LONDON, KOMPAS.com - Varian baru Covid-19 atau disebut Varian Omicron, menyebar ke Eropa pada Jumat (26/11/2021), dengan kasus pertama dideteksi di Belgia.
Laporan kasus Varian Omicron pertama Eropa ini ditemukan pada seorang pelancong yang tidak divaksin. Dia baru saja melakukan perjalanan dari Mesir melalui Turki, dan menunjukkan penularan komunitas.
Baca juga: Omicron, Varian Baru Covid-19 dari Afrika Selatan, Ini Penjelasannya...
Guardian mewartakan, pasien mengembangkan gejala seperti flu ringan 11 hari setelah bepergian, dan tidak memiliki hubungan dengan Afrika Selatan atau negara lain di selatan Benua Afrika.
Hingga kini, selain Afrika Selatan kasus Varian Omicron dilaporkan terdeteksi di Israel dan Hong Kong.
Temuan varian di Eropa ini menimbulkan pertanyaan apakah pembatasan perjalanan dari enam negara di selatan Afrika akan cukup untuk menghentikan varian tersebut mencapai Inggris.
Baca juga: ECDC: Varian Omicron Berisiko Tinggi hingga Sangat Tinggi pada Eropa
Para ahli memperkirakan hanya masalah waktu sebelum Varian Omicron mencapai Inggris. Pemerintah Inggris pun didesak segera mempercepat program vaksinasi.
Beberapa jam sebelum laporan itu Menteri Kesehatan Inggris, Sajid Javid, memperingatkan kemungkinan besar varian baru Covid-19 telah menyebar lebih jauh daripada tempat pertama kali ditemukan di Afrika Selatan.
Dia mengatakan belum ada kasus yang diketahui di Inggris. Tetapi Inggris menerapkan tindakan pencegahan, karena vaksin saat ini "mungkin kurang efektif melawannya (Varian Omicron)", dan mungkin lebih menular daripada varian lainnya.
“Karantina hotel dan peningkatan pengujian akan berlaku di seluruh Inggris,” kata Javid melansir Guardian pada Jumat (26/11/2021).
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Jumat (26/11/2021) malam menetapkan B.1.1.529, atau Varian Omicron, sebagai varian yang menjadi perhatian. Sebab memiliki mutasi yang "mengkhawatirkan", dan “bukti awal menunjukkan peningkatan risiko infeksi ulang dengan varian ini".
Varian Omicron juga dikhawatirkan memiliki nilai reproduksi (R) 2, yang berpotensi menghindari vaksin. Javid mengatakan itu "dapat menimbulkan risiko besar bagi kesehatan masyarakat".
Baca juga: WHO: Omicron, Varian Baru Covid-19 dari Afrika Selatan
Pemerintah Inggris masih memperdebatkan langkah lebih lanjut untuk mencegah atau menunda masuknya varian baru Covid-19 ini ke wilayahnya.
Tetapi Partai Buruh meminta para menteri untuk memberikan suntikan booster dalam sebulan ini, untuk penduduk di atas 50-an. Persetujuan untuk vaksinasi ketiga bagi penduduk di bawah 40-an juga diharap segera dibicarakan.
Inggris juga mempertimbangkan faktor yang akan memicu perubahan kebijakan beralih ke "rencana B", yaitu termasuk penerapan wajib masker, bekerja dari rumah, paspor Covid, dan tindakan pembatasan lainnya.
Perubahan pembatasan Covid-19 di Inggris, tetapi Menteri Kesehatan Inggris menegaskan: "Jika kami perlu melangkah lebih jauh, kami akan melakukannya."
Kepada Guardian, Profesor Chris Whitty, kepala petugas medis Inggris, mengaku "kekhawatiran terbesarnya" adalah bahwa orang mungkin tidak mematuhi kembalinya pembatasan setelah hampir dua tahun pandemi.
“Jika kita perlu melakukan sesuatu yang lebih tegas di beberapa titik, apakah itu untuk varian baru saat ini atau pada tahap selanjutnya, bisakah kita tetap membawa orang bersama kita (mengikuti aturan)?”
Namun, dia yakin publik secara keseluruhan responsif "asalkan pemerintah menjelaskan logika aturannya dengan jelas, asalkan pemerintah bisa meyakinkan publik bahwa tindakan pembatasan dilakukan sesuai data".
Baca juga: Covid-19 Varian Botswana Muncul, Ini 5 Hal yang Sudah Diketahui
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.