Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Awak Media Rusia Ramai-ramai Resign, Muak dengan Propaganda di Perang Ukraina

Kompas.com - 20/03/2022, 13:30 WIB
BBC News Indonesia,
Aditya Jaya Iswara

Tim Redaksi

Berita televisi Pemerintah Rusia telah lama dikendalikan oleh Kremlin dan sudut pandang independen jarang ada di semua saluran utama.

Karyawan organisasi berita yang dikendalikan negara juga tidak biasa mengungkapkan pendapat yang berbeda terhadap posisi resmi Kremlin.

Sejak perang di Ukraina dimulai, sejumlah jurnalis telah mengundurkan diri dari saluran TV top Rusia: Zhanna Agalakova dari Channel 1 serta Lilia Gildeyeva dan Vadim Glusker dari NTV.

Media Rusia yang dikendalikan pemerintah menyebut perang itu sebagai "operasi militer khusus" dan menyatakan Ukraina sebagai pihak yang menyerang dan menggambarkan pemerintah terpilih Ukraina sebagai neo-Nazi".

Baca juga: Apa Itu Neo-Nazi dan Hubungannya dengan Ukraina?

Keluar massal dari TV Pemerintah Rusia

Aksi Marina Ovsyannikova yang langsung masuk ke ruang siaran berita malam Senin untuk memprotes perang di Ukraina dan propaganda di seputarnya, telah memicu gelombang pengunduran diri di saluran TV yang dikontrol ketat Pemerintah Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky telah mengucapkan terima kasih, meminta siapa pun yang bekerja untuk "sistem propaganda Rusia" agar mengundurkan diri. Zelensky memperingatkan setiap jurnalis yang bekerja di "pilar keempat kekuasaan", berisiko terkena sanksi dari pengadilan internasional karena "membenarkan kejahatan perang".

Beberapa pendukung Presiden Vladimir Putin di TV yang dikelola pemerintah telah menghadapi sanksi, termasuk Vladimir Solovyov yang menghadirkan acara bincang-bincang di saluran terbesar Rusia Rossiya-1, dan Margarita Simonyan yang menuduh siapa pun yang malu menjadi orang Rusia pada saat ini bukanlah orang Rusia sebenarnya.

Beberapa jam setelah aksi Marina Ovsyannikova, terungkap tiga pengunduran diri.

Lilia Gildeyeva juga mengungkapkan telah meninggalkan Rusia dan mengundurkan diri.ALAMY/TASS via BBC INDONESIA Lilia Gildeyeva juga mengungkapkan telah meninggalkan Rusia dan mengundurkan diri.
Seorang jurnalis Channel 1, Zhanna Agalakova, berhenti dari pekerjaannya sebagai koresponden Eropa, sementara dua jurnalis meninggalkan NTV. Mereka adalah Lilia Gildeyeva, yang bekerja untuk NTV sebagai presenter sejak 2006, dan Vadim Glusker, yang bekerja di NTV selama hampir 30 tahun.

Menurut desas-desus yang beredar, para jurnalis di grup TV pemerintah All-Rusia VGTRK juga bersiap keluar.

Jurnalis Roman Super mengatakan orang-orang berhenti dari Vesti secara massal, meskipun kebenaran hal itu belum bisa dikonfirmasi. Namun, pembawa acara TV terkenal Sergey Brilev membantah laporan bahwa dia telah mengundurkan diri. Dia berdalih melakukan perjalanan bisnis selama lebih dari seminggu.

Baca juga: Momen Siaran Terakhir TV Rusia, Kosongkan Studio Menyusul Tekanan atas Liputan Perang Ukraina

Pengunduran diri Maria Baronova dari RT, sebelumnya dikenal sebagai Russia Today, juga banyak menyita perhatian. Bulan ini, mantan pemimpin redaksi di RT mengatakan kepada wartawan BBC Steve Rosenberg, bahwa Putin telah menghancurkan reputasi dan ekonomi Rusia.

Sejumlah jurnalis RT lainnya juga telah mengundurkan diri, termasuk jurnalis non-Rusia yang bekerja untuk layanan bahasanya.

Mantan koresponden London Shadia Edwards-Dashti mengumumkan pengunduran dirinya, tepat pada hari Rusia menginvasi Ukraina, tanpa memberikan alasan. Jurnalis yang berbasis di Moskwa, Jonny Tickle, berhenti pada hari yang sama "karena peristiwa baru-baru ini".

Polisi Rusia menahan seorang wanita selama demonstrasi tanpa sanksi di Lapangan Manezhnaya di depan Kremlin, 13 Maret 2022, di Moskwa.GETTY IMAGES via BBC INDONESIA Polisi Rusia menahan seorang wanita selama demonstrasi tanpa sanksi di Lapangan Manezhnaya di depan Kremlin, 13 Maret 2022, di Moskwa.
Presenter RT Perancis Frederic Tadde mengatakan, dia meninggalkan acaranya karena Perancis terlibat "dalam konflik terbuka" dengan Rusia dan dia tidak dapat melanjutkan menjadi pembawa acara programnya Forbidden to Forbid "karena kesetiaan kepada negara".

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com