Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kanada Larang Penggunaan dan Impor Plastik Sekali Pakai Berbahaya Mulai Tahun Depan

Kompas.com - 21/06/2022, 18:31 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Al Jazeera

OTTAWA, KOMPAS.com - Pemerintah Kanada mengumumkan akan melarang pembuatan dan impor sejumlah plastik sekali pakai yang "berbahaya", dengan beberapa peraturan baru mulai berlaku pada Desember.

Aturan baru, yang diumumkan pada Senin (20/6/2022), akan berlaku untuk kantong belanja, peralatan, produk layanan makanan dengan plastik yang sulit didaur ulang, kotak cincin, tongkat pengaduk, dan sedotan dengan beberapa pengecualian, menurut pemerintah dalam rilisnya.

Baca juga: Ember Plastik Biasa Dijual di Amazon Seharga Rp 4,8 Juta, Warganet: Ember Bisa Ubah Air jadi Anggur

“Pemerintah kami terlibat dalam mengurangi polusi plastik … Itulah mengapa kami mengumumkan hari ini bahwa pemerintah kami memenuhi komitmennya untuk melarang plastik sekali pakai yang berbahaya,” kata Menteri Lingkungan Kanada Steven Guilbeault dalam konferensi pers Senin sebagaimana dilansir Al Jazeera.

“Ini adalah langkah bersejarah untuk mengurangi polusi plastik dan menjaga komunitas, tanah, dan lautan kita tetap bersih.”

Penjualan barang-barang tersebut akan dilarang mulai Desember 2023. Periode penyangga dimaksudkan untuk memberi waktu kepada bisnis menyesuaikan diri dengan perubahan dan mengurangi pasokan yang ada.

Pemerintah “Negeri Daun Maple” juga akan melarang ekspor enam plastik pada akhir 2025.

Pemerintah federal mencantumkan plastik sebagai racun di bawah Undang-Undang Perlindungan Lingkungan Kanada tahun lalu. Itu membuka jalan bagi peraturan yang melarang beberapa jenisnya.

Namun, konsorsium produsen plastik menggugat pemerintah atas penetapan racun. dalam kasus yang diperkirakan akan disidangkan akhir tahun ini.

Baca juga: Jet Tempur China Dituding Ganggu Pesawat Kanada saat Berpatroli Awasi Korea Utara

Kanada menggunakan 15 miliar kantong plastik sekali pakai per tahun, dan 16 juta sedotan per hari, menurut pemerintah.

Sebuah laporan baru-baru ini oleh PBB mengatakan bahwa penggunaan plastik secara global diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat pada 2060.

Produksi tahunan plastik berbasis bahan bakar fosil akan mencapai lebih dari 1,2 miliar ton pada tahun yang sama.

Sementara itu, limbah yang dihasilkan oleh tingkat produksi seperti itu akan lebih dari 1 miliar ton per tahun.

Laporan semacam itu telah berkontribusi pada tumbuhnya rasa kepedulian di seluruh dunia mengenai prevalensi plastik dan masalah yang ditimbulkannya terhadap polusi dan lingkungan.

Dalam 70 tahun terakhir, dunia telah menghasilkan sekitar 8,3 miliar ton plastik. Sekitar 60 persen diantaranya dibuang di tempat pembuangan sampah, lautan, dan sungai, atau dibakar.

Beberapa kelompok manufaktur di Kanada sebelumnya menyatakan penentangan mereka terhadap peraturan yang diusulkan, meskipun pemerintah berjanji memberikan waktu kepada bisnis untuk menyesuaikan diri.

Baca juga: Stroberi Kemasan Diduga Sebabkan Wabah Hepatitis A di AS dan Kanada

Kelompok konservatif, seperti Montreal Economic Institute (MEI), mengatakan peraturan tersebut membahayakan “inovasi potensial” dalam industri plastik, dan “akan merugikan ekonomi tanpa jaminan membantu lingkungan”.

Setidaknya enam persen pendanaan MEI berasal dari industri migas.

Pemerintah Kanada mengatakan telah "berkonsultasi secara luas untuk mencari masukan untuk menginformasikan pengembangan Peraturan yang diusulkan, dan menyadari bahwa bisnis memerlukan panduan untuk beralih ke produk dan sistem alternatif yang tersedia".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Perang di Gaza, Jumlah Korban Tewas Capai 35.000 Orang

Global
143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

143 Orang Tewas akibat Banjir di Brasil, 125 Lainnya Masih Hilang

Global
Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com