Di bangsal tempat Nasreen bekerja, Anda bisa melihat korban termuda akibat krisis ini.
Gulnara, yang baru berusia 3 tahun, menjadi sangat lemah sehingga dia hampir tidak bisa membuka mata. Matanya cekung, rambutnya menipis, ketika dia tampak bangun, dia menangis kesakitan.
Inilah dampak kekurangan gizi akut pada anak-anak Afghanistan.
Juru bicara Taliban, Suhail Shaheen, menyalahkan masyarakat internasional dan mengatakan kepada saya bahwa penderitaan rakyat Afghanistan justru disebabkan oleh tindakan Barat.
"Jika mereka mengatakan bahwa negara ini sedang menuju bencana, kelaparan, dan krisis kemanusiaan, maka mereka bertanggung jawab mengambil tindakan yang tepat mencegah semua tragedi ini."
"Masyarakat internasional dan negara-negara lain yang berbicara tentang hak asasi manusia ... mereka harus mempertimbangkan kembali mengambil langkah-langkah yang berujung pada krisis kemanusiaan di Afghanistan," tambah dia.
Baca juga: Taliban Minta Amerika Serikat Bebaskan Aset Afghanistan yang Dibekukan
Terlepas dari Anda mengamini analisisnya mengenai siapa yang harus disalahkan atau tidak, sebagian besar pengamat akan setuju bahwa solusi dari masalah ini bisa datang dari pendanaan internasional.
Ketika keran bantuan internasional dimatikan, ekonomi runtuh.
"Saya dulu bekerja di tempat pembakaran batu bata," seorang pria memberi tahu saya di jalanan, sambil menanti pekerjaan buruh yang bisa dia lakukan.
"Saat itu gaji saya adalah 25.000 afghani (Rp3,8 juta) per bulan. Sekarang saya bahkan tidak bisa menghasilkan 2.000 (Rp314 ribu) per bulan."
Keempat anaknya sedang sakit di rumah dan dia tidak memiliki uang untuk berobat.
"Saya tidak melihat ada masa depan. Keluarga-keluarga miskin tidak memiliki masa depan," keluhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.