Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berani Selundupkan Salinan 'Squid Game', Seorang Pria Korea Utara Dihukum Mati

Kompas.com - 26/11/2021, 15:25 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber Newsweek

PYONGYANG. KOMPAS.com - Seorang pria Korea Utara mendapat hukuman mati karena menyelundupkan dan menjual salinan serial TV Netflix Squid Game, setelah beberapa siswa sekolah menengah dilaporkan tertangkap menonton pertunjukan itu di kelas.

Radio Free Asia (RFA) melaporkan minggu ini bahwa pria itu diduga memperoleh salinan acara dystopian Korea Selatan tersebut di China.

Baca juga: Tidak Ingin Warganya Tiru Kim Jong Un, Korea Utara Larang Jaket Kulit

Dia kemudian menyelundupkannya ke Korea Utara secara ilegal. Salinan acara itu diduga dijual melalui USB flash drive dan kartu SD.

Terduga penyelundup, yang namanya tidak dirilis, dilaporkan akan dijatuhi hukuman mati melalui regu tembak, menurut RFA.

Selain itu, satu siswa yang membeli USB drive dilaporkan menerima hukuman seumur hidup di penjara.

Sementara enam siswa lainnya yang tertangkap menonton acara itu dijatuhi hukuman lima tahun kerja paksa, sumber mengatakan kepada RFA.

Baca juga: Perekonomian Korea Utara, Terpusat dan Hindari Investasi Asing

Melansir Newsweek Kamis (25/11/2021), beberapa siswa guru dan administrator juga dilaporkan telah dipecat atas insiden tersebut. Mereka juga diyakini akan dikirim untuk kerja paksa atau menghadapi pengasingan ke daerah pedesaan di Korea Utara.

Tahun lalu, Korea Utara mengesahkan tindakan Penghapusan Pemikiran dan Budaya Reaksioner, yang melarang masuk dan distribusi materi termasuk film, drama, musik dan buku ke negara itu.

Undang-undang tersebut secara khusus ditujukan untuk mencegah penyebaran media dari negara-negara kapitalis termasuk Korea Selatan dan AS.

Siapa pun yang melanggar undang-undang tersebut dapat menghadapi hukuman penjara seumur hidup atau kematian.

Menurut RFA, insiden ini merupakan kasus pertama bagi pihak berwenang Korea Utara, terkait penerapan tindakan hukum yang baru saja disahkan, kepada anak di bawah umur.

Sekarang, pihak berwenang Korea Utara sedang menjelajahi pasar untuk perangkat penyimpanan memori dan CD video yang berisi media asing, menurut satu sumber kepada outlet berita tersebut.

Baca juga: Biografi Kim Il Sung, Pendiri dan Pemimpin Pertama Korea Utara

Squid Game telah menjadi acara Netflix yang paling banyak ditonton, peringkat pertama di 94 negara dan dilihat di 142 juta rumah di seluruh dunia hanya dalam waktu satu bulan, menurut laporan pendapatan kuartal ketiga perusahaan.

Serial ini juga merupakan serial orisinal Korea Selatan pertama yang menduduki puncak Top 10 peringkat popularitas film Netflix menurut konsumen.

Sumber mengatakan kepada RFA bahwa dunia distopia dalam pertunjukan, di mana orang-orang yang berhutang diadu satu sama lain dalam permainan anak-anak tradisional untuk memenangkan hadiah uang tunai yang besar, beresonansi dengan orang Korea Utara yang hidup di bawah kepemimpinan totaliter.

Penduduk lain dari provinsi Pyongan Utara, yang berbatasan dengan China, mengatakan kepada RFA dalam laporan sebelumnya bahwa pertunjukan itu juga mengingatkan para penyelundup pada kondisi di negaranya.

Mereka pun mempertaruhkan nyawa, untuk membawa barang ke perbatasan negara, yang biasanya diatur secara ketat dan telah menerapkan sistem keamanan yang lebih ketat sejak awal Covid- 19 pandemi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Rangkuman Hari Ke-792 Serangan Rusia ke Ukraina: Jerman Didorong Beri Rudal Jarak Jauh ke Ukraina | NATO: Belum Terlambat untuk Kalahkan Rusia

Global
PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

PBB: 282 Juta Orang di Dunia Kelaparan pada 2023, Terburuk Berada di Gaza

Global
Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Kata Alejandra Rodriguez Usai Menang Miss Universe Buenos Aires di Usia 60 Tahun

Global
Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Misteri Kematian Abdulrahman di Penjara Israel dengan Luka Memar dan Rusuk Patah...

Global
Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Ikut Misi Freedom Flotilla, 6 WNI Akan Berlayar ke Gaza

Global
AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

AS Sebut Mulai Bangun Dermaga Bantuan untuk Gaza, Seperti Apa Konsepnya?

Global
[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

[POPULER GLOBAL] Miss Buenos Aires 60 Tahun tapi Terlihat Sangat Muda | Ukraina Mulai Pakai Rudal Balistik

Global
Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Putin Berencana Kunjungi China pada Mei 2024

Global
Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Eks PM Malaysia Mahathir Diselidiki Terkait Dugaan Korupsi 2 Anaknya

Global
TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

TikTok Mungkin Segera Dilarang di AS, India Sudah Melakukannya 4 Tahun Lalu

Global
Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Suhu Panas Tinggi, Murid-murid di Filipina Kembali Belajar di Rumah

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com