Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Wahyu Suryodarsono
Tentara Nasional Indonesia

Indonesian Air Force Officer, and International Relations Enthusiast

Perang Rusia-Ukraina Bikin Forum Ekonomi Dunia Jadi Forum Politik

Kompas.com - 10/06/2022, 10:02 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Setelah ada Covid-19, terjadi disrupsi dalam rantai pasokan global yang menyebabkan berbagai perusahaan harus meneliti ulang ketergantungannya pada bahan baku industri dari China.

Baca juga: Di World Economic Forum, Jokowi Banggakan UU Cipta Kerja

Hak asasi manusia dan demokrasi juga memainkan peran yang besar dalam penentuan keputusan tentang siapa yang akan diajak berbisnis, karena perang di Ukraina telah menunjukkan bahwa negara-negara yang tidak demokratis seperti Rusia adalah mitra dagang yang tidak dapat diandalkan, kata Brodtmann.

Pernyataan ini sepertinya tidak lepas dari kondisi Jerman saat ini yang mulai merasakan dampak krisis akibat terhentinya pasokan gas Rusia ke negara-negara Eropa.

China yang pada tahun-tahun sebelumnya merupakan salah satu negara mitra terbesar dalam Hannover Messe, tampaknya tidak lagi ambil bagian dalam ajang pameran tersebut.

Lebih dari 1000 peserta dan perusahaan asal China absen dalam event tersebut, menyisakan 2500 peserta yang sebagian besar dari Jerman maupun Eropa.

Hal ini tidak lepas dari kebijakan strategi penanganan Covid-19 China yang sangat ketat, sekaligus statusnya sebagai bagian dari aliansi Rusia. Alhasil, dapat dikatakan pelaksanaan Hannover Messe tahun 2022 ini tidak semeriah dan seramai biasanya.

Fenomena masifnya isu Rusia-Ukraina ini, apabila kita kaitkan ke negara-negara kawasan Indo-Pasifik, khususnya Indonesia yang saat ini menjadi presidensi forum G20, tampaknya akan menjadi isu yang tidak mungkin terelakkan oleh berbagai pihak.

Salah satu akibat dari masifnya isu ini adalah walkout yang dilakukan delegasi Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada saat Pertemuan Kedua Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (2nd FMCBG Meeting) G20.

Walkout dilakukan saat delegasi Rusia sedang berbicara sebagai bentuk protes atas invasi Rusia yang dianggap ilegal kepada Ukraina.

Hal yang sama juga terjadi ketika delegasi Amerika Serikat, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan Kanada melakukan aksi walkout ketika salah satu perwakilan Rusia memulai pidato pembukaan pada pertemuan para menteri perdagangan kelompok Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) di Thailand, Bangkok, Mei lalu.

Motif dari tindakan tersebut tidaklah berbeda, yaitu ditujukan untuk mengutuk tindakan Rusia. Sejauh ini tampaknya Ukraina berhasil dalam upaya masifnya mencari dukungan internasional, khususnya di negara-negara Eropa.

Hal-hal tersebut jelas merupakan bagian dari upaya soft power diplomacy Ukraina untuk membanjiri berbagai forum dunia dengan isu perang di negaranya, sekaligus mengekspos tindakan Rusia yang dianggap merampas kemerdekaan Ukraina.

Ukraina berharap seluruh dunia dapat memberikan sanksi ekonomi seberat-beratnya kepada Rusia, sekaligus meminta agar dapat memberikan bantuan moral maupun logistik dalam upaya pertahanan negaranya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com