepresidenan pada 1 Januari.

Baca juga: Profil Lula da Silva, Anak Buruh Tani Berhasil Jadi Presiden Brasil Tiga Periode meski Sempat Dibui

Pendukung Bolsonaro di Sao Paulo dan Rio de Janeiro memimpin unjuk rasa meriah pada Rabu (2/11/2022), membawa bendera kuning-hijau Brasil yang disampirkan di bahu mereka, membunyikan klakson dan meneriakkan slogan-slogan anti-Lula.

"Kami berharap tentara akan campur tangan dalam situasi ini, kami tahu bahwa pemilihan itu curang," kata Reinaldo da Silva (65 tahun), seorang pensiunan pegawai pemerintah pada rapat umum di pintu masuk barak tentara Sao Paulo.

"Saya datang hari ini karena saya ingin Brasil bebas, sosialisme tidak berhasil di bangsa Brasil."

Demonstrasi serupa diadakan di 24 dari 26 negara bagian Brasil, serta ibu kota Brasilia, menurut portal media online Brasil G1 sebagaimana dilansir Reuters pada Selasa (2/11/2022).

Menanggapi permintaan komentar, Kementerian Pertahanan Brasil mengatakan, demonstrasi damai adalah bagian dari kebebasan berekspresi di bawah hukum Brasil, menambahkan bahwa "Kementerian Pertahanan dipandu oleh Konstitusi Federal."

Baca juga: Pilpres Brasil: Presiden Petahana Tak Mengaku Kalah, tetapi Tidak Halangi Transisi Pemerintahan

Bolsonaro, seorang mantan kapten angkatan darat, telah memupuk ikatan yang kuat dengan militer Brasil sejak pemilihannya pada 2018, dan memenangi simpati politik dari beberapa petinggi.

Seperti banyak orang Brasil yang secara politik konservatif, ia sering bernostalgia dengan kediktatoran militer 1964-1985.

Lula, sebaliknya, pernah dipenjara pada 1970-an karena memprotes pemerintah militer.

Tetapi angkatan bersenjata telah waspada untuk terlibat langsung dalam politik sejak kediktatoran, yang membuat negara itu dalam kekacauan ekonomi.

Paulo Chagas, seorang pensiunan jenderal kavaleri yang berkampanye untuk Bolsonaro pada 2018, mengatakan dalam sebuah pesan kepada Reuters: "Militer tahu betul apa tugas mereka: konstitusi tidak mengizinkan mereka campur tangan dalam politik."

Baca juga: Hasil Pilpres Brasil: Lula Menang, Bolsonaro Bungkam

Jenderal Otavio Rego Barros, mantan juru bicara Bolsonaro, mengatakan dalam sebuah kolom yang diterbitkan pada Rabu (2/11/2022) bahwa sudah waktunya bagi para pecundang untuk menyerah dan memikirkan masa depan Brasil.

Dia mengkritik "kelompok tanpa rasa tanggung jawab, yang masih berusaha untuk mengacaukan tatanan sosial yang lemah dengan provokasi dan informasi yang salah."

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com