Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengawas Energi Global Dituntut Sediakan Akses Gratis ke Data Pemerintah

Kompas.com - 11/12/2021, 12:32 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

PARIS, KOMPAS.com – Pengawas energi global, International Energy Agency (IEA), diminta merilis data energi nasional yang dikumpulkannya dari berbagai negara kepada publik.

Hal tersebut merupakan tuntutan dari lebih dari 30 akademisi internasional melalui surat terbuka kepada IEA.

Isi surat tersebut meminta IEA menghapus sistem paywalls atau pembayaran untuk mengakses dataset energi nasional yang dikumpulkan menggunakan dana publik.

Baca juga: Menggembirakan, Pertumbuhan Energi Terbarukan Global Cetak Rekor Baru

Pasalnya, paywalls hanya membuat aksi iklim menjadi lebih mahal sekaligus kurang efektif sebagaimana dilansir The Guardian, Jumat (10/12/2021).

Jika paywalls dihapuskan, maka akan membantu penelitian independen yang pada gilirannya dapat membantu mempercepat transisi global ke energi bersih.

IEA rutin menerbitkan berbagai laporan berpengaruh tentang sistem energi global.

Sebagian besar laporan tersebut didasarkan pada data energi nasional yang disediakan oleh pemerintah yang diperhitungkan di antara para anggotanya.

Baca juga: Transisi Energi di Eropa Terhambat Minimnya Bahan Baku

Namun, banyak data yang mendukung laporan ini tidak dapat diakses oleh peneliti independen.

Para akademisi tersebut mengatakan, menempatkan kumpulan data di balik paywalls hanya mempersulit analis sistem energi independen, dan publik yang tertarik, untuk menyelidiki dan lebih memahami jalan menuju nol bersih.

Sebaliknya, data berkualitas tinggi yang diperlukan untuk menciptakan jalur yang efektif dan berbiaya rendah menuju masyarakat nol bersih harus tersedia di bawah lisensi terbuka yang sesuai.

“Dataset berkualitas tinggi sudah ada: mereka diterbitkan oleh IEA tetapi berada di belakang paywalls,” tulis surat terbuka kepada direktur eksekutif IEA, Fatih Birol.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Energi Tak Terbarukan

“Dan meski IEA adalah lembaga yang didanai publik, peneliti dan pihak ketiga yang berkepentingan lainnya biasanya harus membayar dan menyetujui kerahasiaan untuk mengakses data IEA,” sambung surat tersebut.

“Pada akhirnya, kurangnya ketersediaan data akan mengarah ke jalur transisi nol bersih yang lebih mahal dan kurang efektif daripada yang seharusnya,” tambah surat itu.

IEA didirikan setelah krisis minyak pada 1970-an untuk memantau pasar energi global dan memberikan penilaian secara independen.

Penilaian tersebut dapat digunakan untuk menginformasikan keputusan pembuat kebijakan dan pemodal.

Baca juga: Kelebihan dan Kekurangan Energi Terbarukan

IEA didanai oleh negara-negara anggota dan beberapa organisasi lain. Namun, IEA juga memiliki pendapatan dengan menjual data melalui paywalls.

Seorang juru bicara IEA mengatakan, badan tersebut berkomitmen untuk meningkatkan dan memperluas akses data dan dalam beberapa tahun terakhir.

Juru bicara itu menambahkan, IEA juga menetapkan kebijakan baru untuk membuat semakin banyak data dan analisis tersedia secara gratis.

“Namun, penjualan data merupakan bagian penting dari anggaran operasional kami, memungkinkan IEA untuk memenuhi mandat esensialnya,” tutur juru bicara itu.

“Sebagian besar dari penjualan ini adalah ke perusahaan energi swasta, lembaga keuangan, dan konsultan,” sambungnya.

Baca juga: Apakah Energi Air Punya Masa Depan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Blokir Stasiun Kereta Api di Bologna Italia

Pengunjuk Rasa Pro-Palestina Blokir Stasiun Kereta Api di Bologna Italia

Global
Jelang Pemilu, Calon Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak Saat Kampanye

Jelang Pemilu, Calon Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak Saat Kampanye

Global
Taliban Berupaya Segera Miliki Jalur Kereta Api

Taliban Berupaya Segera Miliki Jalur Kereta Api

Global
Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Ini Penjara Terkecil di Dunia yang Terdiri 2 Sel Tanpa Jendela

Global
Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Carlo Acutis, Remaja Italia yang Dijuluki 'Influencer Tuhan' Akan Jadi Santo Milenial Pertama

Internasional
Setelah Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Setelah Tanah Longsor Papua Nugini, PBB Ingatkan Adanya Risiko Penyakit

Global
Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Gunung Meletus di Islandia Muntahkan Lava Setinggi 50 Meter

Global
Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Israel Rebut Seluruh Perbatasan Gaza dengan Mesir, Persempit Gerakan Hamas

Global
Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Rangkuman Hari Ke-826 Serangan Rusia ke Ukraina: Polemik Larangan Senjata | Belarus Tangguhkan CFE

Global
Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Soal Larangan Ukraina Pakai Senjata Barat untuk Serang Wilayah Rusia, Ini Kata AS

Global
Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Putusan Mahkamah Internasional Tak Mampu Hentikan Operasi Militer Israel di Rafah

Internasional
Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Israel Sebut Perang Lawan Hamas di Gaza Bisa sampai Akhir 2024

Global
[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

[POPULER GLOBAL] Politisi AS Tulisi Rudal Israel | Taiwan Minta Dukungan Indonesia

Global
Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Swedia Janjikan Bantuan Militer Rp 20,26 Triliun ke Ukraina

Global
Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Tank-tank Israel Terus Menuju Jantung Kota Rafah, Perang Bisa Berlanjut Sepanjang Tahun

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com