Situsnya didaftarkan sehari kemudian. Awalnya menggunakan server Rusia dari Kota St Petersburg, kemudian pindah ke penyedia Cloudflare Amerika, yang memungkinkan situs itu menyembunyikan identitas pemiliknya.
Saluran tersebut secara rutin memproduksi berita-berita reguler yang digawangi oleh para presenter muda, yang tampaknya masih amatir, dari wilayah Krimea yang dicaplok Rusia pada 2014, atau republik-republik yang mendeklarasikan dirinya sebagai separatis. Sumber-sumber berita dari Ukraina sebagian besar telah terputus.
Salah satu presenter yang dihubungi oleh BBC Rusia mengaku mereka bekerja secara gratis, dan tidak tahu siapa yang mendanai operasi perusahaan tersebut.
Baca juga: Rusia Kembali Luncurkan Rudal Hipersonik Zircon di Tengah Invasi ke Ukraina
BBC juga bertanya kepada Southern Frotn tentang kepemilikannya, tetapi tidak mendapat tanggapan.
Namun, tampaknya sebuah organisasi berpengaruh, yang memiliki hubungan dengan pemerintah Rusia, terlibat dalam pembuatan konten Southern Front.
Setelah menonton puluhan video, BBC melihat kebanyakan dari video itu direkam di ruang konferensi yang menampilkan logo Komite Integrasi Rusia-Donbass. Artinya, gedung organisasi ini digunakan untuk syuting.
Misi komite yang berbasis di Crimea itu, yang tercantum di situsnya, adalah membangun hubungan ekonomi dan kemanusiaan dengan Krimea dan republik separatis pro-Rusia di Donbass.
Para pemimpin republik yang memproklamirkan diri di Ukraina timur ini memiliki peran kunci dalam organisasi tersebut. Koordinatornya adalah Andrei Kozenko — mantan anggota parlemen Rusia, yang masuk daftar sanksi AS dan Uni Eropa.
Baca juga: Putin dan Vucic Sepakat Rusia Akan Terus Pasok Gas ke Serbia
Konten-konten Southern Front menjangkau audiens jauh melampaui situsnya.
Sebuah jaringan akun-akun di Telegram yang memiliki pemikiran serupa di kota-kota yang telah dikuasai, sering menerbitkan materinya sendiri.
Secara kolektif, saluran ini sekarang memiliki lebih dari 80.000 pengikut, meskipun penelitian BBC menunjukkan setidaknya sepertiga dari jumlah itu mungkin dibayar untuk meningkatkan jumlah penonton secara artifisial. Di tiga saluran, jumlah pengikutnya melonjak lebih dari 10.000 dalam satu jam pada 29 Maret, menurut analisis TG Stat, yang melacak data Telegram.
Meskipun pengikutnya relatif kecil di media sosial, Southern Front mendapat dukungan dari akun-akun berpengaruh, termasuk seorang blogger yang memiliki lebih dari 650.000 pengikut. Ada juga media pro-Kremlin seperti Moskovsky Komsomolets, surat kabar yang berbasis di Moskwa, yang ditemukan di sebagian besar negara pasca-Uni Soviet .
Namun, perlawanan telah dimulai. Pekan lalu, aktivis pro-Ukraina meretas situs Southern Front dengan pesan tentang kota Kherson, di mana penguasa barunya mengatakan mereka ingin wilayahnya dianeksasi oleh Rusia.
Baca juga: Perang Ukraina: Mengapa Donbass Jadi Target Minimum Invasi Rusia Saat Ini?
Salah satu unggahannya memperingatkan bahwa setiap individu yang terlibat dalam apa yang disebut sebagai referendum tentang masa depan kawasan itu, akan dihukum oleh Ukraina.
Salah satu kutipannya mengatakan, "Selamat datang di Neraka!!!"
Meskipun diserang, situs itu kembali aktif tak lama kemudian.
Ada tanda-tanda yang mengkhawatirkan bagi penduduk setempat jika proyek itu berdiri sendiri. Setelah Crimea, yang berada di dekatnya, dianeksasi pada 2014, media-media independen di Kherson diusir, kata Smirnova.
"Di Ukraina selatan, pihak berwenang Rusia kemungkinan akan mengikuti jalan yang sama dengan mengancam dan menangkap wartawan independen, membungkam media independen, dan menggantinya dengan saluran propaganda."
Baca juga: Zelensky: Para Pejabat Rusia Tak Punya Kuasa di Hadapan Putin
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.