Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kerusuhan di Kepulauan Solomon: Kronologi dan 4 Penyebabnya

Kompas.com - 26/11/2021, 09:07 WIB
Aditya Jaya Iswara

Penulis

Sumber AFP

Salah satu janji kampanye Sogavare adalah mengalihkan pengakuan diplomatik dari Taiwan ke China, yang dilakukannya lima bulan kemudian.

Taiwan dan China selama bertahun-tahun terlibat tarik ulur diplomatik di negara-negara berkembang. Dukungan ekonomi dan bantuan lain sering digunakan sebagai alat tawar-menawar untuk mendapat pengakuan diplomatik.

Peralihan diplomatik Sogavare membuka sejumlah besar investasi China, tetapi tidak semua rakyatnya setuju, terutama di Malaita yang penduduknya diuntungkan dengan proyek-proyek bantuan Taiwan serta menjalin hubungan yang dalam dengan Taipei.

Rencana untuk menyewakan seluruh pulau ke perusahaan milik negara China - diumumkan hanya beberapa hari setelah peralihan diplomatik - terpaksa langsung dibatalkan karena ditentang banyak orang.

4. Penyebab kerusuhan di Kepulauan Solomon 2021

Kerusuhan di Kepulauan Solomon yang terjadi minggu ini adalah kelanjutan dari semua hal di atas.

Menulis di Solomon Times, Transform Aqorau menggambarkannya sebagai "puncak dari sejumlah titik nyala yang telah diabaikan", mengutip perpecahan China-Taiwan, serta ketegangan antara pemerintah nasional dan provinsi.

Laporan lokal mengatakan, banyak pengunjuk rasa di Honiara minggu ini datang dari Malaita, karena tumbuh kemarahan atas kurangnya investasi pemerintah pusat dan keputusan meninggalkan Taiwan sebagai sekutu.

"Itu adalah protes damai yang direncanakan... Apa yang terjadi adalah ketegangan yang memuncak," jelas Mihai Sora, ahli Pasifik di Lowy Institute Australia, kepada AFP.

Baca juga: Operasi Solomon: Penerbangan Berpenumpang Terbanyak Sepanjang Masa

Premier Malaita Daniel Suidani juga menjadi kritikus vokal dari peralihan pengakuan diplomatik ke Beijing.

Suidani mempertahankan hubungan dengan Taiwan, yang bertentangan dengan instruksi pemerintah pusat, kata Sora. Awal tahun ini, dia dirawat di rumah sakit Taiwan.

Nicholas Coppel mantan duta besar Australia dan koordinator khusus RAMSI mengatakan kepada AFP, sebagian besar kekesalan di Kepulauan Solomon berasal dari perasaan ketidaksetaraan dalam distribusi sumber daya.

"Mayoritas orang di Kepulauan Solomon menjalani kehidupan semi-subsisten di daerah pedesaan dan tidak terlalu peduli dengan keputusan kebijakan luar negeri."

"Namun, mereka peduli dengan proyek di Malaita yang pernah didanai Taiwan akan segera berakhir, juga preferensi yang diberikan China kepada fasilitas olahraga yang terkonsentrasi di Honiara," tambahnya.

Baca juga: 25 September 1959: PM Sri Lanka Solomon Bandarainake Dibunuh

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com