Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banjir Malaysia Terparah, Warga Marah Pemerintah Lambat Bantu Korban

Kompas.com - 28/12/2021, 07:45 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

SHAH ALAM, KOMPAS.com - Warga Malaysia pada Senin (27/12/2021) mengecam pemerintah, dengan menuduhnya lambat menangani korban dari banjir terparah di negara itu dalam beberapa tahun.

Hujan deras berhari-hari menyebabkan sungai meluap minggu lalu, membanjiri kota-kota, membuat puluhan ribu orang harus mengungsi.

Peralatan yang rusak dan perabotan yang basah kuyup menumpuk di jalan-jalan dan di luar rumah di daerah yang dilanda banjir, saat penduduk dan para relawan melanjutkan pembersihan besar-besaran.

Baca juga: UPDATE Banjir Malaysia: 46 Tewas, 5 Orang Hilang, 50.000 Warga Mengungsi

Sementara itu, banyak yang frustrasi dengan Pemerintah Malaysia.

"Saya marah. Tidak ada bantuan dari pemerintah... Kami membutuhkan uang tunai untuk membangun kembali kehidupan kami," kata Asniyati Ismail, yang tinggal di kawasan pemukiman di Shah Alam, ibu kota negara bagian Selangor.

"Ada lumpur di mana-mana, semuanya hancur," katanya kepada AFP saat kedua anaknya membantunya membersihkan.

Tumpukan sampah yang tertinggal di daerah tersebut setelah banjir juga memicu kekhawatiran akan wabah penyakit.

Selangor, yang mengelilingi ibu kota Malaysia Kuala Lumpur, adalah negara bagian yang paling parah dilanda banjir.

Banyak orang di Shah Alam terjebak di rumah mereka tanpa makanan selama berhari-hari, sebelum dievakuasi dengan kapal dalam operasi penyelamatan.

Seorang warga yang terjebak banjir menunggu pertolongan di Hulu Langat, luar Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (19/12/2021). Kuala Lumpur dan sekelilingnya direndam banjir akibat hujan deras dua hari beruntun, mengakibatkan ribuan orang dievakuasi dan banyak akses jalan terputus.AP PHOTO/VINCENT THIAN Seorang warga yang terjebak banjir menunggu pertolongan di Hulu Langat, luar Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (19/12/2021). Kuala Lumpur dan sekelilingnya direndam banjir akibat hujan deras dua hari beruntun, mengakibatkan ribuan orang dievakuasi dan banyak akses jalan terputus.
"Pemerintah sangat lamban dalam penyelamatan," kata warga bernama Kartik Rao kepada AFP.

"Dan sekarang mereka lambat dalam operasi pembersihan. Bahkan setelah tujuh hari, sampah di kawasan ini belum dibersihkan."

Baca juga: Pengantin Baru Batalkan Resepsi, Sumbang Katering untuk Korban Banjir Malaysia

Perdana Menteri Malaysia Ismail Sabri Yaakob mengakui adanya kelemahan dalam respons banjir, tetapi telah menjanjikan perbaikan ke depannya.

Banjir Malaysia terjadi setiap tahun selama musim hujan, dari November hingga Februari, tetapi bulan ini adalah yang terburuk sejak 2014.

Sejauh ini banjir Malaysia 2021 menewaskan sedikitnya 48 orang dan lima orang hilang, kata para pejabat.

Pemanasan global dikaitkan dengan banjir Malaysia yang semakin parah.

Oleh karena atmosfer yang lebih hangat menampung lebih banyak air, perubahan iklim meningkatkan risiko dan intensitas banjir dari curah hujan yang ekstrem.

Kawitha Maratha (39) dan keempat anaknya diselamatkan dengan perahu setelah air banjir naik dengan cepat ke lantai dua rumah mereka di Shah Alam. Suaminya meninggal.

“Banjir menghancurkan hidup kami,” katanya.

Baca juga: Korban Tewas akibat Banjir Bandang Malaysia Mulai Ditemukan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com