Pada Kamis (14/4/2022), Israel mengumumkan pemblokiran jalur penyeberangan dari Tepi Barat dan Gaza ke Israel diberlakukan pada Jumat dan Sabtu (16/4/2022), dua hari terakhir Pekan Paskah. Mereka juga tidak menutup kemungkinan pemblokiran berlanjut hingga akhir pekan.
Perdana Menteri Israel Naftali Bennet yang pekan lalu kehilangan dukungan mayoritas parlemen, telah memberi kebebasan bagi militer Israel untuk mengalahkan teror di Tepi Barat, kawasan yang diduduki Irael sejak Perang Enam Hari pada 1967.
Sejarah perseteruan di kawasan ini sejatinya lebih panjang lagi, terutama sejak keberadaan negara Israel yang secara sistematis memperluas pendudukannya pula. TRT World pada 2017 pernah melansir artikel dan video yang meringkas sejarah pendudukan Israel di tanah Palestina ini.
Kompleks Masjid Al Aqsa adalah lokasi yang sensitif baik bagi umat Islam maupun Yahudi. Orang-orang Yahudi diizinkan mengunjungi kompleks masjid ini tetapi dilarang berdoa di sana karena dikhawatirkan memicu ketegangan dengan jemaah muslim.
Sebagian besar orang Yahudi tidak memasuki kawasan Masjid Al Aqsa karena para rabbi menyatakan bahwa mengunjungi kompleks ini menurut hukum Yahudi adalah terlarang tersebab ketidakmurnian ritual.
Saat ini, situs tersuci bagi orang Yahudi adalah Tembok Barat, yang merupakan reruntuhan kuil kedua umat Yahudi. Meski demikian, kalangan ultra-nasionalis Yahudi yang berkeinginan membangun ulang Kuil Ketiga secara teratur mendatangi lapangan terbuka di kompleks masjid dan kadang terlihat diam-diam berdoa.
Kedatangan orang-orang Yahudi itulah yang sering memunculkan keresahan umat Islam di sana. Mereka khawatir Pemerintah Israel akan mengubah aturan terkait kompleks masjid yang sekarang dalam pengelolaan Yordania bersama Palestina itu.
Baca juga: Kronologi Bentrok Israel dan Palestina di Masjid Al-Aqsa, Terparah sejak 2017
Sampai saat ini, otoritas polisi Israel atas kawasan masjid adalah memantau pengunjung yang masuk melalui Gerbang Mughrabi, satu-satunya pintu masuk bagi non-muslim ke kompleks masjid. Namun, bukan satu kali polisi memasuki kompleks masjid, yang itu makin bikin resah.
Rentetan kekerasan di kompleks Masjid Al Aqsa terjadi dari masa ke masa. Pada 1929, misalnya, bentrok mematikan terjadi selama masa pendudukan Inggris, ketika umat Islam berkumpul untuk mempertahankan situs itu.
Dalam 30 tahun terakhir, kekerasan juga tercatat terjadi berulang kali. Pada 1996, keputusan Israel membuka pintu baru di sebelah barat lapangan terbuka kompleks masjid memicu bentrokan yang menewaskan lebih dari 80 orang dalam tiga hari.
Kunjungan pemimpin oposisi sayap kanan Israel, Ariel Sharon, ke lapangan terbuka di kompleks masjid pada September 2000 tercatat pula sebagai salah satu pemicu utama gerakan intifada gelombang kedua Palestina, yang berlangsung pada kurun 2000-2005.
Lalu, pada Juli 2017, kompleks Masjid Al Aqsa ditutup untuk sementara waktu, setelah tiga orang Arab Israel melepaskan tembakan ke arah polisi Israel. Dua polisi mati dalam insiden itu, sementara pelaku yang berlindung ke dalam masjid ditembak mati juga oleh aparat yang memburunya.
Pada Agustus 2019, bentrokan antara polisi Israel dan jemaah di kompleks itu menyebabkan puluhan warga Palestina terluka selama peringatan penting Yahudi dan Muslim. Polisi Israel dan jemaah muslim kembali bentrok pada Ramadhan 2021 dan memicu konflik destruktif selama 11 hari.
Naskah: KOMPAS.com/PALUPI ANNISA AULIANI
Catatan:
Konten harian Kompas yang dikutip di tulisan ini dapat diakses publik melalui layanan Kompas Data.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.