BRASILIA, KOMPAS.com - Calon Presiden (Capres) Brasil Luiz Inacio Lula da Silva mengajak Indonesia dan Republik Demokratik Kongo (DRC), untuk membentuk front persatuan negara-negara dengan hutan hujan tropis terbanyak pada pembicaraan iklim PBB tahun ini, jika politisi sayap kiri Brasil itu memenangkan masa pemerintahan baru.
Konferensi Perubahan Iklim PBB, atau COP27, akan diadakan pada November di Sharm El Sheikh, Mesir.
Lula, yang juga mantan presiden Brasil 2003-2011, adalah kandidat terdepan dalam jajak pendapat menjelang pemilihan Oktober di Brasil.
Baca juga: Akhir Tragis “Manusia Lubang”, Pria Pribumi Terakhir Salah Satu Suku Asli Amazon
Ide Lula adalah untuk membangun aliansi - yang nantinya dapat diperluas - dimaksudkan untuk mendorong resolusi membantu negara-negara berkembang melestarikan hutan mereka.
"Aliansi tiga negara ini diharap akan menekan negara-negara kaya untuk berkontribusi terkait pendanaan, kata ajudan utama Lula sebagaimana dilansir Reuters.
Aloizio Mercadante, yang bertanggung jawab atas program kampanye Lula, mengatakan tim kebijakan secara khusus berfokus pada rincian pasar karbon global, dan cara-cara untuk membiayai konservasi dan pembangunan berkelanjutan di kawasan hutan hujan.
"Usulannya adalah untuk membentuk aliansi strategis untuk mengatasi masalah pendanaan pada COP di Mesir," kata Mercadante kepada Reuters dilansir pada Kamis (1/9/2022).
Berkampanye di Manaus pada Rabu (31/8/2022), Lula berjanji meningkatkan konservasi hutan hujan Amazon Brasil, dengan memperkuat badan perlindungan lingkungan Ibama dan meningkatkan penegakan hukum, mungkin dengan bantuan militer.
Baca juga: Saat Petahana dan Mantan Presiden Saling Mencela dalam Debat Pertama Pilpres Brasil…
Brasil, jika kembali dia pimpin, juga akan kembali bersuara keras dalam pembicaraan iklim PBB.
"Kami menginginkan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang lebih kuat dengan kekuatan pengambilan keputusan yang lebih besar, terutama pada masalah iklim, karena jika tidak, kami akan terus berpidato dan tidak ada yang akan mematuhinya," kata Lula.
Di bawah Presiden sayap kanan Brasil Jair Bolsonaro, yang melonggarkan perlindungan lingkungan, deforestasi telah melonjak bersama dengan pembalakan liar dan penambangan emas di Amazon, yang menimbulkan kritik internasional terhadap pemerintahnya.
Hutan hujan di lembah Amazon, Kalimantan dan Kongo terancam oleh penebangan berlebihan, yang merusak keanekaragaman hayati dan melepaskan gas rumah kaca yang mempercepat perubahan iklim.
Dengan bersatu, ketiga negara dapat memimpin tuntutan untuk menekan negara-negara kaya untuk membantu dengan pendanaan untuk menjaga hutan tetap tegak, kata Mercadante kepada Reuters.
Usulan tersebut sangat kontras dengan Bolsonaro, yang telah menentang upaya konservasi asing di Amazon, dan menghabiskan miliaran dolar Amazon Fund yang didukung oleh Norwegia dan Jerman setelah mempermasalahkan organisasi yang terlibat.
Baca juga: Misteri Manusia Lubang, Orang Terakhir dari Suku Asli Amazon yang Meninggal Sebatang Kara
Partai Pekerja Lula telah membentuk kelompok kerja untuk mempersiapkan pembicaraan iklim PBB pada November, termasuk proposal untuk pasar global perdagangan offset karbon, kata Mercadante.