Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Muncul 26 Kasus Covid, 13.000 Warga Beijing Diangkut ke Pusat Karantina Meski Negatif

Kompas.com - 21/05/2022, 21:31 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com – Ribuan warga Beijing yang negatif Covid-19 diangkut ke hotel pusat karantina karena muncul puluhan kasus virus corona.

Hal itu terjadi ketika ibu kota China tersebut mulai mengambil tindakan pengendalian Covid-19 yang lebih ekstrem menyerupai Shanghai.

Beijing telah berjuang melawan wabah Covid-19 terburuknya sejak pandemi dimulai, sebagaimana dilansir AFP, Sabtu (21/5/2022).

Baca juga: Beijing Kembali Buka Pusat Karantina Massal Setelah Covid-19 China Capai Lebih dari 5.000 Kasus

Varian Omicron telah menginfeksi lebih dari 1.300 sejak akhir April, menyebabkan restoran, sekolah, dan tempat wisata ditutup tanpa batas waktu yang jelas.

Strategi China untuk mencapai nol kasus Covid-19 termasuk penutupan perbatasan yang ketat, karantina yang panjang, pengetesan massal, serta lockdown yang cepat dan tepat sasaran.

Lebih dari 13.000 penduduk kompleks perumahan Nanxinyuan di Beijing tenggara dipindahkan ke hotel karantina pada Jumat (20/5/2022) malam karena adanya 26 kasus baru dalam beberapa hari terakhir.

“Para ahli telah menentukan bahwa semua penduduk Nanxinyuan menjalani karantina terpusat mulai tengah malam selama tujuh hari," kata pihak berwenang Distrik Chaoyang, Jumat.

Baca juga: Terancam Jadi Episentrum Baru Covid-19, Beijing Tutup 40 Stasiun Kereta dan 158 Rute Bus

“Tolong bekerja sama, jika tidak, Anda akan menanggung konsekuensi hukum yang sesuai,” sambungnya.

Beberapa foto media sosial menunjukkan ratusan warga dengan barang bawaan mengantre dalam gelap untuk naik bus-bus yang diparkir di luar kompleks.

“Beberapa dari kami telah di-lockdown selama 28 hari sejak 23 April, dan kami semua dinyatakan negatif. Banyak tetangga saya sudah tua atau punya anak kecil,” tulis seorang warga di Weibo.

“Pemindahan itu benar-benar membuat kami merasa seperti berada di medan perang,” tulis seorang warga sekaligus blogger real estate Liu Guangyu di Weibo Sabtu pagi waktu setempat.

Baca juga: Pembatasan Covid-19 Beijing Diperketat Lagi, Warga Tak Bebas Bepergian meski Libur Panjang

Liu mengatakan kepada AFP bahwa mereka hanya diberitahu tentang pemindahan itu setengah hari sebelumnya, tetapi dia mengaku puas dengan hotel tersebut.

Warga diberitahu untuk mengemas pakaian dan barang-barang penting mereka, dan rumah mereka akan didesinfeksi setelahnya, menurut tangkapan layar yang dibagikan di Weibo.

Bulan lalu, ribuan penduduk Shanghai yang negatif Covid-19 dibawa ke pusat karantina darurat yang berjarak ratusan kilometer ketika kota berpenduduk 25 juta itu menggandakan upaya untuk menahan penyebaran virus corona.

Baca juga: Takut Lockdown Lagi, Warga Beijing Panic Buying di Supermarket

Beberapa pengguna Weibo menyatakan kecemasan yang meluas bahwa pihak berwenang Beijing mengambil pendekatan serupa ke Shanghai.

“Ini persis sama dengan Shanghai, langkah pertama adalah memutus aliran air dan listrik, lalu meminta kunci, kemudian mendisinfeksi rumah,” tulis seorang warga.

Otoritas pengendalian penyakit Distrik Chaoyang mengatakan kepada AFP bahwa mereka tidak merilis informasi secara eksternal dan bergantung pada konferensi pers Covid-19 dari otoritas Beijing.

Baca juga: China Tanggapi Laporan Media soal Rusia Minta Peralatan Militer Beijing

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com