BEIJING, KOMPAS.com - Produk berlabel "Made in China" atau buatan China yang dulu terkesan murahan dan ketinggalan zaman, kini sudah banyak berubah lebih baik.
Merek-merek China yang mendunia sudah bermunculan. Beberapa tidak hanya mengejar kompetitor asing mereka yang lebih mapan, tetapi juga mengunggulinya di China dan sekitarnya.
Dikutip dari Forbes, pada 2011, 70 persen penjualan smartphone di China berasal dari tiga merek asing yaitu Nokia, Samsung, dan Apple.
Baca juga: Xi Jinping Selangkah Lagi Jabat Periode Ketiga Pimpin China, Terkuat sejak Mao Zedong
Pada saat itu, banyak sekali produsen elektronik lokal dan merek domestik yang baru lahir dianggap tidak lebih dari murahan, kurang berkualitas, dan tidak memiliki status sosial yang sama dengan ponsel asing mahal serta trendi yang mendominasi pasar.
“Setiap konsumen China tidak akan terlihat mati dengan merek lokal,” kata Mark Tanner, direktur China Skinny, perusahaan riset konsumen yang berbasis di Shanghai, menggambarkan sikap yang berlaku ketika dia berbicara pada 2016.
“Tahun lalu (2015), delapan dari sepuluh merek (smartphone) teratas adalah dari China,” jelas Tanner, “dengan Huawei dan Xiaomi di posisi teratas dan merek lokal dengan cepat mengikis dua merek asing, Apple dan Samsung.”
Tren itu terus berlanjut. Oppo, perusahaan teknologi lokal China, pada 2016 menjadi merek smartphone paling populer kedua di "Negeri Panda" dengan pertumbuhan 67 persen yang cukup untuk mendorongnya melewati Apple.
Menurut berbagai laporan pada 2016, tujuh dari sepuluh merek smartphone teratas di dunia adalah buatan China, termasuk Huawei yang saat itu bukan hanya merek papan atas di dalam negeri, tetapi juga nomor dua di Eropa dan tiga di dunia.
Merek-merek China sekarang tidak lagi dipandang rendah seperti beberapa tahun yang lalu.
Menurut laporan McKinsey, 62 persen konsumen China sekarang lebih memilih merek China daripada merek asing jika kualitas dan harganya sama. “Lima tahun yang lalu akan jauh di bawah setengahnya,” kata Tanner.
Tanner menyebutkan ada empat faktor utama yang menjadi alasan produk "Made in China" bisa berubah drastis menjadi lebih baik.
Baca juga: Apple Minta Pemasok Taiwan Labeli Produknya Made In China
Merek asing bukan hal baru di China. Mereka sudah hadir lebih dari satu generasi.
Namun, bagi kaum muda dan orang kaya, merek-merek internasional seperti Apple serta Starbucks menurun popularitasnya untuk memamerkan kekayaan mereka. Kedua produk itu, contohnya, sudah umum dipakai di kalangannya.
Fenomena ini diiringi dengan beberapa produk China kelas atas yang secara fungsional tidak kalah lagi dengan produk asing.
Sepanjang 2016 penjualan Apple di China turun 26 persen. Menurut Tanner, konsumen China tidak lagi "membutuhkan merek asing untuk menunjukkan mereka keren."
Keinginan orang China untuk mendukung merek dalam negeri karena alasan idealis atau patriotik juga meningkat pesat.
“Orang-orang akan merasa terdorong untuk mendukung merek China karena mereka adalah orang China,” menurut Cody Chao sebagai pengamat teknologi China.
Tokoh publik utama seperti Ibu Negara Peng Liyuan, yang sangat gemar mengenakan busana China secara eksklusif, membawa merek domestik ke garis depan dan memiliki pengaruh besar pada konsumen China.
Tanner menjelaskan, pada Oktober 2012 Asosiasi Barang Mewah Dunia menemukan bahwa 86 persen konsumen China menolak membeli produk mewah domestik karena reputasi negara mereka terhadap barang-barang murah.
Kemudian, hanya 18 bulan kemudian, setelah yang disebut sebagai “efek Peng Liyuan”, angka ini turun menjadi 9 persen, menurut penelitian oleh Added Value.
Baca juga: Sejarah Kenapa China Disebut Tiongkok di Indonesia
Pada 2012, 47,6 persen box office China adalah film lokal, tetapi tiga tahun kemudian naik menjadi 62 persen, yang menurut Tanner membentuk kebanggaan nasional dan preferensi untuk semua hal berbau China.
Beberapa merek China juga sangat paham pasar negara mereka sendiri yang beraneka ragam dan kompleks, serta mampu merancang strategi penjualan juga fitur produk yang sangat optimal bagi penduduk setempat.
Oppo adalah contoh merek China yang menggunakan strategi pemasaran untuk target penduduk lokal.
Mereka mempromosikan ponsel yang dapat menyediakan waktu bicara tiga jam dari pengisian daya lima menit, menggunakan bintang pop Korea dan China sebagai juru bicara, dan menjangkau kota-kota tingkat bawah yang warganya cenderung tidak membeli secara online. Oppo pun dengan cepat naik menjadi merek smartphone nomor dua di China.
Tujuan produsen barang "Made in China" juga berubah. Dari dulunya hanya tentang membuat produk dalam jumlah banyak secepat dan semurah mungkin, sekarang tentang kualitas, kecerdasan pemasaran, dan citra merek.
Xiaomi yang pada 2011 berhasil memosisikan dirinya sebagai alternatif bagi orang-orang yang tidak mampu membeli iPhone atau Samsung kelas atas, kini bisa berdiri sama tingginya.
“Orang China secara inheren bangga dengan apa yang telah mereka capai di generasi sebelumnya dan sekarang menyadari, 'Hei, kami sebenarnya negara yang cukup mengesankan',” Tanner menyimpulkan.
Baca juga: China Dirikan Kantor Polisi di Luar Negeri, Apa Tujuannya?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.