Pada Rabu, Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun mengatakan, Beijing sepenuhnya menentang tuduhan yang dibuat dalam laporan tersebut, seraya menambahkan bahwa mereka tidak bisa melihat dokumen tersebut.
Hal ini berbeda dengan apa yang disebut oleh Kepala HAM PBB Michelle Bachelet, bahwa laporan itu telah diberikan kepada otoritas terkait di China.
"Laporan itu merusak kerja sama antara PBB dan negara anggota. Laporan itu benar-benar mencampuri urusan dalam negeri China," kata Zhang Jun.
Pekan lalu, Bachelet mengakui bahwa dia menghadapi tekanan luar biasa atas laporan Xinjiang. Dalam sebuah pernyataan yang dikirim melalui email kepada kantor berita AFP pada Rabu, Bachelet mengatakan masalah itu serius sambil mengulangi bahwa dia telah membicarakannya dengan pihak berwenang China selama perjalanannya ke sana pada bulan Mei.
Bachelet juga menegaskan bahwa dialog dengan China tidak berarti menutup mata.
Baca juga: China Buka Pintu Xinjiang, Tim HAM PBB Tiba di Guangzhou Siap Kunjungi Uighur
Namun, beberapa aktivis HAM mengatakan kepada DW bahwa Bachelet telah gagal memenuhi tugas kepala HAM PBB.
"Posisi komisaris tinggi HAM mengharuskannya untuk menjadi pejuang HAM di luar negara. Dia bukan mediator antar pemerintah, seperti yang dia asumsikan dalam situasi ini," kata Raphael Viana David, seorang advokat China dan Amerika Latin di Layanan Internasional untuk HAM (ISHR).
"Dia harus mewakili kepentingan hak asasi manusia yang lebih tinggi di dunia di luar masalah geopolitik. Ini menjadi salah satu kritik utama kami terhadap pendekatannya ke China," tambahnya.
Baca juga: Komentari Etnis Uighur Bawa Obor Olimpiade Beijing, AS: Pengalihan Isu
Untuk beberapa orang Uighur yang anggota keluarganya tetap terdampar di Xinjiang, laporan tersebut disebut membantu menarik perhatian global.
"Laporan tersebut membuat situasi Uighur lebih dikenal dunia, terutama negara-negara anggota PBB,” kata Mamutjan Abdurehim, seorang pria Uighur yang diasingkan di Australia yang telah dipisahkan dari istri dan dua anaknya sejak 2016.
"Saya berharap laporan ini akan menjadi seruan baru untuk lebih banyak kecaman dan tekanan terhadap China sehingga dapat membalikkan kebijakannya dan membebaskan orang-orang yang tidak bersalah seperti istri saya sambil menyatukan kembali keluarga Uighur seperti saya," katanya kepada DW.
Baca juga: Etnis Uighur Gembira AS Boikot Diplomatik Olimpiade Beijing 2022
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.