Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

WHO Minta Publik Bantu Cari Nama Baru untuk Virus Cacar Monyet, Ini Situs yang Bisa Digunakan

Kompas.com - 16/08/2022, 22:03 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

JENEWA, KOMPAS.com - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang ingin mengganti nama cacar monyet, meminta bantuan publik untuk memberikan sebutan baru yang tidak terlalu menstigmatisasi penyakit tengah kembali mewabah ini.

Badan kesehatan PBB selama berminggu-minggu menyuarakan keprihatinan tentang nama penyakit itu, setelah menyebar dengan cepat secara global sejak pada Mei.

Para ahli memperingatkan bahwa nama tersebut dapat menstigmatisasi primata yang memainkan sedikit peran dalam penyebarannya dan ke benua Afrika yang sering dikaitkan dengan hewan tersebut.

Baca juga: Sejumlah Primata Diserang, WHO Tekankan Lonjakan Kasus Cacar Monyet Tak Terkait dengan Monyet

Baru-baru ini di Brasil, misalnya, telah dilaporkan kasus orang menyerang monyet karena takut akan penyakit ini.

"Penamaan cacar monyet pada manusia dilakukan sebelum praktik terbaik dilakukan saat ini terkait penamaan penyakit," kata juru bicara WHO Fadela Chaib kepada wartawan di Jenewa sebagaimana dilansir AFP pada Selasa (16/8/2022).

"Kami benar-benar ingin menemukan nama yang tidak menstigmatisasi," tambahnya, mengatakan konsultasi sekarang terbuka untuk semua orang melalui situs web khusus berikut ini: https://icd.who.int/dev11.

Virus cacar monyet atau monkeypox awalnya mendapat penamaan berdasarkan identifikasi kasus pertama yang ditemukan pada monyet, yang dipelihara untuk penelitian di Denmark, pada 1958.

Tetapi, penyakit ini sebenarnya juga ditemukan pada sejumlah hewan, dan paling sering justru pada hewan pengerat.

Baca juga: Cacar Monyet Singapura Sentuh 15 Kasus, 2 Kasus Saling Terkait

Penyakit ini pertama kali ditemukan pada manusia pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Penyebaran di antara manusia sejak itu terutama terbatas pada negara-negara Afrika Barat dan Tengah, tertentu di mana penyakit ini endemik.

Namun pada Mei, kasus penyakit yang menyebabkan demam, nyeri otot dan lesi kulit seperti bisul besar ini, mulai menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, kebanyakan di antara pria yang berhubungan seks dengan pria.

Di seluruh dunia, lebih dari 31.000 kasus telah dikonfirmasi sejak awal tahun ini, dan 12 orang telah meninggal, menurut WHO.

Badan kesehatan PBB itu pun telah menetapkan wabah itu sebagai darurat kesehatan global.

Virus cacar monyet dapat melompat dari hewan ke manusia, tapi para ahli WHO bersikeras bahwa penyebaran global baru-baru ini disebabkan oleh penularan kontak dekat antara manusia.

Baca juga: Melonjak 6.600 Kasus, AS Umumkan Keadaan Darurat Wabah Cacar Monyet

WHO mengumumkan pekan lalu bahwa ada sekelompok ahli telah menyepakati nama baru untuk varian virus cacar monyet, atau clades.

Hingga saat ini, dua varian utama diberi nama sesuai dengan wilayah geografis tempat mereka diketahui beredar, Cekungan Kongo dan Afrika Barat.

Para ahli sepakat untuk mengganti nama mereka menggunakan angka Romawi, menyebutnya Clade I dan Clade II.

Subvarian Clade II, sekarang dikenal sebagai Clade IIb, dipandang sebagai penyebab utama di balik wabah global yang sedang berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Salah Bayar Makanan Rp 24 Juta, Pria Ini Kesal Restoran Baru Bisa Kembalikan 2 Minggu Lagi

Global
Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Saat Jangkrik, Tonggeret, dan Cacing Jadi Camilan di Museum Serangga Amerika...

Global
Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Butuh 14 Tahun untuk Bersihkan Puing-puing di Gaza akibat Serangan Israel...

Global
Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Arab Saudi Imbau Warga Waspadai Penipuan Visa Haji Palsu

Global
China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

China Beri Subsidi Rp 22,8 Juta ke Warga yang Mau Tukar Mobil Lama ke Baru

Global
Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Atlet Palestina Bakal Diundang ke Olimpiade Paris 2024

Global
Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Rangkuman Hari Ke-793 Serangan Rusia ke Ukraina: Serangan Jalur Kereta Api | Risiko Bencana Radiasi Nuklir

Global
Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Hamas Pelajari Proposal Gencatan Senjata Baru dari Israel

Global
Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Rektor Universitas Columbia Dikecam atas Tindakan Keras Polisi pada Pedemo

Global
China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

China Jadi Tuan Rumah Perundingan Persatuan Palestina bagi Hamas-Fatah

Global
Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Mahasiswa Paris Akhiri Demo Perang Gaza Usai Bentrokan di Jalanan

Global
Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Perempuan Ini Bawa 2 Kg Kokain di Rambut Palsunya

Global
[POPULER GLOBAL] Rudal Tua Tapi Canggih | Miss Buenos Aires Usianya 60

[POPULER GLOBAL] Rudal Tua Tapi Canggih | Miss Buenos Aires Usianya 60

Global
WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com