Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Protes Kebijakan Covid-19 di Wellington Kian Menggila

Kompas.com - 15/02/2022, 17:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber Al Jazeera

 

WELLINGTON, KOMPAS.com - Protes terhadap tindakan pemerintah dalam mengatasi pandemi Covid-19 memasuki minggu kedua di ibu kota Selandia Baru.

Rasa frustrasi tumbuh di antara penduduk kota meskipun ada peringatan hujan lebat akibat Topan Dovi.

Dilansir Al-Jazeera, Wellington telah menghadapi penundaan lalu lintas dan jalan-jalan ditutup sejak 8 Februari ketika pengunjuk rasa, yang terinspirasi apa yang disebut konvoi kebebasan di Kanada, memarkir mobil, van, dan bus di ibu kota sebagai bagian dari upaya untuk menduduki halaman parlemen.

Baca juga: Jumlah Demonstran yang Duduki Halaman Parlemen Selandia Baru untuk Tolak Mandat Vaksin Covid-19 Kian Banyak

"Polisi sejauh ini terus memantau dan menahan aktivitas di halaman parlemen," kata Komandan Distrik Wellington Corrie Parnell.

“Polisi telah mengidentifikasi berbagai penyebab dan motivasi yang berbeda di antara para pengunjuk rasa, sehingga sulit untuk membuka jalur komunikasi yang jelas dan bermakna,” tambahnya.

Sekitar 122 orang sebelumnya sudah ditangkap ketika polisi mencoba membersihkan daerah tersebut.

Semua menghadapi tuduhan pelanggaran yang disengaja dan bisa menghadapi hukuman maksimal tiga bulan penjara atau denda 1.000 dollar Selandia Baru.

Baca juga: PM Selandia Baru Ardern Isolasi Mandiri, Pembatasan Covid-19 yang Ketat Jadi Sorotan

"Dewan Kota Wellington telah mengeluarkan lebih dari 100 pelanggaran parkir, tetapi jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk melakukannya dan keefektifan tanggapan sedang dipertimbangkan," kata juru bicara Richard MacLean.

Ada 4.057 kasus virus corona yang dikonfirmasi pada 14 Februari. Selandia Baru telah melaporkan hanya kurang dari 20.000 kasus dan 53 kematian sejak pandemi dimulai.

Ini membuat Hall khawatir para pengunjuk rasa akan menyebarkan Covid-19 di Wellington.

“Mereka tidak divaksinasi. Mereka berada di kerumunan besar, membuka kedoknya, dan mereka bukan tipe orang yang diuji Covid-19. Mereka juga pergi ke supermarket untuk mendapatkan persediaan dan penduduk Wellington lainnya juga pergi ke sana,” katanya.

Baca juga: Jurnalis Selandia Baru Ditolak Pulang ke Negaranya, Akhirnya Minta Bantuan Taliban

Warga lokal Wellington, Tane Morris, merasa frustrasi karena para pengunjuk rasa mendapat begitu banyak perhatian.

“Para pengunjuk rasa adalah minoritas tetapi mereka memiliki suara paling keras,” katanya.

“Perlu ada ruang untuk perbedaan pendapat, tetapi Anda harus mempertanyakan, apakah itu berbahaya?" tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Dituduh Mencuri, Tentara AS Ditangkap di Rusia

Global
Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Isi Usulan Gencatan Senjata di Gaza yang Disetujui Hamas, Mencakup 3 Fase 

Global
Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Sisa-sisa Kerangka Manusia Ditemukan di Bunker Perang Dunia II

Global
Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Protes Gaza Kampus AS: Rusuh di MIT, Wisuda Sejumlah Kampus Pertimbangkan Keamanan

Global
Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Warga Kuba Terpikat Jadi Tentara Rusia karena Gaji Besar dan Paspor

Internasional
Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Warga Rafah Menari dan Bersorak Mendengar Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza...

Global
Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Rangkuman Hari Ke-803 Serangan Rusia ke Ukraina: Atlet Ukraina Tewas | Tentara Latihan Senjata Nuklir

Global
5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

5 Orang Tewas di Rafah dalam Serangan Udara Israel Semalam

Global
Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Juara Angkat Besi Eropa Ini Tewas dalam Perang Membela Ukraina

Global
Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Israel Bersumpah Lanjutkan Serangan di Rafah, sebab Gencatan Senjata Tak Pasti

Global
Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Taiwan Kembangkan Sistem Satelit Serupa Starlink Milik Elon Musk

Internasional
[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

[POPULER GLOBAL] Warga Gaza Diperintahkan Mengungsi | Kucing Terjebak Masuk Kardus Paket

Global
Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Hamas Terima Usulan Gencatan Senjata di Gaza, Jeda Perang 7 Bulan

Global
Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Inilah Wombat Tertua di Dunia, Usianya 35 Tahun

Global
Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Biden Akan Bicara ke Netanyahu Usai Israel Perintahkan Warga Rafah Mengungsi

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com