Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenang Pengeboman Dresden: Ironi Dibungkus Dalih Hancurkan Nazi

Kompas.com - 13/02/2022, 13:00 WIB
Tito Hilmawan Reditya

Penulis

Sumber History

 

KOMPAS.com - Di antara kesimpulan yang dicapai pada Konferensi Yalta oleh Sekutu pada 13 Februari 1945, mencakup resolusi bahwa Sekutu akan terlibat serangan bom strategis bersama terhadap kota-kota Jerman.

Kota-kota yang terkenal dengan produksi dan manufaktur perang akan dibom dalam upaya menghancurkan mesin perang Nazi.

Dilansir History, menyusul perjanjian itu, ada ironi tragis penyerangan di Dresden, kota abad pertengahan Jerman yang terkenal dengan kekayaan seni dan arsitekturnya.

Baca juga: Neo Nazi Menguat, Jerman Bersiaga Tinggi Pasca Bom di Dresden

Ironinya adalah selama perang kota itu tidak pernah menjadi tempat produksi perang atau industri besar.

Baik Sekutu maupun Jerman sama-sama berdebat tentang tujuan sebenarnya dari pemboman itu.

Alasan resminya adalah bahwa Dresden jadi pusat komunikasi utama dan pengeboman dan akan menghambat kemampuan Jerman untuk menyampaikan pesan kepada tentaranya, yang sedang memerangi pasukan Soviet pada saat itu.

Tetapi tingkat kehancuran, bagi banyak orang, tidak proporsional dan tak sesuai dengan tujuan strategis yang dinyatakan.

Banyak yang percaya bahwa serangan itu hanyalah upaya dan dalih untuk menghukum Jerman dan melemahkan moral mereka.

Baca juga: Dua Bom Rakitan Meledak di Dresden, Satu Ledakan Terjadi di Masjid

Lebih dari 3.400 ton bahan peledak dijatuhkan di kota itu oleh 800 pesawat Amerika dan Inggris.

Badai api yang diciptakan oleh dua hari pengeboman membuat kota terbakar selama beberapa hari, mengotori jalanan dengan mayat-mayat hangus, termasuk banyak anak-anak.

Delapan mil persegi kota hancur, dan jumlah total mayat antara 22.700 dan 25.000 orang tewas, menurut laporan yang diterbitkan oleh kota Dresden pada tahun 2010.

Rumah sakit yang dibiarkan berdiri tidak dapat menangani jumlah korban luka dan luka bakar. dan penguburan massal pun tak terelakkan lagi.

Baca juga: Pendiri Gerakan Anti-Islam Jerman Diadili di Dresden

Di antara tawanan perang Amerika yang berada di Dresden selama penggerebekan itu adalah novelis Kurt Vonnegut, yang menyampaikan pengalamannya dalam novel klasik antiperangnya "Slaughterhouse Five".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Rangkuman Hari Ke-807 Serangan Rusia ke Ukraina: Putin Angkat Lagi Mikhail Mishustin | AS Pasok Ukraina Rp 6,4 Triliun

Global
ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

ICC Didesak Keluarkan Surat Perintah Penangkapan Netanyahu

Global
143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

143 Negara Dukung Palestina Jadi Anggota PBB, AS dan Israel Menolak

Global
AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

AS Akui Penggunaan Senjata oleh Israel di Gaza Telah Langgar Hukum Internasional

Global
[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

[POPULER GLOBAL] Netanyahu Tanggapi Ancaman Biden | Pembicaraan Gencatan Senjata Gaza Gagal

Global
Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Saat Dokter Jantung Ladeni Warganet yang Sebut Non-Perokok sebagai Pecundang...

Global
Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Agungkan Budaya Gila Kerja, Petinggi Mesin Pencari Terbesar China Malah Blunder

Global
Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Karyawan Ini Nekat Terbang Sebentar ke Italia demi Makan Pizza, Padahal Besok Kerja

Global
Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Warga Israel Bakar Kompleks Gedung UNRWA di Yerusalem Timur

Global
100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

100.000 Orang Terpaksa Tinggalkan Rafah Gaza di Bawah Ancaman Serangan Darat Israel

Global
Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Jeda Pengiriman Senjata AS Tak Berdampak, Israel Terus Gempur Rafah

Global
Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Kontestan Israel Lolos ke Final Kontes Lagu Eurovision, Tuai Kecaman

Global
Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Selama 2024, Heatstroke di Thailand Sebabkan 61 Kematian

Global
Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Mesir Ungkap Kunci Hamas dan Israel jika Ingin Capai Kesepakatan Gencatan Senjata Gaza

Global
Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Perundingan Gencatan Senjata Gaza di Kairo Berakhir Tanpa Kesepakatan

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com