Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Resolusi PBB Menyesalkan Invasi Rusia ke Ukraina Dapat Dukungan Besar, China Abstain Lagi, 5 Menentang

Kompas.com - 03/03/2022, 09:16 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Guardian

JENEWA, KOMPAS.com - Sementara Rusia semakin terisolasi, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengekspresikan kemarahan global, dengan dukungan sangat besar untuk resolusi yang menyesalkan serangan Rusia ke Ukraina dan menyerukan penarikan segera pasukannya.

Dalam sesi darurat majelis umum PBB, 141 dari 193 negara anggota memilih resolusi tersebut, 35 abstain, dan lima menentang.

Baca juga: Rusia Mulai Rasakan Parahnya Dampak Sanksi dan Boikot atas Serangan ke Ukraina

Negara-negara yang memilih mendukung Moskwa adalah Belarusia, Korea Utara, Eritrea, dan Suriah. Sekutu lama Kuba dan Venezuela bergabung dengan China dalam abstain.

Resolusi itu, kata PBB, menuntut "penyelesaian dalam istilah yang paling keras atas agresi oleh Federasi Rusia terhadap Ukraina".

Itu juga menuntut "Federasi Rusia segera menghentikan penggunaan kekuatannya terhadap Ukraina" dan "segera, sepenuhnya dan tanpa syarat menarik semua kekuatan militernya".

Resolusi tersebut tidak mengikat secara hukum, tetapi merupakan ekspresi dari pandangan anggota PBB. Tujuannya untuk meningkatkan tekanan pada Moskwa dan sekutunya, Belarus.

“Itu tidak akan menghentikan pasukan Rusia, tetapi ini adalah kemenangan diplomatik yang cukup besar bagi Ukraina dan AS, dan semua orang yang mendukung mereka,” Richard Gowan, direktur PBB di International Crisis Group, mengatakan sebagaimana dilansir Guardian pada Rabu (2/3/2022).

Baca juga: Rangkuman Hari Ketujuh Serangan Rusia ke Ukraina, Serangan Besar di 4 Kota, 350 Warga Sipil Tewas, 2.000 Terluka, 836.000 Pengungsi

Berbicara sebelum pemungutan suara, duta besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, membandingkan invasi Rusia dengan penaklukan Nazi di Eropa.

“Beberapa orang tertua Ukraina dan Rusia mungkin mengingat momen seperti ini, saat ketika satu negara Eropa yang agresif menyerbu negara lain tanpa provokasi untuk mengeklaim wilayah tetangganya. Momen ketika seorang diktator Eropa menyatakan akan mengembalikan kejayaan kerajaannya sebelumnya. Invasi yang menyebabkan perang begitu mengerikan, sehingga mendorong organisasi ini menjadi ada, ”kata Thomas-Greenfield.

Perwakilan tetap Ukraina, Sergiy Kyslytsya, juga mengimbau negara-negara yang mempertimbangkan untuk abstain dengan alasan bahwa “ini bukan perang saya”.

"Ini sebuah kesalahan. Kejahatan tidak akan pernah berhenti. Itu membutuhkan lebih banyak ruang untuk ditaklukkan. Kalau ditolerir akan semakin parah,” kata Kyslytsya.

Menurutnya, draf resolusi adalah salah satu balok pembangun tembok untuk “menghentikannya (invasi) di Ukraina, dan tidak membiarkannya melangkah lebih jauh.”

Baca juga: POPULER GLOBAL: Ke Mana Kekuatan Udara Besar Rusia? | Pasukan Elite Chechnya Dilumpuhkan Ukraina

Perwakilan tetap Rusia, Vasily Nebenzya, mengulangi klaim Moskwa bahwa pasukannya tidak menargetkan wilayah sipil.

Dia mengaitkan sifat pemungutan suara yang tidak seimbang, dengan pemaksaan di belakang layar terhadap negara-negara anggota dari sekutu Ukraina.

“Kami tahu tentang tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diberikan oleh mitra barat kami pada sejumlah besar negara yang mendesak mereka untuk memilih sesuai keinginan mereka (barat),” kata Nebenzya.

“Ini bukan sesuatu yang bahkan bisa kita sebut sebagai tekanan. Itu adalah ancaman terbuka dan sinis.”

Pada Jumat (25/4/2022), Rusia adalah satu-satunya suara menentang resolusi serupa di dewan keamanan PBB. Tetapi karena Rusia adalah salah satu dari lima negara dengan hak veto, resolusi itu tidak ditegakkan. Alhasil sekutu Ukraina merujuk masalah ini ke majelis umum.

Ini adalah pertama kalinya dalam 40 tahun, dewan keamanan PBB merujuk krisis ke majelis dan hanya ke-11 kalinya sidang darurat majelis umum PBB telah dipanggil sejak 1950.

Baca juga: PBB: Hampir 836.000 Pengungsi Melarikan Diri dari Konflik Ukraina

Majelis umum PBB diadakan di bawah resolusi "persatuan untuk perdamaian", ketika ancaman global dirujuk ke badan PBB sementara “Dewan Keamanan PBB gagal melaksanakan tanggung jawab utamanya, untuk bertindak mempertahankan internasional perdamaian dan keamanan seperti yang diperlukan, karena kurangnya kebulatan suara dari anggota tetap.”

Dalam refleksi dari kemarahan dunia atas serangan Rusia ke Ukraina, enam sekutu Moskwa dalam pemungutan suara yang sama setelah aneksasi Krimea 2014, abstain pada kesempatan ini: Armenia, Bolivia, Kuba, Nikaragua, Sudan dan Zimbabwe.

Pendukung lain dari 2014, Venezuela, tidak memberikan suara pada Rabu (3/3/2022).

Hongaria dan Serbia, negara-negara Eropa yang memiliki hubungan paling dekat dengan Moskwa, memilih resolusi yang menyesalkan invasi Rusia.

“Republik Serbia berkomitmen untuk mematuhi prinsip-prinsip integritas teritorial dan kemerdekaan politik negara-negara sebagai salah satu prinsip dasar hukum internasional,” kata perwakilan tetap negara itu, Nemanja Stevanovic, kepada majelis.

Baca juga: Kisah Para Perempuan Ukraina Pembuat Bom Molotov untuk Lawan Invasi Rusia

Nebenzya mengabaikan pentingnya pemungutan suara, menjelaskan bahwa Rusia akan melanjutkan serangannya.

“Dokumen ini tidak akan memungkinkan kita untuk mengakhiri kegiatan militer,” kata Nebenzya, menyalahkan pertempuran pada “radikal dan nasionalis” di pemerintah Keiv.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

6 Bulan Jelang Pilpres AS, Siapa Bakal Cawapres Trump?

Global
Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Kabinet Perang Israel Putuskan Lanjutkan Operasi di Rafah Gaza meski Dikecam Internasional

Global
Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Saat Protes Pro-Palestina oleh Mahasiswa Menyebar di Belanda, Jerman, Perancis, Swiss, dan Austria...

Global
Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Israel Didesak Buka Kembali Penyeberangan Rafah Gaza, AS Ikut Bersuara

Global
[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

[POPULER GLOBAL] Hamas Setujui Usulan Gencatan Senjata | Pielieshenko Tewas Bela Ukraina

Global
Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Ukraina Gagalkan Rencana Pembunuhan Zelensky yang Dirancang Rusia

Global
Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Polisi Bubarkan Demo Mahasiswa Pro-Palestina di Amsterdam dan Berlin

Global
OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

OPCW: Tuduhan Penggunaan Senjata Kimia di Ukraina Tidak Cukup Bukti

Global
Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Israel Kerahkan Tank ke Rafah, Ambil Alih Kontrol Perbatasan

Global
Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Serangan Rusia di Sumy Ukraina Tewaskan 1 Warga Sipil, 2 Anak Luka-luka

Global
Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Otoritas Keselamatan Udara AS Selidiki Pemeriksaan Pesawat Boeing

Global
Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Kesalahan Teknis, Boeing Tunda Peluncuran Kapsul Luar Angkasanya

Global
5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

5 Teknologi Tertua di Dunia yang Masih Digunakan

Global
AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

AS, Inggris, dan Sebagian Besar Negara Uni Eropa Tak Akan Hadiri Pelantikan Putin

Global
Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Israel Larang Al Jazeera, Kantor Ditutup dan Siaran Dilarang

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com