Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Singapura Tak Akan Beri Perlakuan Khusus ke Mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa

Kompas.com - 08/08/2022, 11:31 WIB
Ericssen,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

SINGAPURA, KOMPAS.comSingapura menyatakan, tidak ada perlakuan khusus yang diberikan kepada mantan Presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa.

Rajapaksa saat ini diketahui masih berada di "Negeri Singa” usai kabur dari Sri Lanka pada 13 Juli 2022 setelah kerusuhan massal akibat krisis ekonomi yang memicu warga Sri Lanka murka menyerbu masuk istana kepresidenan.

Otoritas Imigrasi Singapura (ICA) memastikan keberadaan mantan “orang kuat” Sri Lanka itu. Rajapaksa sudah menerima sekali izin perpanjangan tinggal di Singapura.

Baca juga: Singapura Izinkan Mantan Presiden Sri Lanka Tinggal Lebih Lama

Ketika tiba di Bandara Internasional Changi pada 14 juli 2022, mantan presiden berusia 73 tahun tersebut diizinkan tinggal selama 14 hari hingga 28 Juli. Izin tinggal sementaranya kemudian diperpanjang hingga 11 Agustus 2022.

Gotabaya Rajapaksa diperlakukan sama seperti pendatang lainnya

Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan menyampaikan kepada parlemen, Gotabaya Rajapaksa diperlakukan sama seperti pendatang lain yang mengunjungi Singapura.

“Pemerintah Singapura tidak memberikan keistimewaan, kekebalan, dan perlakuan khusus kepada mantan kepala negara atau pemerintahan manapun termasuk Gotabaya Rajapaksa.” tutur Balakrishnan.

Sejauh ini belum diketahui bagaimana nasib Gotabaya Rajapaksa ke depannya. Apakah dia akan kembali menerima perpanjangan izin tinggal di Singapura atau meninggalkan "Negeri Merlion”.

Adapun menurut regulasi imigrasi Singapura untuk warga Sri Lanka, diketahui warga negeri “Ceylon” dapat memasuki dan tinggal di Singapura maksimum 30 hari tanpa memerlukan visa.

Gotabaya

Mantan presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa tiba di parlemen nasional untuk pidato kebijakan pertamanya setelah kemenangan telak dalam pemilihan umum di Colombo pada 3 Januari 2020.AFP PHOTO/ISHARA S KODIKARA Mantan presiden Sri Lanka Gotabaya Rajapaksa tiba di parlemen nasional untuk pidato kebijakan pertamanya setelah kemenangan telak dalam pemilihan umum di Colombo pada 3 Januari 2020.
Rajapaksa diketahui bersama dengan istri dan dua pengawalnya. Ia tidak lagi memiliki kekebalan hukum sebagai kepala negara.

Sempat terdengar kabar Gotabaya Rajapaksa akan kembali ke Colombo, ibu kota Sri Lanka sebagai warga sipil.

Baca juga:

Pemerintahan baru Sri Lanka telah menegaskan bahwa suami Ioma Rajapaksa itu tidak sedang berada dalam pengasingan di Singapura.

Namun, Presiden Sri Lanka saat ini Ranil Wickremesinghe tak berharap pendahulunya itu pulang kampung dalam waktu dekat.

Wickremesinghe mengatakan, sekarang bukanlah waktu yang tepat bagi Gotabaya Rajapaksa kembali ke Sri Lanka karena berpotensi kembali mengobarkan ketegangan politik.

Sumber yang dekat dengan pejabat tinggi di pemerintahan Wickremesinghe menyampaikan kepada Kompas.com, fokus Sri Lanka saat ini adalah membentuk pemerintahan persatuan nasional untuk menstabilkan situasi ekonomi dan politik. 

Kabinet koalisi besar partai pemerintah dan oposisi ini ditargetkan bertugas minimal hingga kuartal pertama 2023. Pemilu dini presiden dan parlemen berkemungkinan digelar setelahnya, sumber itu melanjutkan. 

Salah satu opsi lain yang dimiliki Gotabaya Rajapaksa adalah mengungsi ke Uni Emirat Arab yang kerap menjadi surga pengasingan bagi kepala negara yang terguling dari jabatannya, seperti mantan Presiden Pakistan Jenderal Pervez Musharraf, mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, dan mantan Perdana Menteri Thailand Thaksin Shinawatra.

Tujuan lain yang memungkinkan adalah Amerika Serikat, tempat Gotabaya Rajapaksa pernah menjadi warga negara "Negeri Paman Sam” sebelum melepas passpornya untuk mencalonkan diri sebagai presiden pada 2019.

Namun, diragukan apakah Gotabaya Rajapaksa dapat memperoleh visa masuk ke Amerika Serikat setelah permohonan visanya dikabarkan ditolak bulan lalu.

Baca juga: Siapa Dinasti Rajapaksa di Sri Lanka dan Kenapa Dituduh Tak Becus Pimpin Negara

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Mengenal Apa Itu Chloropicrin, Senjata Kimia yang AS Tuduh Rusia Pakai di Ukraina

Global
Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Argentina Luncurkan Uang Kertas 10.000 Peso, Setara Rp 182.000

Global
Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Majikan Ditemukan Meninggal, PRT Ini Sebut karena Bunuh Diri dan Diwarisi Rp 43,5 Miliar

Global
Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Membaca Arah Kepemimpinan Korea Utara dari Lagu Propaganda Terbaru

Internasional
Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Apa Saja yang Perlu Diketahui dari Serangan Israel di Rafah?

Global
AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

AS Disebut Hentikan Pengiriman 3.500 Bom ke Israel karena Kekhawatiran akan Serangan ke Rafah

Global
Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Rangkuman Hari Ke-804 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Dilantik untuk Periode Ke-5 | Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky

Global
Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Jepang Dinilai Joe Biden Xenofobia, Benarkah?

Internasional
AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

AS Optimistis Usulan Hamas Direvisi Lancarkan Gencatan Senjata di Gaza

Global
6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com