Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hanya Didukung China, Resolusi Rusia untuk Bantuan Ukraina di Dewan Keamanan PBB Gagal

Kompas.com - 24/03/2022, 09:02 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Reuters

JENEWA, KOMPAS.com - Seruan yang dirancang Rusia untuk akses bantuan dan perlindungan sipil di Ukraina, yang tidak menyebutkan peran Moskwa dalam krisis gagal di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB) pada Rabu (23/3/2022).

Resolusi yang diajukan Moskwa hanya mendapat dua dukungan dari Rusia dan China, sementara 13 anggota DK PBB lainnya memilih abstain.

Baca juga: Militer Rusia Dilanda Kerugian Tingkat Tinggi di Ukraina

“Jika Rusia peduli dengan situasi kemanusiaan, dia akan berhenti membom anak-anak dan mengakhiri taktik pengepungan mereka. Tapi mereka tidak,” kata Duta Besar Inggris untuk PBB Barbara Woodward kepada dewan setelah pemungutan suara.

Rusia membantah menyerang warga sipil.

Sebuah resolusi Dewan Keamanan membutuhkan setidaknya sembilan suara mendukung dan tidak ada veto oleh Rusia, China, Inggris, Perancis atau Amerika Serikat untuk bisa disetujui.

Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menuduh mereka yang abstain pada Rabu (23/3/2022) melakukannya "karena alasan politik."

Menjelaskan suara “ya” dari China, Duta Besar Zhang Jun mengatakan Beijing memiliki "harapan kuat" bahwa harus ada gencatan senjata segera.

Sementara mendorong penghentian pertempuran, dewan menurut China harus "juga menanggapi krisis kemanusiaan dengan cara yang positif dan pragmatis dan konstruktif."

Baca juga: Rusia Mengusir Diplomat AS dalam Langkah Balas Dendam


China abstain bulan lalu dalam pemungutan suara DK PBB pada rancangan resolusi yang akan menyesalkan invasi Moskow 24 Februari ke Ukraina, sebuah langkah yang dilihat negara-negara Barat sebagai kemenangan karena menunjukkan bahwa Rusia terisolasi.

Rusia memveto resolusi tersebut.

Moskwa telah membatalkan pemungutan suara dewan yang direncanakan pada rancangan resolusi bantuan Jumat lalu, Rusia menuduh negara-negara Barat melakukan kampanye "tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap tindakan tersebut.

Amerika Serikat menolak tuduhan Rusia.

"Rusia sendiri yang harus disalahkan atas perang di Ukraina," kata Duta Besar AS untuk PBB Linda Thomas-Greenfield kepada dewan pada Rabu (23/3/2022).

"Upaya tidak jujur Rusia untuk menyangkal kebenaran tindakannya akan terus gagal."

Langkah balas dendam diplomatik meningkat sejak Rusia meluncurkan apa yang disebutnya "operasi militer khusus", yang dikatakan bertujuan untuk menghancurkan infrastruktur militer Ukraina.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengecam "perang absurd" Rusia.

Baca juga: Rangkuman Hari Ke-28 Serangan Rusia ke Ukraina: Kemajuan Rusia Terhenti, Ukraina Rebut Kembali Sejumlah Kota

Anggota Dewan Keamanan PBB memilih untuk abstain dari resolusi yang diusulkan oleh Federasi Rusia dan karena itu mencegah pengesahannya selama pertemuan Dewan Keamanan PBB, Rabu, 23 Maret 2022, di markas besar PBB. AP PHOTO/JOHN MINCHILLO Anggota Dewan Keamanan PBB memilih untuk abstain dari resolusi yang diusulkan oleh Federasi Rusia dan karena itu mencegah pengesahannya selama pertemuan Dewan Keamanan PBB, Rabu, 23 Maret 2022, di markas besar PBB.

Akuntabilitas

Rusia mengusulkan resolusi ke DK PBB setelah Perancis dan Meksiko menarik dorongan mereka sendiri untuk resolusi di dewan tentang situasi kemanusiaan Ukraina.

Mereka mengatakan itu akan diveto oleh Moskwa. Sebab, rancangan itu akan mengkritik peran Rusia dalam menciptakan situasi krisis kemanusiaan di Ukraina.

Ukraina dan sekutunya malah berencana untuk mengajukan rancangan resolusi serupa ke pemungutan suara minggu ini di Majelis Umum beranggotakan 193 orang, di mana tidak ada negara yang memiliki hak veto.

Resolusi Majelis Umum tidak mengikat, tetapi memiliki bobot politik.

Thomas-Greenfield mengatakan kepada Majelis Umum sebelumnya pada Rabu (23/3/2022): "Abstain dalam menghadapi kekejaman Rusia tidak dapat diterima. Rusia harus bertanggung jawab atas krisis kemanusiaan yang diciptakannya."

Afrika Selatan telah mengajukan rancangan teks saingan di Majelis Umum tentang masalah yang sama, yang tidak menyebutkan Rusia.

“Rancangan yang dipimpin Ukraina saat ini memiliki 88 sponsor bersama dan rancangan Afrika Selatan memiliki sekitar enam, termasuk China,” kata para diplomat dilansir dari Reuters.

Baca juga: POPULER GLOBAL: Perahu Nelayan Indonesia Tenggelam | Rusia Tantang NATO Perang jika Kirim Pasukan ke Ukraina

Nebenzia menuduh Ukraina dan sekutunya pada Rabu (23/3/2022) melakukan "pertunjukkan politik anti-Rusia lainnya" di Majelis Umum.

Dia pun mendesak negara-negara untuk memilih rancangan Afrika Selatan, dengan mengatakan itu akan "mengirimkan sinyal kepada penduduk damai Ukraina bahwa PBB menyadari situasi mereka dan ingin membantu."

Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya mengimbau kepada Majelis Umum PBB: "Kami meminta semua orang yang menentang perang untuk memilih bersama kami."

Ukraina dan sekutunya berusaha meningkatkan 141 suara ya yang diberikan untuk mengadopsi resolusi Majelis Umum 2 Maret, yang menyesalkan "agresi" Rusia terhadap Ukraina dan menuntutnya mundur.

Rusia, Belarusia, Eritrea, Korea Utara dan Suriah memilih tidak, sementara 35 negara - termasuk China - abstain.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

 Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Pertama Kali, Korea Utara Tampilkan Foto Kim Jong Un Beserta Ayah dan Kakeknya

Global
Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Penumpang Singapore Airlines Dirawat Intensif, 22 Cedera Tulang Belakang, 6 Cedera Tengkorak

Global
Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Krisis Kemanusiaan Gaza Kian Memburuk, Operasi Kemanusiaan Hampir Gagal

Global
Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Nikki Haley, Saingan Paling Keras Trump Berbalik Arah Dukung Trump

Global
Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Rusia Serang Kharkiv, Ukraina Evakuasi 10.980 Orang

Global
Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Menerka Masa Depan Politik Iran Setelah Kematian Presiden Raisi

Global
Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Ongkos Perang Ukraina Mulai Bebani Negara Barat

Global
Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Israel Mulai Dikucilkan Negara-negara Eropa, Bisakah Perang Segera Berakhir?

Global
Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Rangkuman Hari Ke-819 Serangan Rusia ke Ukraina: Pemulangan 6 Anak | Perebutan Desa Klischiivka

Global
China 'Hukum' Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

China "Hukum" Taiwan yang Lantik Presiden Baru dengan Latihan Militer

Global
UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Alami Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com