Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaka Setiawan
Data Science

Vice Executive Director - Intelligence and National Security Studies (INSS). Saat ini juga sedang mengikuti program doktoral di Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI), 

Kematian Ayman al-Zawahiri dan Kapabilitas Intelijen AS di Afghanistan

Kompas.com - 05/08/2022, 06:13 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BADAN Intelijen Pusat Amerika Serikat (AS) yang dikenal dengan sebuatan CIA melakukan serangan dengan unmanned aerial vehicle (UAV) atau pesawat tak berawak pada minggu pagi, 31 Juli 2022 di pusat kota Kabul, Afghanistan. Serangan itu menewaskan pemimpin Al Qaeda, Ayman al-Zawahiri.

Seorang pejabat senior AS mengeklaim bahwa berbagai sumber informasi intelijen (multiple streams of intelligence) membenarkan hal tersebut dan meyakinkan bahwa serangan tersebut tidak mengakibatkan korban sipil.

Zawahiri dilaporkan tinggal di sebuah rumah yang terletak di lingkungan kelas atas Sherpur di Kabul yang dimiliki seorang pembantu utama pemimpin senior Taliban dan pejabat Menteri Dalam Negeri, Sirajuddin Haqqani.

Baca juga: Cara Mata-mata AS Temukan Pemimpin Al-Qaeda di Afghanistan

Tidak jelas berapa lama Zawahiri berada di Afghanistan. Ada beberapa informasi yang mengatakan Zawahiri telah pindah ke tempat yang sangat aman di Kabul itu beberapa bulan lalu, setelah pengambilalihan Afghanistan oleh Taliban pada Agustus 2021. Karena itu, AS menyatakan bahwa kehadiran Zawahiri di Kabul merupakan pelanggaran Taliban terhadap Perjanjian Doha (antara AS dengan Taliban) 2020.

Setelah penyerangan tersebut, anggota Taliban sempat melakukan upaya bersama untuk membatasi akses ke rumah persembunyian dan daerah sekitarnya selama berjam-jam.

Taliban awalnya membantah laporan bahwa serangan UAV telah terjadi dan sebaliknya mengklaim sebuah roket telah menghantam sebuah tempat tinggal di Kabul dan tidak mengakibatkan korban. Namun juru bicara Taliban kemudian mengonfirmasi dan mengutuk serangan itu, dan  menuduh AS telah melanggar Perjanjian Doha.

Kapabilitas intelijen AS

Serangan itu merupakan operasi kontra terorisme AS pertama yang dilaporkan dan dikonfirmasi di Afghanistan sejak penarikan pasukan AS dan koalisi dari negara itu pada Agustus 2021. Sejak penarikan pasukan AS itu, muncul pertanyaan apakah AS akan dapat secara efektif mengidentifikasi dan melawan ancaman kaum ekstremis di Afghanistan, menyusul hilangnya kehadiran aset intelijen AS di lapangan.

Tampaknya, pemerintahan Joe Biden secara konsisten mampu mempertahankan kemampuan kontra terorisme dan menggunakan strategi "over-the-horizon" untuk mengumpulkan data intelijen dan menentukan target, lalu melakukan serangan dengan UAV di Afghanistan  meskipun tanpa kehadiran aset intelijen di lapangan.

Serangan itu terjadi beberapa minggu setelah Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merilis sebuah laporan yang mencatat bahwa Zawahiri "dikonfirmasi hidup dan berkomunikasi secara bebas," dengan "pesan video reguler ...".

Disebutkan bahwa "peningkatan kenyamanan dan kemampuannya untuk berkomunikasi" bertepatan dengan pengambilalihan Afghanistan tahun lalu oleh Taliban (Washingtonpost.com, 2 Agustus 2022).

Baca juga: Profil Ayman Al Zawahiri, Pemimpin Al Qaeda yang Tewas Dibunuh AS

Meski demikian, intelijen AS dilaporkan membutuhkan waktu beberapa bulan untuk memperkuat keyakinan atas kehadiran Zawahiri di lokasi sasaran, melakukan estimasi "pattern of life" Zawahiri dan penghuni lain di rumah itu, memastikan detail tentang struktur dan area sekitarnya.

Setelah dipastikan akurat, intelijen memberi Joe Biden serangkaian opsi yang layak dan terukur untuk meminimalkan risiko korban sipil.

AS kemudian menunjukkan bahwa bisa tetap mempertahankan kapabilitas intelijennya di Afghanistan untuk melakukan serangan terhadap target bernilai tinggi, meskipun demikian terlalu dini untuk menilai kapabilitas yang lebih luas dari strategi "over-the-horizon" dalam melawan serangan dan kebangkitan ekstremisme di Afganistan.

Karena tidak seperti penyergapan terhadap Osama bin Laden pada 2011, saat ini ground team AS tidak bisa melakukan dukungan serangan dan membantu mengonfirmasi kematian Zawahiri dan mengumpulkan informasi intelijen setelah serangan. Pengumpulan dan eksploitasi intelijen setelah penyergapan AS pada 2011 yang mengakibatkan terbunuhnya Osama bin Laden dinilai sebagai kontributor utama keberhasilan operasi kontra terorisme berikutnya melawan Al Qaeda.

Jika AS tidak dapat melakukan hal serupa setelah serangan terhadal Zawahiri, ini kemungkinan akan membatasi dampak kontra terorisme jangka panjang dari operasi lainnya di masa depan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com