Penulis: Rizki Nugraha/DW Indonesia
BERLIN, KOMPAS.com - Kemesraan berlangsung singkat pada sesi kedua KTT G7 dan negara mitra di Istana Elmau, Jerman, Senin (27/6/2022). Di luar, sebanyak 18.000 polisi bersenjata lengkap menyesaki lembah sempit di kaki pegunungan Alpen itu.
Hari kedua KTT sejatinya menjadi ajang bagi negara mitra untuk melakukan pertemuan bilateral dengan pemimpin G7 dan membahas kerja sama ekonomi. Tahun ini, Jerman mengundang Indonesia, India, Senegal, Afrika Selatan dan Argentina.
Tapi betapapun besarnya minat melanjutkan proyek investasi dari era prainvasi, perhatian tetap terarah pada perang yang berkecamuk di timur Ukraina. Hal ini terutama berlaku bagi Presiden Joko Widodo.
Baca juga: Reaksi Media Rusia atas Kunjungan Jokowi ke Ukraina
Di Istana Elmau, Jokowi diberi kesempatan meyakinkan pemimpin G7 untuk mau menghadiri KTT G20 di Bali bulan November mendatang.
Kehadiran mereka belum sepenuhnya dipastikan lantaran undangan Indonesia terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang secara demonstratif disanggupi oleh Kremlin di hari kedua KTT G7. Sebagai reaksi, Kanselir Jerman Olaf Scholz kembali menegaskan belum bisa memutuskan kehadirannya pada KTT G20.
Pertemuan di Bali seyogyanya menjadi titik tolak pemulihan ekonomi pascapandemi dan transisi menuju ekonomi ramah iklim. Namun sebelum bisa banyak berharap, G20 yang menggabungkan adidaya ekonomi dunia dan negara industri baru, harus lebih dulu menghadapi krisis eksistensial.
Di tengah musim panen, Program Pangan Dunia (WFP) justru melaporkan sebanyak 323 juta penduduk Bumi menghadapi kerawanan pangan akut. Penyebabnya antara lain adalah terhentinya ekspor pupuk dan gandum dari Rusia dan Ukraina.
Bagi Jokowi, Indonesia harus ikut membantu memecah kebuntuan di Laut Hitam untuk mencegah bencana kelaparan, dan sedikit meredakan ketegangan antara Rusia dan Barat jelang pertemuan di Bali.
“Presiden Joko Widodo menekankan bahwa waktu kita tidak panjang untuk menanggulangi krisis pangan,” kata Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam sebuah keterangan pers, Senin (27/6/2022) malam.
Menurut Retno, terhentinya ekspor gandum Ukraina dan pupuk Rusia merupakan isu yang selalu muncul di sembilan pertemuan bilateral antara Jokowi dan sejumlah pemimpin dunia.
Baca juga:
Setelah dijamu Kanselir Olaf Scholz, presiden melakukan pembicaraan bilateral dengan Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, PM India, Narendra Modi, PM Kanada Justin Trudeau dan Presiden Perancis, Emmanuel Macron.
Dia juga untuk pertama kalinya bertemu dengan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, sejak terpilih 2021 silam. “Presiden menyatakan bahwa banyak rakyat di negara berkembang yang terancam kelaparan dan jatuh ke jurang kemiskinan esktem,” kata Retno lagi.
Inisiatif damai Jokowi bertolak dari rencana PBB untuk membuka koridor pangan di Laut Hitam.